Suluk.ID
Monday, July 21, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL

by elhimmah
July 18, 2025
in Ngilmu, Uncategorized
AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL
Share on Facebook

Kehidupan masyarakat yang majemuk, perjumpaan budaya dan agama menjadi realitas yang tidak bisa dihindari. Sebut saja di Indonesia. Sebuah negeri dengan ragam etnis, bahasa, dan kepercayaan, telah lama menjadi laboratorium sosial yang memicu terjadinya akulturasi budaya. Alih-alih memicu konflik, akulturasi ini justru menjadi potensi ciptakan tatanan hidup yang moderat, saling menghargai, dan damai.

Salah satu bentuk akulturasi yang menarik di sini adalah tradisi ziarah. Dalam Islam, ziarah kubur menjadi salah satu praktik spiritual yang bertujuan mengingat kematian, mendoakan leluhur, serta memperkuat nilai keimanan. Sementara dalam tradisi Katolik, umat juga mengenal praktik ziarah, seperti yang dilakukan di Goa Maria Watu Blencong (Borosuci, Banjarasri , Kulon Progo) yang merupakan tempat perenungan dan doa serta kerap dikunjungi dengan maksud mencari ketenangan batin dan memperkuat relasi spiritual dengan Tuhan. Dua tradisi ini menunjukkan bahwa dalam laku keagamaan, terdapat kesamaan titik benang merah yaitu terdapat nilai nilai yang menyatukan penghormatan terhadap yang transenden dan juga pencarian makna kehidupan.

Ketika umat Islam dan Katolik sama-sama menjalankan tradisi ziarah, bukan hanya bentuk spiritualitas yang ditegaskan, melainkan juga terbentuk ruang dialog budaya yang memungkinkan tumbuhnya empati dan toleransi. Misalnya, warga yang tinggal berdampingan di sekitar Goa Maria Watu Blencong, mereka akan saling menjaga suasana damai meski berbeda keyakinan. Selain itu dalam banyak kasus pun, sering kali dijumpai masyarakat Muslim terlibat langsung dalam menjaga ketertiban disaat berlangsungnya perayaan keagamaan Katolik. Inilah contoh nyata bagaimana akulturasi budaya menciptakan ruang moderasi, bukan sekadar dalam tataran simbolik, tetapi dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Di era polarisasi dan kecenderungan eksklusivisme, praktik-praktik akulturatif semacam ini perlu terus dirawat dan dikuatkan. Pendidikan multikultural, ruang-ruang dialog lintas agama, serta pengakuan terhadap kearifan lokal yang menyatukan semuanya menjadi fondasi penting bagi tumbuhnya moderasi yang sejati. Moderasi bukan berarti mencairkan identitas agama atau budaya yang dianut, melainkan kemampuan untuk bersikap adil, seimbang, dan inklusif.

Dengan demikian, akulturasi budaya bukan sekadar proses historis belaka, melainkan strategi sosial yang hidup dan relevan dalam membentuk masyarakat yang toleran dan damai. Sebagaimana adanya tradisi ziarah lintas iman menunjukkan bahwa keberagaman bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk dirayakan dalam kebersamaan. Maka, moderasi tumbuh bukan dari wacana semata, tetapi dari praktik hidup sehari-hari yang bersandar pada nilai-nilai kemanusiaan universal.

 

Saidatun Nisa’

UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

 

 

elhimmah
elhimmah
Previous Post

18 Bidang Tanah Ikrar Wakaf Bersama Kepada MWCNU Diwek

Next Post

Lapak Baca KKN Nusantara: Menanamkan Cinta Literasi sejak Dini di Dusun Kanoman 2

Related Posts

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

by Ahmad Misbakhul Amin
July 13, 2025
0

Salah satu rangkaian KKN adalah program kerja. Untuk menggambarkan dan merancang program kerja dibutuhkan satu siklus urgen yakni observasi dan...

Membahas Tentang Fenomena Pondok, Barokah, dan Wacananya

Membahas Tentang Fenomena Pondok, Barokah, dan Wacananya

by Muchamad Rudi C
July 4, 2025
0

Suluk.id - Menarik memang untuk membahas tentang fenomena pondok, barokah, dan wacana keislaman yang dibangun saat ini. Ada yang bertanya...

1 Muharram dan 1 Suro:  Harmoni Budaya Jawa dan Islam dalam Refleksi Zaman

1 Muharram dan 1 Suro: Harmoni Budaya Jawa dan Islam dalam Refleksi Zaman

by Redaksi
June 25, 2025
0

Dua warisan besar yang saling merangkul, bukan bertentangan. Setiap datangnya 1 Muharram atau 1 Suro dalam penanggalan Jawa-Islam, masyarakat di...

Tradisi 1 Muharram: Simbol Spiritualitas Islam Dan Budaya Jawa

Tradisi 1 Muharram: Simbol Spiritualitas Islam Dan Budaya Jawa

by Jumari
June 20, 2025
0

1 Muharram diperingati sebagai tahun baru Islam. Tahun baru yang memiliki ragam versi dalam memeringati dan memeriahkannya. Pada kalangan masyarakat...

Next Post
Lapak Baca KKN Nusantara: Menanamkan Cinta Literasi sejak Dini di Dusun Kanoman 2

Lapak Baca KKN Nusantara: Menanamkan Cinta Literasi sejak Dini di Dusun Kanoman 2

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Guru PAl Jenjang SD Tingkatkan Kemampuan Pembelajaran

Guru PAl Jenjang SD Tingkatkan Kemampuan Pembelajaran

July 21, 2025
Perkuat ldeologi Aswaja, Gelar Pengajian Rutin Karya Pendiri NU

Perkuat ldeologi Aswaja, Gelar Pengajian Rutin Karya Pendiri NU

July 21, 2025
Lapak Baca KKN Nusantara: Menanamkan Cinta Literasi sejak Dini di Dusun Kanoman 2

Lapak Baca KKN Nusantara: Menanamkan Cinta Literasi sejak Dini di Dusun Kanoman 2

July 19, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025