Suluk.id, Tulungagung – Di tengah derasnya arus globalisasi pendidikan, Indonesia masih tertinggal dalam mencetak mahasiswa yang mampu bersaing di universitas-universitas elite dunia. Hal ini disoroti secara tajam oleh Dekan Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah (FUAD) UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung, Prof. Dr. Ahmad Rizqon Khamami, Lc., M.A., saat menjadi pembicara utama dalam acara Scholarship Station yang digelar Jurusan Dakwah FUAD dan disiarkan langsung melalui YouTube SATU TV, Jumat (2/5/2025), bertepatan dengan peringatan Hari Pendidikan Nasional.
Dalam pemaparannya, Prof. Rizqon tidak sekadar berbicara soal peluang beasiswa, namun mengangkat persoalan serius tentang rendahnya representasi mahasiswa Indonesia di universitas global ternama. “Di Harvard, hanya lima mahasiswa dari Indonesia, sementara Korea Selatan mengirimkan 700. Di Columbia University, dari 1.100 mahasiswa asal Tiongkok, Indonesia hanya menyumbang 11,” paparnya dengan nada prihatin.
Menurutnya, ketimpangan ini bukan hanya persoalan kuantitas, melainkan indikator minimnya kesadaran dan keberanian generasi muda Indonesia untuk bersaing di panggung akademik global. Negara-negara seperti Korea, Tiongkok, dan Malaysia, menurutnya, telah jauh lebih progresif dalam membangun strategi jangka panjang pengiriman pelajar ke luar negeri.
Menggugah kesadaran peserta, Prof. Rizqon membagikan pengalaman pribadinya menempuh pendidikan S1 di Irak dan S2 di India dengan beasiswa penuh. “Zaman saya, tidak ada LPDP atau beasiswa dari pemerintah. Kami harus mencari jalan sendiri. Sekarang, justru banyak fasilitas dan peluang yang tidak boleh disia-siakan,” tegas Guru Besar Filsafat Islam itu.
Ia mengingatkan, apabila Indonesia ingin menjadi bangsa produsen pengetahuan dan bukan sekadar konsumen, maka generasi mudanya harus aktif merebut ruang-ruang intelektual internasional. “Pendidikan tinggi di luar negeri bukan sekadar soal ijazah, tapi tentang memperluas wawasan, jaringan global, dan kontribusi nyata bagi bangsa,” ujarnya.
Lebih jauh, ia menekankan pentingnya menanamkan cita-cita sejak dini. “Takdir manusia seringkali tidak jauh dari isi kepalanya. Kalau sejak sekarang kita berpikir global, maka kemungkinan besar arah hidup kita juga akan mengarah ke sana,” tutupnya.
Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat