Saya baca beberapa postingan di salah satu grup Whatsapp, isinya membahas tentang mendoakan orang yang sakit dengan memakai bahasa Arab. Pada mulanya, ada teman yang tanya; mendoakan untuk orang sakit perempuan itu yang benar gimana, syafakillahu atau syafakillaha? Pertanyaan itu muncul dengan tulisan ejaan bahasa Indonesia. Sesaat kemudian, ada teman yang jawab, inti jawabannya; kalau laki-laki syafakillahu dan jika perempuan syafakillaha.
Lihat jawaban itu saya senyum-senyum sendiri, barangkali penjawab mengira kalau dlomir “hu” untuk laki-laki dan “ha” untuk perempuan. Dlomir itu memang benar, tapi tidak untuk kalimat “syafakillah”. Karena pada kalimat “syafakillah” tersebut ha’nya dari kata Allah. Tidak dlomir. Barangkali juga penjawab terpancing dengan pertanyaan yang dilontarkan penanya. Maka kemudian penjawab menyampaikan jawaban seperti di atas. Jadi tidak jelas, sebenarnya yang “sesat” itu yang tanya atau yang jawab. Hahaha.
Setelah beberapa lama tidak ada yang menanggapi dan menjawab dengan benar, akhirnya saya ikut urun jawaban.
Ucapan doa untuk laki-laki yang tepat yaitu “syafakallahu” dan untuk perempuan adalah “syafakillahu” (شفاك الله). Yang membedakan; kalau KA untuk mudzakar (laki-laki), kalau KI untuk muannats (perempuan). Bukan pada “hu” atau “ha”. Kalimat tersebut berarti; “semoga Allah menyembuhkanmu”.
Jika yang didoakan adalah orang ketiga laki-laki (dia), ucapannya yaitu: syafahullahu (شفاه الله) dan jika perempuan yaitu syafahallahu (شفاها الله). Artinya; “semoga Allah menyembuhkannya”. Di sinilah berlaku dlomir “hu” atau “ha”.
Pada kasus terakhir ini saya pernah membaca komentar seseorang di FB yang menulis “syafakillah”, padahal ia sedang mengomentari postingan temannya (laki-laki) yang mengaplud foto anaknya (perempuan) yang sedang terbaring di RS. Saya yakin maksudnya adalah ingin mendoakan anak yang sedang sakit, tidak mendoakan ayahnya yang mengunggah foto. Tapi dia tidak tahu kalimatnya dalam bahasa Arab. Akhirnya dia tulis “syafakillah” yang artinya “semoga Allah menyembuhkanmu (perempuan)”. Lho, kan jadi ruwet ini? Hehe.
Selain soal mendoakan orang yang sakit, ada lagi yang serupa dengan kasus tersebut. Yaitu ketika ada orang (kedua) yang menyampaikan atau menitipkan ucapan salam teman atau keluarga (orang ketiga) kepada kita. Bagaimana seharusnya jawaban kita dalam bahasa Arab? Apakah kita cukup menjawab dengan “wa alaikumussalam”? artinya “semoga kamu mendapat keselamatan”. Jawaban ini berarti kita hanya mendoakan orang kedua yang menyampaikan salam. Malah tidak mendoakan salam kepada orang ketiga yang sejatinya orang ketiga inilah yang menyampaikan/menitipkan salam.
Untuk yang terakhir ini jawaban yang tepat adalah “alaika wa alaihissalam” (عليك وعليه السلام) jika orang kedua dan ketiga sama-sama laki-laki. Jika keduanya perempuan, maka jawabannya “alaiki wa alaihassalam” (عليك وعليها السلام). Jika orang kedua laki-laki dan orang ketiga perempuan, maka jawabannya yaitu “alaika wa alaihassalam” (عليك وعليها السلام). Dan jika sebaliknya, maka jawabannya yaitu “alaiki wa alaihissalam” (عليك وعليه السلام). Semua itu artinya adalah “semoga kamu dan dia mendapat keselamatan”.
Itulah kenapa ketika kita ingin “hijrah” dengan semisal mengucapkan kata-kata tertentu dalam bahasa Arab, kita harus belajar terlebih dahulu. Mengerti dan paham dengan yang kita sampaikan. Jangan sampai -tanpa ilmu- kita seolah-olah sudah Islami sendiri dengan mengucapkan kata-kata Arab, dan ternyata keliru. Kalau terdengar oleh orang Arab malah jadi membingungkan. Dan lucu.
Hal ini sebenarnya urusan yang masih ringan dalam ilmu agama dan bahasa Arab. Ibarat di pesantren, masih kelas Ibtida’. Hehe. Dari yang ringan ini kita bisa belajar sedikit demi sedikit tentang Islam dan bahasa Arab. Jangan sampai melompat; belum bisa dan belum paham persoalan yang ringan tapi sudah berani berfatwa kesana-kemari. Mengharamkan ini, membid’ahkan itu, menyesatkan dia dan seterusnya. Hadeehh..
Penulis: Terompah Kiai, Pendidik dan Anggota LTN PC. NU Kab. Tuban