Pertama kali mengenal sedikit agak jauh nama Nabi Muhammad SAW ketika saya diajak Bapak dan Emak untuk menghadiri peringatan maulid Nabi Muhammad SAW di Mushola dekat rumah. Namanya juga bocah, saat itu masih mulai duduk di Taman Kanak-Kanak Raudhatul Athfal (RA) Kusuma Mulia X Tegalsari. Saya diajak tanpa tahu sebenarnya acara apa itu. Yang saya ingat, ada banyak orang-orang kurang lebih se RT datang ke mushola, membawa berkat, duduk menyimak dengan seksama sebuah kitab yang dibaca dengan lantunan lagu-lagu.
Saat itu saya hanya tolah toleh di sebelah Bapak yang juga membaca kitab itu. Uniknya, yang masih teringat betul sampai sekarang adalah ketika ada momen orang – orang berdiri dan anak-anak yang lebih besar dari saya mulai bergerombol di satu tempat. Bapak-bapak terus membaca kitab tadi sambil berdiri, namun kali ini diiringi oleh sebuah alat musik tabuh berbentuk piringan hadrah namun lebih kecil dan tipis, yang disebut bapak sebagai teplak.
Ternyata pada satu momen ada yang melemparkan uang koin seratus hingga seribu perak ke anak-anak yang bergerombol menjadi satu tempat tadi. Dengan antusias dan kegembiraan anak-anak merebut kepingan koin tadi. Walaupun belum bisa ikut berebut koin karena pasti akan kalah dengan badan saya yang cukup kecil saat itu. Namun saat itu juga saya bisa merasakan kesenangan dari anak-anak yang lain. Beranjak memasuki usia remaja akhirnya saya tahu kegiatan yang wajib diadakan setiap tahun itu bersama kegembiraannya, kami menyebutnya Muludan.
Tepat malam hari menjelang tanggal 12 bulan Rabi’ul Awal orang-orang melaksanakan kegiatan muludan, grebeg maulud, atau nama lainnya. Itulah sebutan dari kami umat Islam memperingati, menyambut dan mensyukuri akan kelahiran junjungan tauladan Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad, seseorang yang menjadi penyambung hati umat nya dengan Tuhannya (Allah SWT). Seorang manusia bukan seperti manusia lainnya, kelahirannya disambut suka cita alam semesta. Sanjungan kepada nya menggema dari bumi hingga Arsy. Nabi pembawa pedoman hidup penerang jalan di akhir zaman. Maka dari dari itu, kegembiraan dalam peringatan Maulid setiap tahunnya, dengan berbagai cara, mengandung makna mendalam bagi para umatnya. Beliau hadir dan mendoakan umatnya pada setiap majelis sholawat.
Beranjak dewasa, Alhamdulillah saya masih diberikan kesempatan untuk mengenal lebih jauh sosok Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Tidak ada manusia sesempurna beliau. Akhlak dan budi pekerti yang sabar, lemah lembut, tegas dan tulus kepada semua makhluk bahkan kepada musuh-musuh beliau. Karena “Sesungguhnya aku diutus hanya untuk menyempurnakan keshalihan akhlak.”(H.R.Imam Ahmad).
Dengan demikian Allah SWT memberikan predikat suri tauladan yang baik (uswatun hasanah) sebagai pedoman tindak tanduk antara manusia hingga makhluk Allah lainnya. “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu uswah hasanah (suri tauladan yang baik) bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (Rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Q.S Al-Ahzab: 21). Bukan hanya secara akhlak, Nabi Muhammad masih banyak memberikan kebaikan di dunia hingga syafaat nanti di yaumil qiyamah.
Majlis demi majlis sholawat saya lalui, dan itulah yang membuat saya semakin senang, tenang, dan gembira untuk melantunkan bait-bait sholawat karangan para Ulama’. Semakin rutin hadir, semakin rindu pula untuk berteriak mendendangkan sajak – sajak sanjungan kepada Kanjeng Nabi. Saya melihat pula bagaimana umatnya meneteskan air mata haru kebahagiaan karena akan rasa rindu yang menggebu-gebu. Puncak kerinduan itu tertuang ketika membaca mahalul qiyam.
Sebelum itu diceritakan sebagai kisah, Baginda Nabi Muhammad SAW lahir ke dunia yang disambut suka cita di Arsy’, Allah SWT bertambah wibawanya, langit penuh dengan cahaya, malaikat-malaikat bertasbih, bertahlil, bertamjid, dan bertakbir memuji Tuhannya, ibunda Nabi tak henti-hentinya melihat keistimewaan dan keutamaannya, hingga lahirlah kekasih Allah Nabi Muhammad SAW dalam keadaan bersyukur, bersujud, memuji dan wajahnya bagaikan sempurnanya bulan purnamanya -Kal Badri Tamami, Mahalul Qiyam. Shollu ‘Ala Nabi Muhammad- (Syekh Abdurrahman Ad-Diba’i – Maulid Diba’).
Fadilah Atau Keutamaan Membaca Sholawat
Selain pengaruh dari Bapak dan Emak atau keluarga, Alhamdulillah saya banyak dikelilingi Ulama’, Kyai dan Guru-Guru yang senantiasa mengistiqomahkan murid – muridnya termasuk agar selalu mengenal Nabi Muhammad SAW. Melalui Majlis Ta’lim dan Sholawat hingga pada setiap kegiatan sehari-hari. Ketika sholat membaca Sholawat, setelah sholat tak lupa wirid dengan sholawat, mengerjakan atau mengumpulkan tugas tetap sholawat, akan berkendara diawali dengan sholawat, hingga untuk memperlancar rezeki dan maaaasiiihh banyak lagi momen kita dianjurkan membaca sholawat. Karena akan banyak sekali yang akan kita dapatkan ketika membaca sholawat.
Fadilah atau keutamaan membaca sholawat dapat kita lihat dalam salah satu kitab Tanqihul Qoul fi Syarih Lubabul Al Hadis karangan Muhammad bin Umar Al-Nawawi Al Bantani (Imam Nawawi Al-Bantani). Seorang Ulama’ Muslim dari Banten yang sangat populer di kalangan masyarakat pesantren Indonesia hingga di tanah Mekkah dan Hijaz. Berbagai keutamaan membaca sholawat yang bersumber dari hadist.
Diantaranya, setiap kelipatan bacaan sholawat yang kita lantunkan untuk Nabi Muhammad SAW, Allah SWT akan memberikan banyak balasan rahmat dan keberkahan. “Barang siapa membaca sholawat sekali, Allah akan memberikan balasan rahmatNya sepuluh kali (kebaikan)” (HR. Muslim, Abu Dawud, An-Nasa’i dari Abu Hurairah RA). Dalam riwayat lain “… dan barangsiapa membaca sholawat seribu kali, maka Allah SWT tidak akan mematikan seseorang itu hingga diberikan kebahagiaan kepadanya dengan Surga.” Selain itu dengan sholawat dapat menjadikan Allah SWT memberikan ampunan, meniadakan kefakiran, diangkat derajatnya, ditambahkan kebaikan, dan dicegah dari perbuatan buruk.
Tidak hanya memberikan jaminan kepada umat Nabi Muhammad SAW yang membaca sholawat di akhirat nanti, tetapi Allah SWT juga dapat dirasakan semasa hidup di dunia. Artinya kebaikan dan keberkahan akan diberikan ketika masih hidup. Baik berupa secara material maupun spiritual dengan hati yang tenang. Begitu Allah Maha Pemurah dan sangat mencintai baginda Nabi Muhammad SAW dengan memberikan keistimewaan bagi umatnya yang menyempatkan diri membaca sholawat. Karena “Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat kepada Nabi 56. Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Wahai orang-orang yang beriman! Bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam dengan penuh penghormatan kepadanya.” (QS. Al – Ahzab : 56).
Pada bulan Maulid Nabi ini para ulama banyak menganjurkan untuk memperbanyak membaca sholawat. Salah satunya disampaikan oleh Habib Ali Zainal Abidin, pengasuh Majlis Ta’lim Wal Maulid Az Zahir Pekalongan dengan mengutip kalam Habib Luthfi bin Ali bin Yahya, “Pada bulan Maulid ini dianjurkan untuk membaca Sholawat sebanyak 16.000 kali, InsyaAllah hajatmu dikabulkan, hidupmu dimuliakan, keluargamu diselamatkan, rejekimu ditambah diberkahkan oleh Allah SWT”.
Dengan demikian sholawat mempunyai banyak sekali fadhilah atau keutamaan. Maka dari itu sholawat sering dilantutkan dalam situasi dan kondisi apapun. Sholawat untuk mengawali dan mengakhiri do’a, sholawat sebelum bepergian, sholawat dibaca pada malam atau hari jum’at, dalam keadaan sulit dan lain sebagainya. Niat atau tujuan utamanya adalah untuk memohon Ridho Allah SWT dan memohon Syafaat dari Baginda Nabi Muhammad SAW. Karena hanya beliaulah yang dapat memberikan syafaat kepada umatnya di dunia hingga akhirat nanti.
Dari Kami untuk Kanjeng Nabi
Sejenak kita mengambil waktu dari tengah-tengah kesibukan dunia, untuk sekedar merefleksi diri untuk bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Apalagi bulan Rabi’ul Awal menjadi bulan penuh gemerlap bintang dengan lahirnya panutan pembawa perdamaian dan keselamatan di dunia hingga akhirat kelak.
Ya Rasulullah, tidak ada seorang pun yang dapat menolong kami kecuali Panjenengan atas ridho dan rahmah Gusti Pangeran Allah SWT. Lantas bagaimana cara kami untuk mendapatnya. Kami yang hanya manusia biasa. Tak ada istimewa-istimewanya. Penuh dan selalu melakukan dosa. Belum menjadi khalifah sejatinya seperti apa yang telah dinashkan. Kemudian kami merengek untuk mendapatkan cahaya hati hingga syafaatmu nanti. Dengan sedikit niat melantunkan sholawat – sholawat akan menjadi modal penting meniti jalan baginda Nabi.
Seperti niat yang dicontohkan Sayyid Abi Abdillah Ibn Sulaiman Al Jazuli Rahmatullahi wa Barakatuh pengarang kitab Dalailul Khoirot dalam berniat bersholawat muqaddimahnya. “Sesungguhnya aku niat bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW karena meneladani, (karena) perintah, (karena) meyakini Nabi Muhammad SAW, mencintainya, rindu kepadanya, dan mengagungkan sosoknya, beliau layak untuk itu, (ya Allah) maka terimalah (sholawat) dariku dengan keutamaanMu dan kebaikanMu.Ya Allah tambahkan kemuliaan diatas kemuliaannya yang menjadi derajatnya, (tambahkan) kasih sayang diatas kasih sayangnya yang diberikan nya (kepada umatnya), (tambahkan) cahaya diatas cahayanya yang dari cahaya itu diciptakannya. Dan tinggikan maqamnya di atas maqam para rasul, derajatnya di atas derajat para Nabi..”
Nabi Muhammad SAW merupakan Rasul yang sangat menyayangi umatnya lebih dari apapun. Hingga pada akhir hayatnya beliau masih menyebut nama umatnya dan meminta malaikat untuk menanggung beratnya beban sakaratul maut umatnya. Alam semesta juga diciptakan karena Nabi Muhammad SAW. Nur Nabi Muhammad melekat pada setiap pribadi manusia. Cahayanya bagai purnama menyinari dunia. Maqam dan derajat Nabi Muhammad diatas semua Nabi dan Rasul.
Ya Rasulullah, tulisan ini masih sangat jauh dengan apa yang pernah dituliskan Ulama’ dan guru-guru kami. Namun karena beliau-beliau lah kami dapat menyelesaikan setiap kalimat-kalimat ini. Kami mengenal Panjenengan pula dari mereka. Tanpa mereka kami tidak bisa apa-apa. Sedikit kata-kata yang dapat kami tuliskan ini, tidak lain agar sebagai bukti dari usaha bahwa kami selalu merindukanmu.
Semoga dengan tulisan ini bisa menjadi amal jariyah yang dapat saling mengingatkan betapa butuhnya kita kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW, dan dengan cara bersholawat lah kita bisa diakui menjadi umatnya. Tak lupa kita berdo’a untuk para Ulama’, Kyai, Ustadz, Orang tua, keluarga, hingga teman-teman kita yang mengingatkan kita kepada sosok Rasulullah SAW semoga kita dapat berkumpul kelak bersama Rasulullah SAW di surga Allah SWT. Aamiin. Wallahu A’lam
Dipublikasikan juga di buku “Kal Badri Tamami – Buku Antologi Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW 1445 H”
Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat