Mengalami permasalahan mental adalah hal yang manusiawi dan perlu untuk ditangani. Dengan memiliki pengetahuan tentang kesehatan mental khususnya diri sendiri adalah hal yang penting karena akan mempengaruhi keseharian dan cara memandang masa depan. Stigma tentang peduli kesehatan mental adalah sesuatu yang tidak perlu dipermasalahkan, karena penyebabnya hanyalah kurangnya iman, kurang bersyukur dan kurang ibadah perlu diperhatikan. Hal ini membuat sebagian orang ragu untuk mulai peduli dan sekedar mengetahui kesehatan mental mereka. Namun nyatanya di zaman sekarang ini masih banyak stigma negatif tentang kesehatan mental, meskipun di tengah masyarakat yang sudah mulai aware dengan permasalahan mental. Bahkan tidak jarang alih-alih ingin keluar dari permasalahan justru semakin terjebak dengan pikiran mereka sendiri.
Islam merupakan agama yang memiliki kepedulian tentang kesehatan mental atau emosional seseorang. Seperti halnya yang Rasullullah saw pernah alami yakni peristiwa amul huzni atau tahun kesedihan sepeninggal pamannya, Abu Thalib meninggal yang kemudian disusul oleh istrinya, Khadijah. Tahun tersebut adalah salah satu masa terpuruk rasulullah karena ditinggal oleh dua orang yang sangat berpengaruh dalam hidupnya. Paman pengganti sosok ayah yang selalu melindunginya. Dan istri yang selalu membersamainya dan rela mengorbankan harta serta nyawanya untuk dakwah islam. Ditengah emosi yang tak karuan rasul tidak fokus pada permasalahan sehingga membuat ia semakin larut pada kesedihan. Namun alih alih bersedih rasul lebih memilih untuk fokus pada mengubah sudut pandang dengan melakukan hijrah ke Thaif. Meninggalnya Khadijah dan Abu Thalib justru menjadi pacu semangat Rasullullah untuk terus menyebarkan Islam semakin luas.
Dalam ilmu psikologi hal ini disebut Cognitive reframing atau mengubah sudut pandang terhadap kejadian-kejadian sulit dalam hidup. Ini adalah salah satu bentuk emotion-focused coping yang bertujuan untuk menguatkan dan menenangkan diri. Kesedihan yang mengganggu kesehatan mental dan emosional bukan hal yang perlu dihindari. Melainkan harus diperhatikan dan dicari penyelesaiannya. Rasulullah memiliki sifat maksum, terhindar dari sifat dosa dan manusia yang paling taat kepada Allah swt. Tidak mungkin rasulullah memiliki iman yang rendah bahkan lalai dalam beribadah. Namun sebagai manusia biasa Rasullullah pun pernah mengalami permasalahan mental dan emosional. Sehingga alasan ini tidak menjadi tolak ukur untuk tidak memperdulikan kesehatan mental. Kesehatan mental bersifat multifaktorial (disebabkan oleh banyak faktor) sehingga menjadi kurang tepat jika orang yang kesulitan menghadapi masalah adalah karena kurangnya ibadah. Dengan lebih mengenal diri dengan secara sadar jujur dengan keadaan mental yang dialami saat ini adalah langkah kecil yang sangat berdampak.
Selanjutnya, islam pun memberikan solusi kepada permasalahan seperti ini. Seperti firman Allah QS.Ar-rad ayat 28 yang berbunyi “yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka tenteram dengan mengingat Allah”, dalam kitab tafsirnya ibnu katsir menjabarkan bahwa maksud ayat ini adalah hati itu menjadi baik, bersandar kepada Allah, dan menjadi tenang ketika ingat kepada-Nya dan rela (rido) Allah sebagai Pelindung dan Penolong. Oleh sebab itu Allah berfirman “Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tentram” Maksudnya, itulah hal yang sepantasnya diperoleh dengan mengingat Allah. Mendekatkan diri kepada Allah swt saat menghadapi masalah merupakan salah satu bentuk religious coping (teknik mengatasi masalah atau tekanan dengan memasukkan unsur religius dan spiritualitas) yang efektif karena membuat kita meyakini bahwa ada harapan dan kekuatan yang jauh lebih besar dari diri kita.
Jika dirasa perlu untuk mencari pengobatan ke orang yang profesional adalah salah satu bentuk ikhtiar untuk mengetahui arah permasalahan dan lebih mudah untuk mencari jawaban. Dalam sebuah hadits Riwayat. Abu Daud no.3874 berkata
إِنَّ اللَّهَ أَنْزَلَ الدَّاءَ وَالدَّوَاءَ وَجَعَلَ لِكُلِّ دَاءٍ دَوَاءً فَتَدَاوَوْا وَلَا تَدَاوَوْا بِحَرَامٍ
“Allah telah menurunkan penyakit dan juga obatnya. Allah menjadikan setiap penyakit ada obatnya. Maka berobatlah, namun jangan berobat dengan yang haram”. Menemui dokter adalah Tindakan logis jika tubuh kita sakit. Begitu juga jika kesehatan mental kita terganggu maka kita perlu untuk pergi ke psikolog.
Menyayangi diri sendiri bukan hanya memperhatikan kesehatan fisik saja. Namun kesehatan mental juga sangat penting dan akan mempengaruhi kesehatan fisik itu sendiri. Tidak disalahkan jika pergi ke psikolog atau psikiater untuk mencari bantuan. Persepsi yang mengatakan bahwa seseorang yang pergi ke psikiater merupakan orang gila adalah kesalahan besar. Masalah mental bukan sesuatu yang dilebih lebihkan. Siapapun dan umur berapapun bisa mengalami masalah mental. Karena kita manusia biasa yang tidak masalah jika tidak baik baik saja. Dan selalu ingat bahwa Mental Health Is Matter!
Oleh Aisyah Amara Laila Husna
Mahasiswa Ilmu Al Qur’an dan Tafsir
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung