Mbah Kiai Syakur, atau yang lebih dikenal dengan Syaih Abd. Syakur Waliyyun Hamim sebutan yang diberikan oleh Mbah Lim Klaten ketika memberi penghormatan terakhir pada malam beliau wafat. Beliau adalah pelopor, pendiri, sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Asy-Syakur yang terlelak di Bojonegoro, tepatnya di dusun Nglingi desa Bareng Kecamatan Ngasem Kabupaten Bojonegoro, sekitar 15 km arah barat Bojonegoro.
Mbah Kiai Abd. Syakur lahir tahun 1906. Ayah bernama Kiai Abdul Jabbar bin Syafii Alias Suro Drono. Ibu bernama Khodijah binti Joyorono. Syafii, alias Suro Drono diriwayatkan sambung nasab dari Sunan Katong Bupati Ponorogo. Suro Drono berasal dari daerah Tempuran menyingkir menyelamatkan agamanya ketika terjadi kekacauan di Rajekwesi.
Joyo Rono yang bergelar Raden Kentar Bahu, salah seorang Wedono dari daerah Rembang menyingkir menyelamatkan agamanya ketika bermusuhan dengan penjajah Belanda.
Pada 1938 Syaikh Abd. Syakur menikah dengan Nyai Umi Kulsum binti Kiai Masdar, guru sekaligus kiainya yang berasal dari Desa Banjarsari Kabupaten Bojonegoro (sekarang Kecamatan Trucuk). Syaih Abd. Syakur diberi amanah 6 orang putra-putri. Yakni Nyai. Maemunah, Marifah (wafat ketika masih kecil), KH. Marzuqi (Alm), KH. Misbah (Alm), Nyai Hj. Munawaroh dan Nur Hasyim (wafat ketika masih kecil).
Semenjak kecil Syaih Abd. Syakur memperoleh didikan ilmu agama. Didikan awal oleh ayahnya sendiri, diteruskn belajar dan berguru di Pondok Pesantren Al-Mustofa Panjunan Kalitidu. Dengan gemblengan agama ini menjadikan cinta dan haus ilmu agama. Hal ini dibuktikan dengan pangembaraan beliau ke berbagai pondok pesantren untuk menuntut ilmu.
Beberapa pondok pesantren yang pernah beliau belajar antara lain, Pondok Pesantren Al-Mustofa Panjunan Kalitidu. Pondok Pesantren Banjarsari diasuh KH. Masdar. Pondok Pesantren Kendal diasuh KH. Abu Dzarrin. Pondok Pesantren Langitan diasuh KH. Abd. Hadi. Pondok Pesantren Sidoresmo Surabaya. Pondok Pesantren Jamsaren Pacitan. Serta Pondok Pesantren Tebu Ireng Jombang diasuh Hadratus Syaih KH. Hasyim Asy ari.
Sepulang belajar dari beberapa pondok pesantren tersebut, beliau kembali ke pondok pesantren Banjarsari untuk melanjutkan belajar ilmu sekaligus membantu mengajar, sehingga sang guru KH. Masdar berkenan mennjodohkan beliau dengan putrinya Umi Kulsum.
Perjuangan Bela Nagara
Masa pendudukan Jepang beliau penah mendapat pendidikan semi militer ala Jepang dengan bergabung di Kesatuan Gumincok.
Masa perang kemerdekaan November 1945 beliau bergabung dengan Hisbullah dikirim ke Surabaya untuk berperang melawan Belanda dan ikut perang kemerdekaan mempertahankan kota Surabaya yang dipimpin Bung Tomo melawan tentara sekutu hingga pimpinan sekutu, Jenderal Malaby berhasil terbunuh. Peperangan ini dikenal dengan sebutan Pertempuran Sepuluh November.
Effer Madiun pada tahun 1948, beliau juga berjuang memberantas pengaruh komunisme yang dihembuskan oleh PKI. sehingga tidak tahu bahwa putrinya yang bernama Marifah meninggal dunia ketika beliau sedang mendatangi panggilan pihak keamanan di Bojonegoro untuk diperiksa berkenaan dengan fitnah PKI.
Sehubungan tidak terbukti maka beliau dibebaskan. Tahun 1960-an PKI meraja lela beliau juga aktif berjuang. Instansi-instansi pemerintah banyak yang dikuasai PKI termasuk sekolah-sekolah hingga para murid sering dipulangkan sampai sore, tujuan PKI agar supaya siswa-siswi tidak dapat mengikuti pendidikan di madrasah yang umumnya masuk sore.
Menyadari kondisi seperti ini, beliau mengatur strategi bersama para pemuda, pendidikan madrasah dimasukkan pagi, dengan tujuan menyelamatkan generasi muda dari pengaruh komunis.
Perjuangan di bidang Pendidikan dan Dakwah Islam
Semenjak sang ayah KH. Abdul Jabbar meninggal tahun 1932, beliau berkewajiban mengasuh masjid tinggalan ayahanda yang semula hanya untuk salat berjamaah, setelah beliau bina berkembang menjadi pondok pesantren dengan berbagai lembaga pendidikan.
Pondok pesantren yang didirikan dengan nama Pondok Pesantren AsySyakur yang melaksanakan pendidikan : pengajian kitab-kitab klasik, madrasah diniyah, serta pendidikan formal mulai PAUD, Roudhotul Atfal, Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah hingga Madrasah Aliyah yang beraifiliasi pada Kementerian Agama.
Beliau juga berjuang mendorong berdirinya madrasah-madrasah di sekitar dusun Nglingi seperti Jelu, Jampet, Wadang, Ngantru, Tengger, Dukoh Kidul, Soko, Sendangharja, dan lain-lainnya dengan dukungan tokoh-tokoh di dusun-dusun tersebut, malah juga dusun-dusun di luar Ngasem, seperti Banjarsari, Bedrek Alastuwo, lan Menilo Kabupaten Tuban yang menjadi wilayah jamaah pengajian beliau.
Sejak tahun 1928 beliau sudah aktif melaksanaaken dakwah di masyarakat dengan membuka majlis pengajian dan majlis taklim di daerah-daerah meliliputi wilayah kecamatan Ngasem, Bojonegoro, Kecamatan Soko dan kecamatan Parengan Tuban. Hingga wafat, beliau meninggalkan amanat majlis pengajian di daerah-daerah tersebut yang jumlahnya lebih dari 56 majelis pengajian.
Kepribadian dan Amaliah
Beliau memiliki kepribadian dan sifat-sifat mulia,’berjiwa besar’, lebih banyak amal dari pada sekedar kalam, dermawan, kebiasaan yang patut menjadi tauladan. Beliau juga berkemauan keras, disiplin, istiqomah, serta konsisten tanggung jawab, tetapi juga rendah hati bijaksana dan peduli kepada umat.
Diantara amaliah beliau, selalu mempertahankan kesuciani (دائم الوضوء), selalu menjaga sholat berjamaah. Begitu istiqomahnya beliau rela menjadi makmum, utamana ketika beliau sakit mengundang salah satu santrinya untuk menjadi imam sholat dan beliau menjadi makmum, serta menjaga sholat sunat sunnat. Setiap hari beliau menyisihkan waktu untuk menelaah kitab.
Senantisa membawa pulpen di saku baju dan kertas. Dengan demikian beliau selalu dapat mencatat semua pemikirannya, malah semua amal jariyah, shodaqoh dari jamaah dicatat semua penerimaan dan kegunaanya. Dengan demikian beliau dapat memberitahukan kepada jamaahnya.
Beliau mencontohkan hidup bersahaja baik di rumah maupun di tengah masyarakat, selalu welasasih, pemaaf berpegang pada prinsip. Dalam beberapa kesempatan beliau selalu bermusyawarah, memberi nasehat dan pencerahan kepada ummat dalam suasana akrab dan penuh kekeluargaan.
Saking sederhananya, dalam melaksanaan tugas penyuluhan kepada jamaah yang jumlahnya lebih dari 56 tempat pengajian, yang tersebar di beberapa desa dan Kecamatan di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban, beliau senantiasa naik sepeda pancal yang dikemudikan oleh santrinya.
Selasa Kelabu
Senin Pahing 5 Mei 1986 beliau berangkat melaksanakan kewajiban mengaji rutin di dusun Dhemek Bedrek Desa Selogabus Kecamatan Parengan Kabupaten Tuban. Selasa pon 06 Mei 1986 atau bertepatan 27 Syaban 1406 beliau pindah mengaji rutin di desa Banjarsari di langgar Kiai Moh. Sirot.
Waktu pengajian akan segera dimulai beliau merasa tidak enak badan minta dikeroki. Namun kemudian merasa gelap penglihatan, sehingga dipanggilkan petugas kesehatan.
Namun Allah mentaqdirkan lain, ketika petugas kesehatan datang beliau sudah dipanggil oleh Allah SWT Yang Maha Kuasa, sekitar jam 14.00 wib. pada hari Selasa Pon tanggal 06 Mei 1986 bertepatan tanggal 27 Syaban 1406 H. di kancah perjuangan di tengah-tengah ummat.
Inna lillahi wa inna ilahi rojiun. Selasa pon malem Rabu Wage janazah diistirahatakan di masjid Pondok Pesantren Asy-Syakur Nglingi. Malam itu juga Mbah Kiai Muslim Imam Puro salah satu ulama kharismatik dari Klaten Jawa Tengah datang untuk memberi penghormatan serta memberi nasehat dan kekuatan bathin kepada putra-putri dan para santri.
Dalam kesempatan tersebut Mbah Kyai Muslim juga memberi kesaksian bahwa beliau Syaih Kyai Abd. Syakur sebagai salah satu wali Allah dengan sebutan Waliyyun Hamim.
Hari Rabu Wage janazah dimakamkan di makam keluarga belakang masjid Pondok Pesantren AsySyakur Nglingi Ngasem Bojonegoro. Semenjak saat itu kita telah ditiggal oleh sosok orang tua, guru, pemimpin, pengasuh, syaikhuna wa murabbi ruhina Asy-Syaih Kyai Abd. Syakur Waliyyun Hamim.
Sumber :
Sutrisno Rachmat, Ketua Alumni Santri As-Syakur Bojonegoro
M. Musdar, Ketua Yayasan Pendidikan As-Syakur Nglingi Bojonegoro
Pernah menjabat sebagai Kakanwil Kemenag Jawa Timur. Sekarang aktif sebagai Ketua Alumni Santri As-Syakur Bojonegoro.