Suluk.ID
Friday, February 26, 2021
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Pitutur

Begini Sebaiknya Sikap Kita dan Corona

by Abad Badruzaman
March 19, 2020
in Pitutur
Reading Time: 3min read
0 0
0
Begini Sebaiknya Sikap Kita dan Corona
Share on Facebook

Bagi sebagian, hukum Islam seolah cuma dua: wajib dan haram. Nggak heran jika mereka terlihat kaku; ruang gerak mereka memang sempit, hanya berada di antara dua ujung: wajib di kanan, haram di kiri. Dari ruang sempit ini mereka juga ngeliat di luar sana hanya ada dua warna: putih sama hitam. Sampai sini saja kita sudah mendapatkan paling nggak dua kata buat menggambarkan mereka: Kaku dan sempit.

Kaku dan sempit membelenggu mereka dalam memandang segala hal, tidak kecuali perkara Corona berikut semua turunannya. Kaku dan sempit sangat dekat dengan tergesa-gesa; gampang menghukumi, mudah memvonis. Tak peduli bahwa persoalan yang dihukumi atau divonis di luar otoritas pengetahuannya. Kaku dan sempit juga berjarak sangat dekat dengan sektarianisme dan klaim kebenaran. Juga biasanya hanya beberapa langkah dengan kebencian. Setiap yang bukan diri dan kelompoknya hampir selalu dipastikan salah.

Maaf jadi ke mana-mana. Saya cuma mau mengritik sikap sementara orang yang tidak saya ragukan kesalehan dan semangat keberagamaannya. Dalam dua hal yang disebut terakhir, saya merasa tak lebih dari sebutir debu di hamparan luas sahara tak berbatas. Jadi, kritik saya sama sekali tidak mengurangi pengakuan saya akan kesalehan dan keberagamaan mereka.

Ketika Corona awal-awal merebak, tak sedikit dari mereka buru-buru menyebut wabah itu sebagai azab. Kenyataan ia datang dari China meneguhkan keyakinan bahwa ia memang kiriman Tuhan untuk mengutuk China. Sejalan waktu, Corona ternyata melanglang kemana-mana. Iran dan Italia menjerit didera “kejamnya” Corona.

BacaArtikel

Mengembalikan Marwah Nahdlatul Ulama (NU) Pasca Pilkada

Mengenai Pilkada, Kader NU yang Maju Mewakili Siapa?

Andai Kader NU Tak Jadi Bupati atau Wakil Bupati

Apakah mereka akan merevisi pandangan bahwa ia kutukan atas China? Tentara manusia sangat bisa salah tembak; keliru sasaran. Tapi tak bisa diterima akal jika Tentara Tuhan salah sasaran hingga korbannya mencapai ribuan. Ini saja sudah memberi pelajaran; jangan tergesa menilai ini-itu, terutama dalam perkara di luar kemampuan kita.

Hingga catatan ini diposting di Fb, entah sudah bertambah berapa jiwa yang meninggal dari jumlah terakhir yang kita baca di media. Setiap kita mohon perlindungan pada Yang Kuasa dari ganasnya Corona. Tapi jika ia menimpa siapa saja di dekat kita, apakah kita masih sempat berpikir bahwa itu adalah azab? Kerdil sekali sisi kemanusiaan kita jika berpikir seperti itu!

Sebagai kaum beriman, kita percaya akan qadla-qadar. Tapi qadla-qadar dalam pemahaman yang benar tidak pernah meminta kita menegasikan atau mengabaikan hukum yang bekerja di alam. Segala sesuatu bekerja sesuai hukum dan aturannya. Doa dan tawakkal melapisi segala ikhtiar kita dalam koridor hukum alam.

Tuhan memang nggak terikat hukum alam, sebab hukum alam hanya mengikat alam. Namun setiap insan pertama-tama dituntut ikut aturan alam telebih dulu. Janganlah, belum apa-apa kita langsung berharap Tuhan menunjukkan kuasa-Nya mengeluarkan kita dari frame hukum alam. Dunia memang acap menunjukkan keajaiban. Tapi janganlah, belum apa-apa kita langsung bersandar pada keajaiban yang bahkan tiada kepastian tentangnya. Memangnya kita siapa dibanding Ibrahim yang kebal api? Dibanding Musa yang dapat membelah laut? Dibanding Isa yang bahkan bisa menghidupkan orang yang sudah mati?

Kita memang beragama. Tapi nggak usah melecehkan himbauan atau peringatan pihak berwenang terkait prosedur sementara yang mengatur peribatan selagi Corona menggila. Anjuran dan peringatan itu sama sekali tidak berangkat dari motif memusuhi agama atau anti peribadatan. Justru wujud tanggung jawab atas keselamatan bersama, sementara pokok-pokok peribadatan tetap berjalan dalam format atau prosedur yang disesuaikan dengan kondisi darurat.

Di sinilah wawasan tentang keluwesan dan “fleksibilitas” hukum Islam diperlukan. Hukum Islam yang bukan cuma wajib dan haram, hemat saya, lebih menunjukkan keluwesan tersebut. Ribuan jilid kitab fikih dan ushul-nya merupakan bukti sahih betapa hukum Islam tidak kaku. Kejumudan banyak dari kita sesungguhnya yang membuat hukum Islam sering terlihat seperti besi; kaku dan saklek! Buat apa Tuhan menganugerahi kita akal, jika sedikit saja upaya ijtihadiah dicap liberal dan anti-Islam?

Stop bicara Corona jika kita nggak punya pengetahuan memadai tentangnya. Serahkan pada ahlinya, percayakan pada otorita yang mumpuni di bidangnya. Ikuti sekuat yang kita bisa segenap anjuran dan kisi-kisi pencegahan dari pihak berwenang. Agama bukan hanya peduli seberapa kuat upaya kita menjadi pribadi yang taat ritual, lebih dari itu ia sangat senang melihat kita menjadi pribadi-pribadi yang saleh secara sosial. Saleh sosial, antara lain meminta kita taat pada ulil amri dalam arti pihak otoritatif tentang sebuah masalah; tidak terkecuali masalah Corona

Abad Badruzaman

Terlahir sebagai orang “Perancis (Peranakan Ciamis),” Menamatkan SD, MTs dan MAN di Ciamis. Pernah mengajar di Pesantren Darussalam, Ciamis (1997-1998), menjadi penerjemah lepas naskah-naskah berbahasa Arab

Previous Post

Epidemi Corona dan Teologi Fatalistik yang Fatal

Next Post

Belajar dari Kegigihan Syaikh Abd. Syakur Waliyyun Hamim dari Ngasem Bojonegoro

Related Posts

Mengenai Pilkada, Kader NU yang Maju Mewakili Siapa?

Mengembalikan Marwah Nahdlatul Ulama (NU) Pasca Pilkada

by Redaksi
December 10, 2020
0

Setiap momen kontestasi politik pasti ada yang kalah dan menang. Pemandangan seperti ini merupakan hal biasa yang harus dilewati oleh...

Mengenai Pilkada, Kader NU yang Maju Mewakili Siapa?

Mengenai Pilkada, Kader NU yang Maju Mewakili Siapa?

by Wahyu Eka Setyawan
November 6, 2020
0

Sudah jelas dan gamblang, bagaimana kita diajarkan untuk tidak main-main dalam hal urusan rakyat. Jika kader NU itu serius untuk...

Andai Kader NU Tak Jadi Bupati atau Wakil Bupati

Andai Kader NU Tak Jadi Bupati atau Wakil Bupati

by Amrullah Ali Moebin
November 5, 2020
0

Sekali lagi pengandaian ini adalah bentuk antisipasi saja. Jika kelak anda-anda yang telah mengkomodifikasi NU dengan membawa bendara NU untuk...

Ngaji Gus Baha, Mengenal Kekuasaan Allah dari Kecilnya Seekor Nyamuk

Bersikap Tenang Menghadapi Pilkada Ala Gus Baha

by Ahmad Athoillah
September 13, 2020
0

KETENANGAN Gus Baha dalam menghadapi setiap persoalan hidup sudah masyhur kita dengar. Di tangan Gus Baha semua terasa ringan, mudah,...

Next Post
Belajar dari Kegigihan Syaikh Abd. Syakur Waliyyun Hamim dari Ngasem Bojonegoro

Belajar dari Kegigihan Syaikh Abd. Syakur Waliyyun Hamim dari Ngasem Bojonegoro

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Mengenai Pilkada, Kader NU yang Maju Mewakili Siapa?

Meneguhkan Moderatisme; Agen Dakwah Rahmatan lil ‘Alamin

February 11, 2021
BAGANA NU, Gambar nu.or.id

Bencana Alam, Degradasi Lingkungan Hidup dan Peran Serta NU

February 11, 2021

Abah Isun, Kyai Kampung

January 6, 2021
Load More

MORE ON TWITTER

Suluk.ID

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan. Media ini dikelola Lembaga Ta’lif wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kabupaten Tuban.

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In