Suluk.ID
Saturday, May 17, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

“Hijrah” dengan Ilmu: Kalimat Doa untuk Orang Sakit dan Titip Salam

by Nurul Fahmi
July 14, 2019
in Ngilmu
hijrah dari kebodohan
Share on Facebook

Saya baca beberapa postingan di salah satu grup Whatsapp, isinya membahas tentang mendoakan orang yang sakit dengan memakai bahasa Arab. Pada mulanya, ada teman yang tanya; mendoakan untuk orang sakit perempuan itu yang benar gimana, syafakillahu atau syafakillaha? Pertanyaan itu muncul dengan tulisan ejaan bahasa Indonesia. Sesaat kemudian, ada teman yang jawab, inti jawabannya; kalau laki-laki syafakillahu dan jika perempuan syafakillaha.

Lihat jawaban itu saya senyum-senyum sendiri, barangkali penjawab mengira kalau dlomir “hu” untuk laki-laki dan “ha” untuk perempuan. Dlomir itu memang benar, tapi tidak untuk kalimat “syafakillah”. Karena pada kalimat “syafakillah” tersebut ha’nya dari kata Allah. Tidak dlomir. Barangkali juga penjawab terpancing dengan pertanyaan yang dilontarkan penanya. Maka kemudian penjawab menyampaikan jawaban seperti di atas. Jadi tidak jelas, sebenarnya yang “sesat” itu yang tanya atau yang jawab. Hahaha.

Setelah beberapa lama tidak ada yang menanggapi dan menjawab dengan benar, akhirnya saya ikut urun jawaban.
Ucapan doa untuk laki-laki yang tepat yaitu “syafakallahu” dan untuk perempuan adalah “syafakillahu” (شفاك الله). Yang membedakan; kalau KA untuk mudzakar (laki-laki), kalau KI untuk muannats (perempuan). Bukan pada “hu” atau “ha”. Kalimat tersebut berarti; “semoga Allah menyembuhkanmu”.

Jika yang didoakan adalah orang ketiga laki-laki (dia), ucapannya yaitu: syafahullahu (شفاه الله) dan jika perempuan yaitu syafahallahu (شفاها الله). Artinya; “semoga Allah menyembuhkannya”. Di sinilah berlaku dlomir “hu” atau “ha”.

Pada kasus terakhir ini saya pernah membaca komentar seseorang di FB yang menulis “syafakillah”, padahal ia sedang mengomentari postingan temannya (laki-laki) yang mengaplud foto anaknya (perempuan) yang sedang terbaring di RS. Saya yakin maksudnya adalah ingin mendoakan anak yang sedang sakit, tidak mendoakan ayahnya yang mengunggah foto. Tapi dia tidak tahu kalimatnya dalam bahasa Arab. Akhirnya dia tulis “syafakillah” yang artinya “semoga Allah menyembuhkanmu (perempuan)”. Lho, kan jadi ruwet ini? Hehe.

Selain soal mendoakan orang yang sakit, ada lagi yang serupa dengan kasus tersebut. Yaitu ketika ada orang (kedua) yang menyampaikan atau menitipkan ucapan salam teman atau keluarga (orang ketiga) kepada kita. Bagaimana seharusnya jawaban kita dalam bahasa Arab? Apakah kita cukup menjawab dengan “wa alaikumussalam”? artinya “semoga kamu mendapat keselamatan”. Jawaban ini berarti kita hanya mendoakan orang kedua yang menyampaikan salam. Malah tidak mendoakan salam kepada orang ketiga yang sejatinya orang ketiga inilah yang menyampaikan/menitipkan salam.

Untuk yang terakhir ini jawaban yang tepat adalah “alaika wa alaihissalam” (عليك وعليه السلام) jika orang kedua dan ketiga sama-sama laki-laki. Jika keduanya perempuan, maka jawabannya “alaiki wa alaihassalam” (عليك وعليها السلام). Jika orang kedua laki-laki dan orang ketiga perempuan, maka jawabannya yaitu “alaika wa alaihassalam” (عليك وعليها السلام). Dan jika sebaliknya, maka jawabannya yaitu “alaiki wa alaihissalam” (عليك وعليه السلام). Semua itu artinya adalah “semoga kamu dan dia mendapat keselamatan”.

Itulah kenapa ketika kita ingin “hijrah” dengan semisal mengucapkan kata-kata tertentu dalam bahasa Arab, kita harus belajar terlebih dahulu. Mengerti dan paham dengan yang kita sampaikan. Jangan sampai -tanpa ilmu- kita seolah-olah sudah Islami sendiri dengan mengucapkan kata-kata Arab, dan ternyata keliru. Kalau terdengar oleh orang Arab malah jadi membingungkan. Dan lucu.

Hal ini sebenarnya urusan yang masih ringan dalam ilmu agama dan bahasa Arab. Ibarat di pesantren, masih kelas Ibtida’. Hehe. Dari yang ringan ini kita bisa belajar sedikit demi sedikit tentang Islam dan bahasa Arab. Jangan sampai melompat; belum bisa dan belum paham persoalan yang ringan tapi sudah berani berfatwa kesana-kemari. Mengharamkan ini, membid’ahkan itu, menyesatkan dia dan seterusnya. Hadeehh..

Nurul Fahmi

Penulis: Terompah Kiai, Pendidik dan Anggota LTN PC. NU Kab. Tuban

Tags: belajar bahasa arabhijrahnitip salam orang islam
Previous Post

Penguatan Aswaja dalam Pembekalan KKN STITMA Tuban 2019

Next Post

Dunia Kerja di Era Revolusi 4.0

Related Posts

Pandangan NU Tentang Tadabbur Alam

Pandangan NU Tentang Tadabbur Alam

by Redaksi
May 12, 2025
0

Tadabur alam merupakan bentuk perenungan mendalam terhadap ciptaan Allah SWT yang mengajak manusia untuk menyadari kebesaran dan keagungan-Nya. Dalam tradisi...

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

by suluk
May 4, 2025
0

Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu atau mengisi kepala anak dengan pengetahuan. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia....

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

by Mukani
May 1, 2025
0

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025 ini mengambil tema Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Sejak era Presiden...

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

Filosofi Nyadran dan Akulturasi di Desa Mlorah

by Mukani
April 24, 2025
0

Tradisi nyadran di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk tahun ini digelar hari Jumat Pahing, tanggal 25 April 2025. Ini...

Next Post
Dunia Kerja di Era Revolusi 4.0

Dunia Kerja di Era Revolusi 4.0

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

May 15, 2025
Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

May 14, 2025
Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

May 14, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025