Kontribusi NU yang begitu besar dalam mempertahankan NKRI ternyata masih di pandang sebelah mata oleh beberapa kelompok, bahkan dinyiyirin oleh kelompok-kelompok yang tidak suka dengan NU. Bahkan ketika pemerintah memberikan penghargaan Hari Santri yang jatuh di tanggal 22 Oktober menjadi peringantan Hari Santri Nasional masih banyak yang belum menerima. Mari kita semua melek akan sejarah akan kontribusi santri-santri pondok pesantren.
Catatan penting, bahwa pada tanggal 21 oktober, berkumpullah para kiai se-Jawa dan Madura di kantor ANO (ANO (Ansor Nahdlatul Oelama) di Jl. Bubutan VI/2 Surabaya. Setelah rapat darurat sehari semalam, maka pada tanggal 22 Oktober, berdasar amanat berupa pokok-pokok kaidah tentang kewajiban umat Islam dalam jihad mempertahankan tanah air dan bangsanya yang disampaikan Rais Akbar KH Hasyim Asy’ari, dalam rapat PBNU yang dipimpin Ketua Besar KH Abdul Wahab Hasbullah, menetapkan satu keputusan dalam bentuk resolusi yang diberi nama “Resolusi Jihad Fii Sabilillah”, yang isinya sebagai berikut:
“Berperang menolak dan melawan pendjadjah itoe Fardloe ‘ain (jang haroes dikerdjakan oleh tiap-tiap orang Islam, laki-laki, perempoean, anak-anak, bersendjata ataoe tidak) bagi jang berada dalam djarak lingkaran 94 km dari tempat masoek dan kedoedoekan moesoeh.
Bagi orang-orang jang berada di loear djarak lingkaran tadi, kewadjiban itu djadi fardloe kifajah (jang tjoekoep, kalaoe dikerdjakan sebagian sadja)…”
Umat menyambut seruan itu dengan gegap gempita. Di mana-mana, peperangan berkobar. Puncaknya, pada suatu pagi, dari berbagai penjuru dan dari ujung-ujung terjauh pulau Jawa, para mujahid berdatangan memenuhi kota Surabaya. Pekik takbir pun membahana, mengoncangkan jiwa-jiwa musuh yang durjana.
Resolusi jihad telah menggerakkan perang paling kolosal yang pernah ada dalam sejarah Nusantara, yang kemudian terkenal dengan peristiwa 10 November ’45. Seadainya saja Reaolusi Jihad tidak pernah ada, juga laskar Hizbullah dan Sabilillah bersama laskar-laskar lain tidak lahir untuk menentang sekutu, mungkinkah Indonesia yang merdeka bisa kita nikmati sampai hari ini? Hal inilah yang seharusnya menjadi perhatian para pengambil kebijakan dan menjadi perhatian bagi kelompok-kelompok yang masih memandang sebelah mata kontribusi santri NU dalam memperjuangakan bangsa ini.
Fakta sejarah membuktikan, bahwa kaum tradisionalis pesantren atau yang tergabung dalam jam’iyyah NU memiliki kesadaran Nasionalisme kebangsaan lebih awal daripada kelompok organisasi lain, baik yang kedaerahan ataupun keagamaan untuk membela tanah air telah tertanam kuat dalam sanubari para santri, bahkan saat kesadaran kaum cendikiawan masih elits dalam mendirikan organisasi, baik hanya untuk kaum terpelajar maupun daerah dan lokalitas tertentu, ulama-ulama pesantren terdahulu sudah memiliki kesadaran nasionalis. Meraka mendirikan Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air). Nama ini dengan sendirinya mengungkapkan, bukan kebangkitan Jawa, bukan kebangkitan Madura, bukan pula suku dan segmen kecil kepentingan lainnya, namun kebangkitan seluruh bangsa di tanah air.
Munculnya hari pahlawan, kota pahlawab, dan peristiwa 10 november serta pahlawan yang gugur adalah bagian dari ruh Resolusi Jihad yang di tiupkan oleh para kiai dan santri. Beberapa pengorbanan jiwa dan raga yang harus dibayar oleh mereka untuk membanyar kecintaannya pada bangsa, tetapi apa balasan negara bagi mereka (Warga NU)? Memingkirkan pendidikan pesantren yang selalu di anggap tidak maju, menyingkirkan alumni pesantren dari dunia kerja, saatnya negera membalasa susu dengan susu, bukan susu dengan air tuba.
Di sinilah para sejarahwan harus memposisikan peran NU secara proporsional. Saatnya sejarah harus menampilkan peristiwa-peristiwa yang terjadi, bukan menutupi, mengurangi atau menambahi, memanipulasi atau mengkomoditinya.#SelamatHariSantri
Rekomendasi Bacaan untuk Kelompok yang masih memandang sebelah mata Hari Santri tidak penting.
🔰Agus Sunyoto, Fatwa dan Resolusi Jihad: Sejarah Perang Rakyat Semesta di Surabaya, 10 November 1995. Pustaka Pesantren dan Lesbumi.
🔰Gugun El Guyanie, Resolusi Jihad Paling Syar’i, Pustaka Pesantren
🔰Rijal Mumazziq Zionis, Surabaya: Kota Pahlawan Santri, LTN NU Surabaya
Pendidik, Pejuang Keluarga