Suluk.ID
Sunday, December 7, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Pitutur

Refleksi Hari Santri; Pesantren dan Kiprahnya di Tengah Masyarakat

Joyo Juwoto by Joyo Juwoto
November 4, 2019
in Pitutur
Share on Facebook

Pemerintah melalui Keputusan Presiden RI Joko Widodo Nomor 22 Tahun 2015 tertanggal 15 Oktober 2015 menetapkan setiap tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri Nasional. Penetapan hari santri ini tentunya akan mengukuhkan identitas dan peran santri di kancah nasional. Terlepas dari pro dan kontra tentang penetapan Hari Santri Nasional saya sedikit ingin merefleksikan tentang masyarakat pesantren.

Kata santri sendiri ada yang bilang berasal dari bahasa Sansekerta, dari kata Shastri yang berarti melek huruf. Pendapat lain menyatakan santri berasal dari bahasa Jawa dari kata cantrik, yakni seseorang yang mengikuti seorang guru dengan maksud berguru atau mengaji, kata santri inilah yang akhirnya membentuk satu lingkungan yang dikenal dengan nama pesantren. Terlepas dari pengertian dari mana asal kata santri yang pasti santri adalah golongan masyarakat yang pernah merasakan dan menuntut ilmu di pesantren. Baik dalam istilah mondok ataupun model santri kalong (santri yang tidak bermukim di pesantren).

Istilah santri tampaknya bakal go nasional mengikuti jejak songkok nasional kita yang lebih dahulu beken menjadi pakaian identitas nasional. Tidak salah memang, lha wong songkoknya, atau pecinya saja sudah menjadi ikon nasional kok pemakainya yang kebanyakan dari kalangan pesantren masih berputar-putar di ruang lingkup lokal. Masih saja berdebat qunut dan tidak qunut, tarawih sebelas rakaat ataukah dua puluh tiga rakaat, kalau shalat pakai nawaitu atau tidak dan permasalahan klasik lainnya.

Saya tentu tidak bermaksud merendahkan identitas santri, karena banyak juga santri-santri yang aksinya level nasional bahkan mendunia.Contohlah KH. Hasyim Asy’ari, Kiai Wahab Chasbullah,Wakhid Hasyim, Gus Dur, Cak Nur , Cak Nun beliau-beliau adalah kaum sarungan yang terlahir dari rahim pesantren. Tanpa meninggalkan identitas santri, mereka mampu berperan sebagai warga negara yang produktif dan konstruktif dalam membangun hasanah peradapan bangsa.

Santri seyogyanya peka terhadap isu-isu yang berkembang di tengah-tengah masyarakat, karena memang di masyarakat itulah akar santri menghunjam. Santri dan pesantren seharusnya menjadi semacam katarsis bagi jiwa masyarakat yang semakin keruh, dari pesantren seharusnya mata air kearifan bisa ditimba guna memenuhi dahaga peradapan yang semakin gersang.

Pesantren adalah oase yang menyejukkan di tengah-tengah gencarnya budaya kekerasan dan kesewenang-wenangan yang melanda di sekitar kita. Dari sumber mata airnya yang jernih, dari kesejukan udara pesantren yang murni, dan dari tanah pesantren yang gembur kita berharap negeri ini kembali subur dan makmur, menjadi negeri yang baldatun thoyyibatun wa rabbun ghofur, negeri yang baik serta berada dalam ampunan Tuhan.

Dari Pesantren yang notabenenya merupakan lembaga pendidikan asli bercorak nusantara kita berharap tumbuh kembangnya nilai-nilai kearifan lokal (wisdom lokal) yang dapat mereduksi dan memberikan anti bodi masyarakat khususnya generasi muda bagi masuknya nilai-nilai dan budaya luar yang nyaris tak terbendung di era globalisasi ini. Merujuk apa yang dikatakan oleh KH. Husein Mohammad Pengasuh Pondok Pesantren Dar al-Tauhid, Arjawinangun Cirebon, dalam buku “Pendidikan Karakter Berbasis Tradisi Pesantren” beliau menyatakan : “Saya lahir, besar dan bergumul sepanjang hidup bersama pesantren. Ia memiliki nilai kemanusiaan profetik dan khazanah intelektual yang kaya. Maka, pesantren memiliki potensi besar untuk menjadi sumber inspirasi bagi masa depan bangsa-negara ini.”

Joyo Juwoto
Joyo Juwoto

Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban Indonesia.

Previous Post

Ngaji Al-Hikam di Lirboyo

Next Post

Mengapa Harus Nabi Muhammad yang Dipilih?

Related Posts

seminar pendidikan indonesia

Guru: Arsitek Masa Depan Pendidikan Indonesia

November 23, 2025
Sampai Pada Do’a Paling Tulus   Dipanjatkan

Sampai Pada Do’a Paling Tulus Dipanjatkan

September 28, 2025
Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

September 10, 2025
Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

October 7, 2025
Next Post
Mengapa Harus Nabi Muhammad yang Dipilih?

Mengapa Harus Nabi Muhammad yang Dipilih?

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

Anak Buruh Tani, Fokus Gerakkan Literasi

December 6, 2025
Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

Muktamar & Milad Perdana Komunitas El Himmah: Konsolidasi, Regenerasi, dan Harapan Baru

December 5, 2025
Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

Penerapan Psikologi Dalam Menyampaikan Pesan Dakwah Strategi

December 4, 2025
Load More

MORE ON TWITTER

ADVERTISEMENT

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025