Suluk.ID
Wednesday, July 30, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Menyejukkan Hati Nurani dengan Pengajian Ahad Pagi

by Ahmad Misbakhul Amin
July 30, 2025
in Pitutur
Menyejukkan Hati Nurani dengan Pengajian Ahad Pagi
Share on Facebook

Kulon Progo, 27 Juli 2025. Pagi itu, tidak seperti biasanya aku bangun lebih siang ketimbang beberapa hari lalu. Aku bangun dan jam sudah menunjukkan pukul 05.15, alamak aku kesiangan. Segera aku ke belakang mengambil air wudu dan seperti biasa, airnya pasti sulit keluar. Benar saja, air sulit keluar tapi alhamdulillah aku tetap bisa mengambil air wudu walaupun agak kesusahan. Aku salat subuh walaupun agak sedikit terlambat dan karena masih bingung mau melakukan aktivitas apa, akhirnya membaca buku adalah kegiatan yang aku pilih. Aku baca buku, tapi bukan buku berat. Aku baca novel milik Ilma, anak Pak RW. Mungkin nama panjangnya Zahidan Ilma karena aku lihat di pojok sampul dalam novel itu. Judul novelnya Septian, novel roman yang menurut pemiliknya adalah salah satu buku novel yang pernah dikhatamkannya.

Karena membaca novel tidak butuh pemahaman yang mendalam layaknya membaca buku akademik, samar-samar aktivitas teman di posko itu tetap saja terespons. Akhirnya aku pindah di teras sebelah sambil membawa segelas air madu hangat. Aku mencoba untuk fokus dan menikmati kisah demi kisah yang menceritakan Septian, tapi fokusku tidak lama. “Bah, Misbah, Misbah ayo melu aku” aku kenal suara itu tapi aku tidak lihat siapa yang memanggilku, pasti suara Pak RW. Benar saja, aku menghadap sebentar dan diajaknya ikut bersamanya. Tak banyak tanya, segera aku ambil baju takwa dan peci hitam. Aku tidak tahu dan tidak dikasih tahu Pak RW mau diajak ke mana, yang aku lihat hanya Pak RW pakai peci maka aku inisiatif menyesuaikan.

Motor berjalan, dan obrolan ringan terjadi, ternyata aku mau diajak ke PAP. Bukan PAP ke pacar kaya kamu yang lagi baca tulisan ini yah. Iya kamu, serius amat bacanya.  Ini PAP : (Pengajian Ahad Pagi). Sedikit sok tahu, aku sudah mengira kalau mau diajak ke PAP, karena sedikit banyak aku juga tahu informasi tentang pengajian ini. Ketika aku sensus untuk pengambilan data pembuatan buku ensiklopedia dusun beberapa warga menyampaikan kepada kami tentang pengajian PAP. Katanya pengajian ini rutin dilakukan setiap Minggu pagi di beberapa tempat. Tempatnya selalu pindah karena sistemnya memang seperti itu. Pernah katanya di Masjid Al Hikmah Kanoman Dua, pernah pula di Masjid Al Furqan Kanoman Satu. Infonya Desember nanti penempatan akan dilakukan di Masjid Al Hikmah Kanoman Dua lagi. Kata Pak RW, sistem penempatan biasanya tergantung panitia dan takmir masjid yang meminta dijadikan sebagai tempat pengajian.

Singkat cerita aku sudah tiba di tempat pengajian. Jujur aku tak tahu ini tempatnya di daerah mana. Aku ikut Pak RW saja ke mana saja, yang penting bila Pak RW duduk aku juga ikut duduk, kalau Pak RW diberi makanan aku juga harus dapat, simpel. Ternyata benar, Pak RW masuk dan bersalam salaman dengan beberapa jamaah pengajian lainnya, aku ikut apa yang dilakukannya. Dan benar pula, Pak RW dikasih Teh hangat dan roti, untung aku juga dapat. Aku duduk di pinggir jalan bersamaan dengan jamaah lainnya, tepat di belakang Pak RW. Sambil cengar-cengir tersenyum kecil karena sudah dapat teh hangat dan roti aku mencoba untuk bersikap agak dingin dan terlihat serius karena pengajian akan segera dimulai.

Pengajian kali ini diisi oleh pembicara dari Yogyakarta, KH. Abdul Wahab. Aku tak tahu wajahnya, yang kutahu hanya ketika beliau di awal sesi ceramah memperkenalkan dirinya secara singkat. “Nami kulo Abdul Wahab, ojo sampek keliru Abu Lahab” kenalnya sambil tertawa ramah. “ Nama saya Abdul Wahab, jangan sampai keliru  Abu Lahab”, bila dibahasa Indonesiakan. Kiai Wahab, begitu saja aku menyebutnya, menceritakan di awal-awal ceramah bahwa dirinya sering kali mengisi pengajian di sekitar Kabupaten Kulon Progo seperti di Samigaluh dan di beberapa tempat lainnya. Namun di Kalibawang dan khususnya di desa yang aku sendiri tidak tahu namanya ini menjadi momen pertamanya untuk mengisi pengajian di daerah ini.

Saat beliau mulai memaparkan materi demi materi terlihat jamaah mulai fokus mendengarkan apa yang diucapkan. Jamaah tampak tertib dan rapi duduk di Masjid. Tapi karena jamaah membludak hingga ribuan, perkiraan sampai seribu lima ratus hingga dua ribu jamaah, maka beberapa jamaah duduk di pinggir jalan di atas tikar yang telah disiapkan panitia. Tak apa, beberapa jamaah kulihat tampak sangat santai dan serius menikmati ceramah sang ustaz. Namun, namanya jamaah, biasanya kalau sudah ketemu ya pasti nostalgia, cerita, dan tak jarang tampak tertawa bareng teman sebelahnya. Ini juga yang aku temukan di pengajian ini.

Pak Kiai Wahab dalam ceramahnya secara substansi menjelaskan tiga jalur kebahagiaan. Dalam pidatonya beliau menukil makalah dalam Kitab Miftahus Saadah. Menurutnya berdasarkan informasi yang diperolehnya dari kitab itu bahwa jalur kebahagiaan itu terbagi menjadi tiga. Pertama, ketika Allah memberikan rezeki yang banyak dan melimpah. Rezeki selalu menjadi salah satu permintaan yang sering diadukan pada saat berdoa kepada Allah. Posisinya yang memegang peranan penting menjadi salah satu hal yang tidak bisa ditinggalkan untuk diminta dalam ritual keagamaan. Menurutnya rezeki yang halal dan tayib menjadi jalan yang telah digariskan oleh Allah dan siapa saja yang mendapatkannya berarti telah mendapatkan keberkahan Allah.

Kedua, ketika Allah memberikan jasad/ fisik yang bagus. Menurut beliau salah satu kebahagiaan yang diberikan Allah kepada manusia adalah ketika manusia diberikan jasad yang sempurna. Ini benar, coba kita refleksi ke belakang. Banyak teman-teman kita yang kemungkinan secara fisik dia tidak sempurna alias penyandang distabilitasi seperti tuna rungu atau yang lain. Di sisi lain kita yang telah mendapatkan banyak kenikmatan termasuk nikmat sehat dan memiliki fisik serta mental yang sempurna tetap saja mengeluh dan merasa kurang dengan apa yang telah dicapai. Seharusnya kita refleksi ke beberapa orang yang memiliki keterbatasan seperti itu. ini bukan berarti Allah tidak memberikan kenikmatan yang sempurna bagi mereka penyandang distabilitas, tapi jauh dari orientasi itu adalah seberapa manfaat yang telah Allah berikan merupakan kenikmatan yang itu layak untuk kita dan wajib kita jaga.

Ketiga, ketika Allah memberikan nikmat taufik dan hidayah agar istikamah dalam beribadah. Aku jadi teringat di dalam Kitab Hikam karya Ibn Athoillah dijelaskan bahwa orientasi beribadah itu bermacam-macam. Di tingkatan syariat orientasi ibadah akan berkutat di wilayah fikih. Agak jauh ke atas tingkatannya sudah berada di wilayah hakikat yang jelas praktik ibadahnya pun berbeda dengan syariat. Jauh lebih atas lagi ada makrifat. Satu tempat di mana jiwa telah masuk di dimensi spiritual yang hanya melihat cinta Tuhan, bukan lainnya. Taufik dan hidayah ini juga bermacam-macam tergantung posisi mana kita berada. Dengan demikian hidayah dan pertolongan yang Allah berikan diberikan secara adil, yakni sesuai kadar potensi maslahat yang dihasilkan. Ibarat kata, Allah bisa menyelamatkan seekor rusa yang diintai singa dengan cara berbeda dengan ketika Allah menyelamatkan burung elang yang dipatok gagak hitam.

Ahmad Misbakhul Amin
Ahmad Misbakhul Amin
Previous Post

Fokus, Hamsa Jadi Guru Juara Olimpiade Bahasa Arab

Next Post

Geliat Ranting NU Desa Wengkal Jelang Maulid Nabi

Related Posts

Mencintai Tuhan Saat Mentadabburi Al-Qur’an

Mencintai Tuhan Saat Mentadabburi Al-Qur’an

by Araffah
June 17, 2025
0

Mentadabburi Al-Qur'an sebagai sebuah proses merenungkan, memikirkan dengan seksama, atau memperhatikan dengan mendalam tentang apa yang ada dalam sebuah ayat...

Permasalahan Mental Bukan Hanya Soal Ibadah

Permasalahan Mental Bukan Hanya Soal Ibadah

by elhimmah
June 8, 2025
0

Mengalami permasalahan mental adalah hal yang manusiawi dan perlu untuk ditangani. Dengan memiliki pengetahuan tentang kesehatan mental khususnya diri sendiri...

Menemukan Tawakal Dibalik Que Sera Sera

Menemukan Tawakal Dibalik Que Sera Sera

by elhimmah
June 8, 2025
0

Rilis pada tahun 1956 Que sera sera merupakan sebuah lagu yang diciptakan oleh Jay Livingston dan Rey Evans dengan penyanyi...

Mari Bersama Merawat Semangat Kebangsaan dengan Nilai-Nilai Agama dan Budaya

Mari Bersama Merawat Semangat Kebangsaan dengan Nilai-Nilai Agama dan Budaya

by Redaksi
June 2, 2025
0

Suluk.id - Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila sebagai momen penting untuk kembali meneguhkan jati diri...

Next Post
Geliat Ranting NU Desa Wengkal Jelang Maulid Nabi

Geliat Ranting NU Desa Wengkal Jelang Maulid Nabi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Geliat Ranting NU Desa Wengkal Jelang Maulid Nabi

Geliat Ranting NU Desa Wengkal Jelang Maulid Nabi

July 30, 2025
Menyejukkan Hati Nurani dengan Pengajian Ahad Pagi

Menyejukkan Hati Nurani dengan Pengajian Ahad Pagi

July 30, 2025
Fokus, Hamsa Jadi Guru Juara Olimpiade Bahasa Arab

Fokus, Hamsa Jadi Guru Juara Olimpiade Bahasa Arab

July 29, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025