Suluk.ID
Saturday, December 6, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Ngilmu

Menyebarkan Cahaya Dakwah Dalam Dunia Serba Digital

Redaksi by Redaksi
December 4, 2025
in Ngilmu
Share on Facebook

Perkembangan teknologi pada masa kini telah membawa perubahan besar dalam berbagai sendi kehidupan manusia, termasuk dalam ranah dakwah Islam. Jika dahulu dakwah lebih banyak berpusat pada majelis taklim, khutbah masjid, atau pertemuan tatap muka antara kiai dan jamaah, kini ruang dakwah bergerak menuju dunia digital yang tidak mengenal batas wilayah. Fenomena ini menunjukkan bahwa dakwah merupakan aktivitas yang senantiasa hidup, bergerak, dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Dunia digital bukan hanya sekadar ruang baru, tetapi menjadi ladang luas yang memungkinkan pesan-pesan keagamaan tersampaikan lebih cepat, lebih dekat, dan menjangkau umat yang berada jauh di luar jangkauan dakwah tradisional.

Dalam kehidupan masyarakat yang semakin akrab dengan teknologi, para dai dituntut tidak hanya menguasai ilmu agama, tetapi juga memahami cara berinteraksi dengan berbagai media digital seperti YouTube, Instagram, TikTok, dan platform kajian daring. Khususnya generasi muda, mereka cenderung menyukai konten ringkas, mudah dipahami, dan relevan dengan realitas keseharian. Karena itu, dakwah perlu dikemas secara kreatif tanpa menghilangkan inti ajaran Islam. Melalui video singkat, infografis, animasi, maupun kajian daring, nilai-nilai keislaman dapat disampaikan dengan cara yang lebih sederhana namun tetap memiliki kedalaman makna. Pada titik inilah dakwah digital tampil sebagai sarana yang lebih inklusif dan mampu merangkul berbagai lapisan masyarakat.

Namun demikian, setiap kemajuan pasti membawa tantangan. Dunia digital memiliki arus informasi yang sangat cepat sehingga tidak jarang memunculkan paham-paham keagamaan yang belum terverifikasi kebenarannya. Konten yang masif dapat menjerumuskan sebagian orang pada pemahaman dangkal, bahkan pada provokasi yang berpotensi menimbulkan perpecahan. Selain itu, algoritma media sosial yang mengutamakan popularitas sering kali mendorong sebagian dai untuk menyajikan konten sensasional sehingga substansi dakwah menjadi kabur. Rendahnya literasi digital masyarakat juga memperbesar risiko tersebarnya hoaks dan perdebatan yang tidak membawa keberkahan.

Karena itu, dakwah digital memerlukan sikap kehati-hatian, keteguhan, dan integritas. Dai dituntut membangun jati diri yang kuat serta menampilkan akhlak dan keteladanan sebagaimana diajarkan para kiai di pesantren. Kekuatan dakwah tidak terletak pada seberapa viral kontennya, melainkan pada manfaat nyata yang dirasakan umat. Penguasaan ilmu agama harus diimbangi dengan pemahaman terhadap budaya digital agar pesan yang disampaikan tetap utuh, mendalam, dan tidak tergerus arus tren yang berubah cepat. Di samping itu, kerja sama antara para dai, lembaga keislaman, dan para penggiat media kreatif sangat dibutuhkan untuk menghasilkan konten dakwah yang lebih berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan.

Dalam memperluas jangkauan dakwah, para dai juga harus memperhatikan etika komunikasi yang berlandaskan nilai-nilai Islam. Dunia digital, yang tampak luas dan terbuka, sering kali menjadi ruang munculnya interaksi impulsif, perdebatan panjang, serta ujaran kebencian akibat anonimitas pengguna. Oleh sebab itu, bahasa dakwah harus tetap santun, jujur, dan mencerminkan akhlak seorang penyeru kebaikan. Sebagaimana nasihat para kiai, keindahan dakwah tidak hanya terletak pada isi pesan, tetapi juga pada adab dalam menyampaikannya, baik secara langsung maupun melalui media digital.

Keberhasilan dakwah digital juga amat bergantung pada kualitas literasi digital umat. Masyarakat perlu dibimbing untuk mampu membedakan antara konten keagamaan yang otoritatif dan informasi yang tidak memiliki dasar keilmuan. Pemahaman mengenai cara kerja algoritma media sosial penting diperkenalkan agar masyarakat tidak terjebak dalam ruang gema yang membatasi dialog dan mempersempit cara pandang terhadap perbedaan. Dakwah yang baik tidak hanya memberikan nasihat, tetapi juga membekali umat dengan kecakapan agar tidak mudah terpengaruh oleh arus informasi yang menyesatkan.

Dalam konteks penyebaran pesan, inovasi menjadi kebutuhan yang tidak bisa ditawar. Dakwah perlu menyesuaikan diri dengan pola konsumsi informasi masyarakat, terutama generasi muda yang akrab dengan visual, audio, dan narasi singkat. Berbagai format seperti podcast, video pendek, siaran langsung, infografis, hingga cerita digital kreatif dapat menjadi wasilah efektif untuk menyampaikan pesan keislaman. Melalui pendekatan ini, dakwah tidak hanya hadir sebagai ceramah, tetapi juga sebagai pengalaman belajar yang menyenangkan.

Jika lebih diperhatikan lagi, era digital membuka ruang kolaborasi yang luas antara para dai, kreator konten, desainer, sineas, dan lembaga keislaman. Kolaborasi ini bukan hanya memperkaya bentuk dakwah, tetapi juga menjamin kualitas konten agar lebih rapi, profesional, dan menjangkau audiens yang lebih luas. Dengan saling melengkapi, dakwah digital dapat menghadirkan pesan yang kuat sekaligus indah, sebagaimana harmoni yang tercipta antara kiai, ustadz, dan santri dalam tradisi pesantren.

Pada akhirnya, dakwah digital tidak sekadar menyampaikan ajaran, tetapi juga memikul tanggung jawab besar sebagai instrumen transformasi sosial. Melalui dakwah yang bijak, umat dibimbing menemukan solusi atas berbagai problem kehidupan, menumbuhkan solidaritas, serta menguatkan kesadaran moral dan spiritual. Di tengah derasnya arus informasi, dakwah yang lembut, menenteramkan, dan mencerahkan menjadi kebutuhan mendesak agar cahaya Islam tetap bersinar. Dengan strategi yang tepat, dakwah digital dapat menjadi kekuatan pencerahan yang meneguhkan nilai-nilai Islam di tengah dinamika zaman.

Penulis : Muhammad Amiruddin Al-Faqih

Redaksi
Redaksi

Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan

Previous Post

Berteduh: Sebuah Transendensi Pemulihan Batin yang Rapuh

Next Post

Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

Related Posts

Menjawab Tantangan Zaman Melalui Syair KH. Bukhori Masruri

Menjawab Tantangan Zaman Melalui Syair KH. Bukhori Masruri

November 30, 2025
Guru dan Bayang-Bayang Kritik Orang Tua

Guru dan Bayang-Bayang Kritik Orang Tua

November 24, 2025
seminar pendidikan indonesia

Guru: Arsitek Masa Depan Pendidikan Indonesia

November 23, 2025
Goa Akademik Itu Bernama “State of the Art”

Goa Akademik Itu Bernama “State of the Art”

October 29, 2025
Next Post
Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

December 6, 2025
Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

December 5, 2025
Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

December 4, 2025
Load More

MORE ON TWITTER

ADVERTISEMENT

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025