Suluk.ID
Sunday, October 5, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Sholawat Ngelik: Akulturasi Agama dan Budaya di Mlangi yang Lestari Hingga Kini

by Laila Rohmatul Izzah
September 30, 2025
in Ngilmu, Pepanggen
Sholawat Ngelik: Akulturasi Agama dan Budaya di Mlangi yang Lestari Hingga Kini
Share on Facebook

Bulan maulid merupakan salah satu bulan besar bagi umat Islam. Bulan di mana datang seseorang yang kelahirannya mampu memadamkan api abadi di Persia, mengguncang istana Romawi dengan begitu hebatnya, bahkan semesta dan segala isinya berebut ingin menyambut kedatangannya. Beliaulah Kanjeng Nabi Muhammad Saw, sosok manusia mulia yang menjadi panutan sepanjang zaman.

Bagi para perindunya, momen maulid digunakan sebagai ajang pembuktian. Ya, pembuktian seberapa besar cinta seorang umat kepada rasulnya, bukan hanya dalam ucapan tapi juga termanifestasi dalam perbuatan. Mulai dari giat melaksanakan sunah, semangat membaca sirah nabawiyah, hingga antusias melantunkan sholawat. Karenanya berbagai acara banyak digelar pada bulan maulid, mulai dari pengajian hingga sholawatan.

Hal serupa juga bisa ditemukan di Dusun Mlangi, salah satu daerah di kabupaten Sleman, Yogyakarta. Desa yang dikenal sebagai kampung santri ini tak tanggung-tanggung dalam mengadakan perayaan maulid. Para warga, mulai dari laki-laki hingga perempuan, dari yang muda hingga lanjut usia, menunjukkan antusias besar dalam menyambut bulan kelahiran Nabi Muhammad Saw.

Perayaan maulid yang berlangsung pada Sabtu pagi (06/09/2025) di Masjid Pathok Negoro Mlangi berlangsung secara megah. Bagaimana tidak, pada acara ini masyarakat Mlangi akan saling berlomba membuat “berkat” terbaik untuk dibawa ke masjid. Tidak hanya berisi nasi lengkap dengan lauk pauk yang beraneka ragam seperti bebek goreng, ikan bandeng, ayam ingkung, hingga aneka jajanan pasar, tapi juga berisi hadiah bahkan uang tunai.

Hadiah yang diberikan juga tidak tanggung-tanggung, mulai dari baju, alat rumah tangga seperti panci, termos, juga kompor gas. Bagi yang punya rezeki lebih pun ada yang membawa hadiah berupa rice cooker, kipas angin, bahkan sepeda. Masyarakat dengan ekonomi menengah pun tak kalah antusiasnya, mereka akan menabung jauh-jauh hari agar bisa memberikan yang terbaik pada perayaan maulid nanti. Bukannya keberatan, masyarakat Mlangi akan sangat senang sekali jika “berkat” yang telah mereka buat bisa diberikan kepada para kyai.

Acara dimulai sekitar pukul sembilan pagi, diawali dengan pembacaan sholawat ngelik. Berbeda dengan sholawat kebanyakan, pembacaan sholawat di Mlangi cukup unik, yaitu sholawat yang berbahasa arab ini dilantunkan dengan langgam Jawa. Jika tidak mendengarkan dengan seksama mungkin akan mengira jika yang dibaca adalah gending-gending Jawa, padahal sebetulnya lantunan maulid Syariful Anam. Pembacaan sholawat berlangsung sekitar tiga jam, jeda sebentar sholat dhuhur lalu berlanjut hingga pukul dua siang. Kendati cukup lama tapi tidak menyurutkan semangat mereka dalam bersholawat.

Tak hanya berhenti di situ, malam harinya acara masih dilanjutkan dengan kesenian Kojan khas Mlangi. Para santri tidak hanya membaca sholawat tapi juga mengiringinya dengan tarian, mereka juga mengenakan baju adat seperti beskap dan blangkon. Acara malam hari lebih semarak karena tidak hanya dihadiri kaum lelaki saja, tetapi juga seluruh warga Mlangi turut serta. Kesenian ini menjadi ciri khas yang hanya ada di Mlangi, sehingga memiliki daya tarik tersendiri bagi masyarakat terutama sanak saudara yang datang dari luar kota.

Masuknya agama Islam di tanah Jawa memberikan angin segar bagi kebudayaan lokal. Kehadirannya yang santun dan terbuka semakin menambah keragaman budaya yang ada. Banyak tradisi dan ritual yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat jawa tidak lepas dari pengaruh agama. Salah satunya bisa kita temukan pada tradisi maulid di Mlangi.
Perayaan maulid masyarakat Mlangi yang menggunakan sholawat dengan langgam Jawa merupakan bentuk akulturasi antara agama dan budaya.

Menurut Gus Zamzami, seorang pengasuh pondok pesantren Mlangi Timur, dahulu setiap acara di dusun Mlangi kerap diisi dengan tembang jawa seperti macapat dan lain-lain. Baru kemudian oleh Kyai Nur Iman yang merupakan putra Raja Amangkurat IV diubah dengan membaca sholawat yang masih mempertahankan tembang jawa.

Tradisi pembacaan sholawat ngelik inilah yang merupakan bentuk penyatuan yang harmoni antara agama dan budaya. Keduanya saling melengkapi satu sama lain. Tradisi disertai nilai-nilai agama akan lebih bernilai, begitupun sebaliknya. Agama jika tidak dikontekstualkan dengan tradisi lokal akan terasa kering dan kurang membumi. Tradisi maulid tidak hanya sebagai peringatan kelahiran Nabi Muhammad saja, tapi juga sarana pertemuan antara agama dan kebudayaan. Berkah kelahiran Kanjeng Nabi menjadi ajang silaturahmi, berkumpul dengan keluarga besar hingga mengeratkan ukhuwah dalam masyarakat.

Laila Rohmatul Izzah
Laila Rohmatul Izzah
Previous Post

Lima Keutamaan Bagi Orang Yang Senang Mendengarkan Kisah Maulid Nabi

Next Post

Tingkatkan Tradisi Literasi, Workshop Menulis Karya Tulis Guru PAUD

Related Posts

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

by Muchamad Rudi C
September 10, 2025
0

Aja-aja ada memang pertanyaannya. Memang terlihat sepele, tapi menjadi bahan diskusi menarik bahkan sampai serius. Pertanyaan itu muncul ketika saya...

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

by Muchamad Rudi C
September 3, 2025
0

Kepedulian masyarakat kepada negara hingga sampai golongan akar rumput. Terbukti dengan salah satunya obrolan tentang wacana demonstrasi bulan Agustus 2025...

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

by Abdur Rohman Assidiis
August 19, 2025
0

Suluk.id, Akhir-akhir ini, dunia jagat maya sedang digencarkan oleh wacana perbincangan filsafat. Hal ini dipicu oleh salah satu sosok yang...

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

by Nur Aziz Muslim
August 9, 2025
0

Kemerdekaan bukan sekadar hanya bebas dari penjajahan secara fisik, akan tetapi harus dimaknai sebagai suatu keadaan yang disitu bebas dari...

Next Post
Tingkatkan Tradisi Literasi, Workshop Menulis Karya Tulis Guru PAUD

Tingkatkan Tradisi Literasi, Workshop Menulis Karya Tulis Guru PAUD

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

LazisNU Sukorejo Diharap Jadi Garda Depan Kegiatan Sosial NU

LazisNU Sukorejo Diharap Jadi Garda Depan Kegiatan Sosial NU

October 1, 2025
Sampai Pada Do’a Paling Tulus   Dipanjatkan

Sampai Pada Do’a Paling Tulus Dipanjatkan

September 28, 2025
Sema’an Al-Qur’an dan Mengikuti Jejak Perjuangan Nabi Muhammad SAW

Sema’an Al-Qur’an dan Mengikuti Jejak Perjuangan Nabi Muhammad SAW

September 28, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025