Benarkah ungkapan “jodoh di tangan Tuhan”?. Tidakkah jodoh datangnya dari cinta?. Ataukah jodoh yang mendatangkan cinta?. Jawabnya ada pada ayat “cinta” yang ada pada kitab suci Al-Qur’an. Kita sebagai orang muslim pasti sudah sangat akrab dengan ayat Al-Qur’an yang artinya demikian: ” Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya yaitu Dia menciptakan untukmu isteri-isteri (pasangan) dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan tenteram kepadanya dan Dia menjadikan di antara kalian rasa kasih dan sayang…” (QS. Ar-Rum: 21).
Dalam ayat tersebut ada kata “menciptakan” yang dalam bahasa Arab diterjemah خلق (khalaqa) dan ada kata “menjadikan” yang dalam bahasa Arab diterjemah جعل (ja’ala). Apa bedanya “menciptakan” dan “menjadikan”?.
Bedanya adalah ketika Allah menggunakan kata خلق maka biasanya Allah tidak membutuhkan campur tangan manusia untuk obyek yang disebut. Tetapi jika Allah menggunakan kata جعل , maka obyek yang disebut akan berkaitan dengan subyek selain Allah (manusia).
Satu contoh, dalam Al-Qur’an Allah berfirman: “Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan benar…”(QS. Al-An’am: 73). Firman tersebut menggunakan kata “menciptakan”( خلق). Maka ayat tersebut menunjukkan bahwa untuk menciptakan langit dan bumi Allah tidak membutuhkan campur tangan manusia. Berbeda ketika Allah menggunakan kata جعل seperti contoh dalam firman-Nya: “Dia menyingsingkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat…”(Al-An’am: 96). Karena menggunakan kata جعل , maka disitu ada peran manusia untuk menjadikan malam sebagai waktu istirahat. Sebagian manusia ada yang bekerja pada malam hari, maka berarti siangnya dia jadikan istirahat.
Kita kembali pada surat Ar-Rum: 21 di atas. Ayat tersebut yang menggunakan kata خلق (menciptakan), menunjukkan bahwa bertemunya suami/istri atau jodoh adalah karena diciptakan oleh Allah. Tanpa campur tangan manusiapun hal itu bisa terjadi. Tetapi pada kalimat yang menceritakan kasih sayang atau cinta, Allah menggunakan redaksi جعل (menjadikan). Hal ini menunjukkan bahwa cinta dan kasih sayang itu harus diusahakan oleh manusia (baca: suami-istri). Tanpa ada usaha dari suami-istri, Allah tidak akan menjadikan pernikahan keduanya penuh dengan kasih sayang dan cinta. Dan ayat tersebut juga menjawab bahwa jodoh itu sebenarnya bisa didahulukan daripada cinta. Menikah dulu sebagai suami-istri setelah itu akan tumbuh cinta dan kasih sayang.
Penulis: Terompah Kiai, Pendidik dan Anggota LTN PC. NU Kab. Tuban