Suluk.ID
Sunday, January 24, 2021
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Ngilmu

“Hijrah” dengan Ilmu: Kalimat Doa untuk Orang Sakit dan Titip Salam

by Nurul Fahmi
July 14, 2019
in Ngilmu
Reading Time: 3min read
0 0
0
hijrah dari kebodohan
Share on Facebook

Saya baca beberapa postingan di salah satu grup Whatsapp, isinya membahas tentang mendoakan orang yang sakit dengan memakai bahasa Arab. Pada mulanya, ada teman yang tanya; mendoakan untuk orang sakit perempuan itu yang benar gimana, syafakillahu atau syafakillaha? Pertanyaan itu muncul dengan tulisan ejaan bahasa Indonesia. Sesaat kemudian, ada teman yang jawab, inti jawabannya; kalau laki-laki syafakillahu dan jika perempuan syafakillaha.

Lihat jawaban itu saya senyum-senyum sendiri, barangkali penjawab mengira kalau dlomir “hu” untuk laki-laki dan “ha” untuk perempuan. Dlomir itu memang benar, tapi tidak untuk kalimat “syafakillah”. Karena pada kalimat “syafakillah” tersebut ha’nya dari kata Allah. Tidak dlomir. Barangkali juga penjawab terpancing dengan pertanyaan yang dilontarkan penanya. Maka kemudian penjawab menyampaikan jawaban seperti di atas. Jadi tidak jelas, sebenarnya yang “sesat” itu yang tanya atau yang jawab. Hahaha.

Setelah beberapa lama tidak ada yang menanggapi dan menjawab dengan benar, akhirnya saya ikut urun jawaban.
Ucapan doa untuk laki-laki yang tepat yaitu “syafakallahu” dan untuk perempuan adalah “syafakillahu” (شفاك الله). Yang membedakan; kalau KA untuk mudzakar (laki-laki), kalau KI untuk muannats (perempuan). Bukan pada “hu” atau “ha”. Kalimat tersebut berarti; “semoga Allah menyembuhkanmu”.

Jika yang didoakan adalah orang ketiga laki-laki (dia), ucapannya yaitu: syafahullahu (شفاه الله) dan jika perempuan yaitu syafahallahu (شفاها الله). Artinya; “semoga Allah menyembuhkannya”. Di sinilah berlaku dlomir “hu” atau “ha”.

BacaArtikel

Pesan Gus Baha, Dalam Rumah Tangga Jangan Membahas Hal Serius

Aswaja Sebagai Cara Berpikir dan Bertindak

Aidil Adha atau Idul Adha

Pada kasus terakhir ini saya pernah membaca komentar seseorang di FB yang menulis “syafakillah”, padahal ia sedang mengomentari postingan temannya (laki-laki) yang mengaplud foto anaknya (perempuan) yang sedang terbaring di RS. Saya yakin maksudnya adalah ingin mendoakan anak yang sedang sakit, tidak mendoakan ayahnya yang mengunggah foto. Tapi dia tidak tahu kalimatnya dalam bahasa Arab. Akhirnya dia tulis “syafakillah” yang artinya “semoga Allah menyembuhkanmu (perempuan)”. Lho, kan jadi ruwet ini? Hehe.

Selain soal mendoakan orang yang sakit, ada lagi yang serupa dengan kasus tersebut. Yaitu ketika ada orang (kedua) yang menyampaikan atau menitipkan ucapan salam teman atau keluarga (orang ketiga) kepada kita. Bagaimana seharusnya jawaban kita dalam bahasa Arab? Apakah kita cukup menjawab dengan “wa alaikumussalam”? artinya “semoga kamu mendapat keselamatan”. Jawaban ini berarti kita hanya mendoakan orang kedua yang menyampaikan salam. Malah tidak mendoakan salam kepada orang ketiga yang sejatinya orang ketiga inilah yang menyampaikan/menitipkan salam.

Untuk yang terakhir ini jawaban yang tepat adalah “alaika wa alaihissalam” (عليك وعليه السلام) jika orang kedua dan ketiga sama-sama laki-laki. Jika keduanya perempuan, maka jawabannya “alaiki wa alaihassalam” (عليك وعليها السلام). Jika orang kedua laki-laki dan orang ketiga perempuan, maka jawabannya yaitu “alaika wa alaihassalam” (عليك وعليها السلام). Dan jika sebaliknya, maka jawabannya yaitu “alaiki wa alaihissalam” (عليك وعليه السلام). Semua itu artinya adalah “semoga kamu dan dia mendapat keselamatan”.

Itulah kenapa ketika kita ingin “hijrah” dengan semisal mengucapkan kata-kata tertentu dalam bahasa Arab, kita harus belajar terlebih dahulu. Mengerti dan paham dengan yang kita sampaikan. Jangan sampai -tanpa ilmu- kita seolah-olah sudah Islami sendiri dengan mengucapkan kata-kata Arab, dan ternyata keliru. Kalau terdengar oleh orang Arab malah jadi membingungkan. Dan lucu.

Hal ini sebenarnya urusan yang masih ringan dalam ilmu agama dan bahasa Arab. Ibarat di pesantren, masih kelas Ibtida’. Hehe. Dari yang ringan ini kita bisa belajar sedikit demi sedikit tentang Islam dan bahasa Arab. Jangan sampai melompat; belum bisa dan belum paham persoalan yang ringan tapi sudah berani berfatwa kesana-kemari. Mengharamkan ini, membid’ahkan itu, menyesatkan dia dan seterusnya. Hadeehh..

Nurul Fahmi

Penulis: Terompah Kiai, Pendidik dan Anggota LTN PC. NU Kab. Tuban

Tags: belajar bahasa arabhijrahnitip salam orang islam
Previous Post

Penguatan Aswaja dalam Pembekalan KKN STITMA Tuban 2019

Next Post

Dunia Kerja di Era Revolusi 4.0

Related Posts

Memaknai Status Jomblo Berdasarkan Keterangan Gus Baha

Pesan Gus Baha, Dalam Rumah Tangga Jangan Membahas Hal Serius

by Mahfudz Muntaha
November 9, 2020
0

KH. Bahauddin Nursalim atau akrab disapa Gus Baha selalu punya cara unik untuk menyapaikan tausiyahnya. Salah satunya saat beliau memberikan nasihat pernikahan...

aswaja

Aswaja Sebagai Cara Berpikir dan Bertindak

by Muhammad Rouf
November 2, 2020
0

Ahl al-sunnah wa al-jama’ah atau yang lebih dikenal dalam kalangan NU (Nahdlatul Ulama’) dengan singkatan “aswaja” atau “sunni” adalah salah...

Aidil Adha atau Idul Adha

Aidil Adha atau Idul Adha

by Nurul Fahmi
July 31, 2020
0

Kami sering membaca ungkapan selamat hari raya dalam bahasa Arab yang tertulis dengan kata "aidul / aidil" dan "idul", baik...

Fenomena Artis Hijrah Jadi Pendakwah, Memotret Islam dan Budaya Populer

Menjemput Kembali Jati Diri Bangsa Melalui Pendidikan Pesantren

by Redaksi
July 20, 2020
0

Keragaman adat, budaya dan keyakinan yang ada di Indonesia hingga saat ini masih lestari dengan segenap kompleksitas permasalahannya. Satu sisi,...

Next Post
Dunia Kerja di Era Revolusi 4.0

Dunia Kerja di Era Revolusi 4.0

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Abah Isun, Kyai Kampung

January 6, 2021
Mengenai Pilkada, Kader NU yang Maju Mewakili Siapa?

Mengembalikan Marwah Nahdlatul Ulama (NU) Pasca Pilkada

December 10, 2020
Mbah Imam, NU dan Segala Guyonannya

Mbah Imam, NU dan Segala Guyonannya

November 29, 2020
Load More

MORE ON TWITTER

Suluk.ID

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan. Media ini dikelola Lembaga Ta’lif wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kabupaten Tuban.

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In