Suluk.id – Alhamdulillah tadi malam (16/05) acara Halal Bi Halal (HBH) dan Pembukaan Hirzul Jausyan HIMASAL (Himpunan Alumni Santri Lirboyo) Tuban – Bojonegoro berjalan dengan lancar. Acara ini dihadiri oleh Dr. KH. Reza Ahmad Zahid (Gus Reza Lirboyo), PCNU Tuban, dan seluruh anggota Himasal Tuban – Bojonegoro. Acara agak molor karena perjalanan Gus Reza sekeluarga (bersama ibunda dan istri) mengalami kemacetan di sekitar jalur Jombang-Babat akibat ada kecelakaan. Tapi alhamdulillah pukul 22.30 rombongan dari Lirboyo bisa sampai di tempat acara di komplek Pon. Pes. Manbail Futuh Beji Jenu Tuban.
Acara dimulai dengan shalawat dari grup shalawat Syubbanul Futuh, dilanjutkan oleh pembacaan Hirzul Jausyan yang dipimpin oleh Mbah Abd. Hadi dari Bojonegoro. Kemudian kami sambutan mewakili Himasal Tuban dan shohibul bait. Lalu sambutan PCNU Tuban yang disampaikan oleh Gus Abd. Rohim Zuhdi dari Langitan. Dan sambutan terakhir dari Himasal Bojonegoro yang disampaikan oleh ketuanya yakni KH. Muhammad Shofiyulloh Masyhur yang juga pengasuh Pon. Pes. Ar Rosyid Dander Bojonegoro.
Dalam mauidhohnya, Gus Reza mengingatkan kita dalam gebyarnya kehidupan medsos di era digital sekarang ini. Beliau menyitir maqalah Arab:
وما كل شهرة علي عظيمة # ففرعون مشهور ففعالة الشر
وبعض خمول درة فوق درة # لها حسن يخفى كما ليلة القدر
“Tidak semua ketenaran (viral) itu agung # Fir’aun itu tenar, tapi rajanya keburukan.
Sebagian ketidaktenaran (yang tertutup) itu justru menjadi intan yang bernilai tinggi # yang punya keindahan dan kebaikan rahasia layaknya Lailatul Qadar”
Beliau juga menyindir alumni yang jarang sowan kepada masyayikhnya di pondok. Biasanya hidupnya banyak masalah. Jadi kalau sering sowan ke pondok dan kiainya insyaallah masalah akan terselesaikan dan hidup nyaman. Beliau menceritakan, abahnya (KH. Imam Yahya Mahrus) yang alumni Sarang, dulu sangat sering sowan ke Mbah Maimoen Zubair. Bahkan hampir 2 bulan sekali abahnya pergi ke Sarang sowan ke Mbah Maimoen. Cerita berbagai informasi, masalah, musyawarah ilmu dan lain sebagainya.
Tapi, kata Gus Reza, jangan dikira kalau abahnya sering sowan ke Sarang lantas disimpulkan berarti abahnya banyak masalah. Kata-kata Gus Reza tersebut membuat gerr para hadirin di sana. Intinya, kalau ingin hati nyaman dan segera bisa menyelesaikan masalah, sowanlah ke para kiai kita. Tapi jika sering sowan, bukan berarti banyak masalah. Itu sekelumit isi mauidhoh Gus Reza yang totalnya sekitar 1 jam lamanya.
Beliau di awal pidatonya juga menyampaikan bahwa beliau menghadiri acara ini “dikawal” lengkap oleh ibundanya (adik KH. Asrori al Ishaqi Kedinding) dan istrinya. Karena beliau masuk wilayah Tuban. Begitu katanya dengan nada serius agak guyon. Kami tidak tahu maksudnya.
Beliau juga tak henti-hentinya menggojlok Gus Abd. Rohim Zuhdi Langitan yang hadir mewakili PCNU Tuban. Gus Reza dan Gus Rohim ternyata pernah satu kamar waktu nyantri di Tarim, Yaman. Makanya mereka kelihatan akrab dan gayeng. Terakhir acara ditutup dengan doa bersama dipimpin beliau Gus Reza. Tak lupa beliau juga mendoakan Ust. Ali Imron Rosyadi, anggota Himasal Tuban yang ketepatan hari Selasa kemarin wafat. Lahul Fatihah.
Tuban, 17 Mei 2023
Nurul Fahmi

Penulis: Terompah Kiai, Pendidik dan Anggota LTN PC. NU Kab. Tuban