Suluk.id – Al Maghfurlah KH Azizi Hasbullah, seorang ulama’ kharismatik yang banyak dikagumi oleh banyak masyarakat karena kedalaman ilmunya di bidang fiqih. Kiprah beliau mulai dari Pengasuh Pondok Pesantren di Blitar Jawa Timur hingga menjadi Rais Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama’ (PBNU).
Biografi KH. Azizi Hasbullah, Ahli Fiqih yang Tetap Low Profile
Menurut salah satu artikel penelitian mahasiswa UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung menjelaskan KH. Muhammad Azizi atau biasa dipanggil dengan nama KH. Azizi Hasbullah lahir pada tanggal 24 Mei 1968 di Malang. Beliau merupakan pengasuh Pondok Pesantren Baran Selopuro Blitar Jawa Timur yang terkenal akan ilmu Syariat nya seperti Ushul Fiqih, Fiqih, Aqidah dan Tasawuf nya.
Di waktu kecil beliau mengenyam pendidikan di MI Miftahul Ulum Urek-Urek Gondanglegi Malang pada tahun 1981. Kemudian mendalami ilmu agama di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri yang pada masa itu diasuh oleh KH. Mahrus Ali dan KH. Ahmad Idris Marzuqi.
Dikutip dari kesaksian Ust. Ahmad Muntaha Wakil Sekretaris Pengurus Wilayah (PW) LBMNU Jawa Timur di NU Online, Kyai Azizi terkenal di kalangan para Masyayikh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri karena menjadi sosok ahli fiqih Nusantara yang sangat inspiratif. Pembawaan yang tegas, lugas, rendah hati dan terbuka ketika berargumentasi dalam forum Bahtsul Masail Pesantren, Pengurus Wilayah NU (PWNU) Jawa Timur, Forum Musyawarah Pondok Pesantren (FMPP), hingga tingkat Pengurus Besar NU (PBNU). Salah satu keistimewaan beliau ketika dalam forum Musyawarah adalah referensi nya yang sangat kokoh dan kuat dalam menganalisis kasus-kasus kontemporer (waqi’ah haditsah).
Kealiman Kyai Azizi dalam hal fiqih, ushul fiqih, aqidah dan tasawuf yang sudah diakui banyak Ulama’ dan masyarakat, akan tetapi beliau masih tetap menunjukan sikap yang low profile (rendah hati) dan egaliter (sederajat/mengayomi semua kalangan). Seperti yang diceritakan oleh Ust. Ahmad Muntaha, bahwa sosok Kyai Azizi Hasbullah ini low profile dan egaliter. Hal ini membuatnya tidak sungkan untuk istifadah mengujikan ide-ide kepadanya. Salah satu kisah pula ketika Kyai Azizi mengisi majlis, seminar dan bedah buku seperti di Oku Timur Sumatera Selatan, Sampang dan Pamekasan Madura dan terakhir di Mlangi Yogyakarta, para audiens enggan beranjak dari tempat meskipun sudah berjam-jam lamanya. Hal tersebut karena Kyai Azizi dalam menyajikan materi-materi berat disampaikan dengan bahasa dan gaya yang bebas. Sehingga mudah dipahami dan dicerna oleh audien.
KH. Azizi Hasbullah Semasa Mondok
Salah satu murid beliau, KH. Mukti Ali Qusyairi yang juga alumni Pondok Pesantren Lirboyo juga saat ini menjabat sebagai Ketua LBM PWNU DKI Jakarta menuturkan yang diunggah oleh NU Online, semasa mondok di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri, Kyai Azizi merupakan salah satu santri ndalem. Santri ndalem sendiri mereka yang berkhidmah, mengabdi dan membantu kebutuhan kyainya. Kyai Azizi konon mendapatkan posisi mengabdi untuk mengurus sapi-sapi milik Romo KH. Ahmad Idris Marzuqi dan menjadi santri kinasihnya. Dengan begitu beliau selain mengaji juga disibukkan mencari rumput, memberi makan minum, membersihkan kandang dan memandikan sapi-sapi.
Selain menjadi santri ndalem yang cukup menyita waktu dan tenaga, Kyai Azizi juga mengasah diri, diceritakan beliau paling menonjol kemampuan hafalan, pemahaman, mental dan artikulasinya diantara santri lainnya. Hal itu yang juga menyita perhatian dan membuat bertanya-tanya, mana mungkin dalam kesibukannya luar biasa masih bisa menjadi santri yang menonjol. Ada yang mengistilahkan “jenius”, “Out of the box” atau sesuatu yang luar biasa mengagumkan. Maka tidak jarang santri menganggap beliau sebagai gurunya. Dari sini pula beliau mendapat julukan “Macan Lirboyo”.
Sewaktu mondok, Kyai Azizi bersama temannya santri ndalem bertempat di kamar gubuk gedek yang terbuat dari anyaman bambu. Namun disitulah beliau melayani siapa saja aktivis bahtsul masail yang ingin belajar kepadanya ibarat selama 24 jam dengan shift bergantian. Seperti dikisahkan oleh Ust. Agus Muh Anang, Ketua Pengurus Cabang (PC) Lembaga Bahtsul Masail NU (LBM NU) Tulungagung yang diunggah NU Online Jatim.
Metode yang digunakan Kyai Azizi untuk mengajar menggunakan metode yang unik. Tidak menerangkan secara langsung, namun santri yang belajar kepada beliau dipersilahkan belajar dan berdiskusi terlebih dahulu. Kyai Azizi berperan menjadi mushohih atau membenarkan kalau ada yang salah dan memberikan keterangan tambahan yang sifatnya seperti perumus untuk memberikan keterangan-keterangan yang belum dipahami. Dengan demikian Gus Anang yang juga Pengasuh Pondok Pesantren Al-Fattahiyyah Miren Ngranti Boyolangu Tulungagung ini membenarkan bahwa Kyai Azizi adalah sosok figur yang mensupport aktivis bahtsul masail dan siapapun yang ingin belajar kepadanya.
Selain kemampuan Kyai Azizi yang luar biasa dalam pemahaman, beliau menjelaskan bahasa dan analogi yang mudah dipahami dengan metode memberikan rumusan dengan teori ilhaq. Kemudian menganalogikan persoalan kontemporer kepada persoalan yang sudah dibahas dalam kitab kuning. Walaupun keduanya berbeda, di tangan beliau dapat mengandung titik persamaan dan menyatukan serta mengerucut pada hukum yang sama.
Pesan KH. Azizi Hasbullah tentang Berkhidmat
Beberapa forum beliau hadiri untuk memberikan wejangan untuk berbagai kalangan khususnya bagi warga dan pengurus Nahdlatul Ulama’ (NU). Beliau menegaskan untuk selalu meniatkan melatih keikhlasan dalam bentuk khidmat. Seperti yang beliau sampaikan dalam acara Akhirussanah Ansor Blitar yang dikutip dari NU Online Jatim, beliau menyampaikan pesan
“Saya berharap Rijalul Ansor mampu memberikan kepada implementasi keislaman, kegiatan kaderisasi dibentuknya real khidmat, di dalamnya tanpa campur tangan unsur politik,”
Di lain kesempatan pada salah satu forum bahtsul masail beliau juga menyatakan bahwa akan mempersembahkan hidupnya untuk berkhidmat menyebarkan ilmu pengetahuan. Karena forum bahstul masail merupakan majlis sarana mengembangkan pengetahuan dan membagikannya. Kyai Azizi berpesan dan memberikan teladan bahwa “Hidupku itu untuk khidmah dan melayani ilmu,”.
Secara tidak langsung beliau juga memberikan teladan untuk tetap berkhidmah untuk pondok pesantren tempat belajar. Karena ilmu tanpa barokah dari para Masyaikh atau guru-guru tidak akan ada artinya. Pesan itu disampaikan beliau ketika menjadi pembicara dalam salah satu acara Pondok Lirboyo. “Saya tidak memperdulikan repot acara apapun karena diundang (Pondok) Lirboyo, bukan Lirboyo yang membutuhkan saya, tidak sama sekali, tapi saya yang butuh dengan beliau-beliau (masyaikh atau guru), barokah beliau-beliau,(karena) tanpa barokah beliau-beliau, yakin tidak ada artinya ilmu kita, tidak ada artinya pengetahuan kita”.
Pesan KH. Azizi Hasbullah : Generasi Muda Silahkan Berinovasi dalam Hal Hukum, Tapi Pakemnya dari Madzhab Arba’ah
Sosok KH. Azizi Hasbullah juga sangat memperhatikan dan optimis kepada generasi santri yang akan datang untuk terus berinovasi. Akan tetapi cara yang harus dilakukan untuk terus mengembangkan keilmuannya agar tetap berpegangan kepada Madzhab Arbain (Madzhab Empat) dan sesuai dengan tujuan didirikannya NU yakni mengawal aqidah Ahlussunnah wal Jamaah.
“…silahkan membuat rumusan-rumusan baru, dengan tidak keluar dari madzhab arba’ah. Bisa melayang kemanapun, inovasi dengan apapun silahkan, fiqih bagaimanapun silakan, tapi pakemnya harus salah satu dari madzhab arba’ah. Karena memang cita-cita dari pendiri Nahdlatul Ulama’ untuk memperkuat aqidah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah. Ini generasi muda perjalanannya masih jauh, masih bisa dipupuk dengan lebih baik lagi, dari tekstual sampai kontekstual itu bisa”. Kyai Azizi menyampaikan dalam agenda Porseni NU 2023 yang diunggah NU Online.
Menurut beliau pula, pengembangan fiqih kontekstual juga diperlukan dengan adanya latihan serta bimbingan agar tidak jatuh ke arah liberal. Pengembangan kontekstual tentunya diawali dengan pemahaman secara tekstual.
“…minimal tekstual dulu, nanti baru kontekstual, itu perlu latihan, perlu jam terbang juga, kemudian perlu bimbingan agar arah pemikirannya tidak sampai liberal dan tidak keluar dari pakemnya Nahdlatul Ulama’.”
Sugeng Tindak Kyai, Jasadmu yang Kini Pergi, Ilmumu Tetap di Hati
Innalillahi wa inna ilaihi rojiun. Ahad pagi (21/5/2023) beramai-ramai unggahan di media sosial mengucapkan bela sungkawa dan memintakan do’a fatihah untuk KH. Azizi Hasbullah yang dikabarkan telah dipanggil kembali Allah SWT di RS. Hasan Sadikin Bandung Jawa Barat. Setelah sebelumnya sempat kritis usai mendapatkan pelayanan medis pasca mengalami kecelakaan di Tol Cipali KM 142 Sabtu (6/5/2023) yang hendak menghadiri Halaqah Fiqih Peradaban dan Bahtsul Masail di Pondok Pesantren Al-Muhajirin 2 Purwakarta, Jawa Barat
Banyak orang bersaksi akan kebaikan beliau. Informasi dikutip dari Kompas.com, jenazah Kyai Azizi Hasbullah dimakamkan di makam keluarga di Dusun Baran, Desa Kasim, Kecamatan Selopuro, Kabupaten Blitar yang sebelumnya di sholatkan di Pondok Pesantren Lirboyo Kediri.
Walaupun jasad beliau sudah di sare kan di liang lahat, akan tetapi ilmu dan teladan beliau masih hidup di hati santri-santri dan koleganya serta warga masyarakat Indonesia khususnya warga Nahdlatul Ulama’. Selain itu, hasil pemikiran dan ilmu-ilmu beliau masih banyak tersimpan dalam jejak media digital media sosial. Walaupun tidak dapat menggantikan sosok jasad beliau, sedikitnya dapat mengobati kerinduan sosok ‘Macan Lirboyo’ yang alim dalam masalah Ushul Fiqih, Fiqih, Aqidah dan Tasawufnya pada diri yang memiliki kerendahan hati serta keikhlasan. Kagem Al-Maghfurllah KH. Azizi Hasbullah Al Fatihah.

Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat