Tuban, sangat terkenal dengan sebutan Bumi Wali, selain juga sebutan bumi Ronggolawe. Sebab banyak sekali ditemukan makam para auliya’ dari ujung timur sampai ujung barat Tuban. Dari yang paling masyhur hingga wali yang mastur yang sampai hari ini masih dijaga kerahasiaannya oleh Allah.
Di Desa Mliwang, salah satu desa di Kecamatan Kerek Kabupaten Tuban, terdapat satu makam wali yang berada di atas bukit. Namanya Sayyid Abdullah. Atau orang-orang dulu lebih mengenalnya dengan makam Mbah Buyut Sumber Banyu. Makam yang mulai ramai didatangi para peziarah dari berbagai daerah ini masih menyimpan banyak sekali misteri yang masih dirahasiakan olrh Allah. Termasuk siapa Sayyid Abdullah? Kapan beliau datang? Kemudian apa peran perjuangannya? Dan lain sebagainya. (Termasuk penulis)
Banyak tokoh yang mrnyebutkan bahwa Mbah Sayyid Abdullah datang ke bumi nusantara jauh sebelum era Wali Songo, termasuk Gus Ali (Kh. Agus Ali Masyhuri) Sidoarjo, Kh. Abdul Matin Bejagung, juga Bupati Tuban Kh. Fatkhul Huda. Bahkan Kh. Abdul Matin memperkirakan bahwa kedatangan atau perjalanan hidup Mbah Sayyid Abdullah pada abad awal masehi.
Semuanya masih serba kemungkinan, sebab tidak adanya data dan sumber yang pasti dalam mengkaji sejarah Sayyid Abdullah. Oleh sebab itu penulis juga mencoba memberi kemungkinan-kemungkinan dari berbagai informasi.
1. Ada tulisan yang mengatakan bahwa Sayyid Abdullah Mliwang adalah anak dari Amir Abdul Malik. Dalam referensinya tulisan tersebut merujuk dari Buku Tuban Bumi Wali dan Tarikh Wali Tuban karya M. Nawawi. Amir Abdul Malik adalah penyebar Islam di India yang menikah dengan salah seorang bangsawan dan kemudian diberi gelar “Azhamatkhan”. Dari sumber lain pula bahwa Amir Abdul Malik mempunyai anak yang bernama Abdullah yang menjadi menteri di kerajaan Narasabad India yang bertugas sebagai delegasi penyebaran Islam di negeri-negeri timur, Cina dan wilayah Asia Tenggara.
2. Dalam masuknya Islam ke Indonesia masih banyak sekali pertentangan, ada tiga teori dalam masuknya Islam ke Indonesia, teori Gujarat, Teori Arab dan Teori Persia dengan waktu yang berbeda pula, ada yang menyebut masuknya Islam pada abad ke 7 ada pula yang menyebutkan abad ke 13. Indonesia memang negara terbuka, sudah sejak zaman dulu Indonesia sudah menjalin hubungan dagang yang baik dengan Cina, India juga arab dengan bukti bawa di Sumatera sudah ada pemukiman arab yang beragama Islam(versi Buya Hamka). Tidak hanya sumatera, di Tuban juga ada pelabuhan besar yang menjadi tempat “jujukan” para saudagar. Pelabuhan Tuban SUDAH ADA sejak masa kerajaan Airlangga (1019-1041), kemungkinan besar pada abad ke 7 para saudagar muslim juga banyak yang singgah di Tuban.
3. Dilihat dari silsilah yang diambil dari Kitab Tarikh Auliya karya Kh. Bisri Mustofa bahwa wali songo yang ada di tanah jawa merupakan anak turun dari Syekh Jumadil Kubro, sedangkan dalam tulisan lain Syeh Jumadil Kubro adalah anak dari Sayyid Jalalludin bin Abdullah bin Abdul Malik Azhamatkhan. Lagi-lagi ada nama Abdullah bin Abdul Malik Azhamatkhan. Dalam silsilan Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati dalam website Hadramaut lebih detail lagi (juga setelah dipadukan dengan tulisan lain). Syarif Hidayatullah bin Abdullah (Raja Campa) bin Ali Nurul Alam bin Syekh Jumadil Kubro bin Ahmad Jalalludin bin Sayyid Abdullah bin Abdul Malik Azhamatkhan bin Sayyid Alawi Amil Faqih bin Sayyid Shohib Mirbat bin Sayyid Ali Qholi Qosim bin Sayyid Alawi Atsani bin Sayyid Shohibus Saumiah bin Sayyid Alawi awal bin Sayyid Imam Ubaidillah bin Sayyid Ahmad Almuhajjir bin Sayyid Isa Annaqib bin Muhammad An-naqib bin Sayyid Imam Ali Urodhi bin Sayyidina Jafar Shodiq bin Sayyidina Muhammad Al Baqir bin Sayyifina Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Hussein bin Ali Bin Abi Tholib yang menikah dengan Fatimah putri kinasih Nabi Muhammad SAW. Banyak yang mengisahkan bahwa Syekh Jumadil Kubro adalah tunggak awal penyebaran Islam di Nusantara, sedangkan dilihat dari silsilahnya beliau adalah cucu dari Sayyid Abdullah bin Abdul Malik Azhamatkhan.
4. Jika Syeh Jumadil Kubro yang “Babat Alas” di tanah jawa, tentunya dengan usia yang sudah matang, maka Sayyid Abdullah (kakeknya) sudah berumur udzur. Maka ada kemungkinan bahwa Sayyid Abdullah berperan di Tanah Jawa jauh lebih dulu sehingga menurunkan anak cucu yang menetap ditanah “Singit” ini. Atau kemungkinan keduanya semasa tuanya ia hanya singgah di Jawa untuk sekadar memastikan perjuangan keturunannya sampai akhirnya beliau meninggal di Tuban, Desa Mliwang tepatnya. Sebab tidak ada yang tahu bagaimana perjuangan beliau atau perjalanan beliau bisa sampai di Tanah Tuban dan wafatnya dikebumikan di Tuban. Tetapi melihat dari wilayah cakupannya sebagai delegasi dari Kerajaan Nasarabad India, tentunya Sayyid Abdullah tidak hanya berjuang di Tuban tetapi beberapa tempat atau wilayah di Indonesia atau Asia Tenggara pada umumnya.
Sekali lagi, ini masih dalam konteks kemungkinan, tidak ada yang harus diyakini kebenarannya. Tetapi kalau toh memang benar, kita sudah sepatutnya sebagai masyarakat Tuban bangga sebab sudah disinggahi Mbah Buyutnya para Wali yang berjuang mengislamkan Nusantara dan atas Takdir Allah pula makamnya berada di Tuban, sehingga kita semua masih bisa menziarahinya. Wallahu A’lam.
Ahli sejarah, Alumni UIN Sunan Ampel
Alhamdulillah turut bangga saya sebagai warga asli desa mliwang..
Mantaaappp…
I love it
Smg mmbawa keberkahan u/ masyarakat mliwang, sy turut bangga sbg ttangga desa (mrkwg)