Bagi kita muslim tradisional bahkan yang moderan sekalipun, tentu mengenal betul tembang Tombo Atinya Sunan Bonang. Selain bernada seni yang indah, ternyata ajaran tombo atinya Sunan Bonang bukan hanya sekedar bait-bait syair semata. Bait-bait syair dari Sunan Bonang di dasari pada ajaran yang disampaikan oleh para ulama salafus sholeh, yang merujuk pada ajaran mulia baginda Rasulullah SAW.
Siapa yang tidak kenal Imam Sufyan Ats-Tsauri (96-161 H), seorang ulama kenamaan asal Kufah. Selain itu beliau juga terkenal sebagai pribadi yang wara’, zuhud, ahli fikih, dan pakar dalam bidang hadits di zamannya. Hal ini sebagaimana yang diucapkan oleh Ibnu Uyainah, “Ahli hadits itu ada tiga, Ibnu Abbas pada zamannya, Asy-Sya’bi pada zamannya, dan Ats-Tsauri pada zamannya.Ternyata resep ampuh tembang tombo atinya Sunan Bonang, berasal dari Sang Imam yang Zuhud dan wara’ ini.
Jika perkataan ini muncul dari Imam Sufyan Ats-Tsauri, tentu perkataan ini bukanlah mengada-ada, karena beliau adalah ulama yang menjadi pewaris Nabi. Sebagaimana yang Rasulullah SAW sabdakan : “Al Ulama’u Waratsatul Anbiya”. Sebagai pewaris tentu ucapan itu adalah warisan dari Rasulullah SAW, apalagi jika ditilik dari teksnya maupun makna yang terkandung di dalamnya tidak ada hal yang menyalahi ajaran Al Qur’an dan Al Hadits. Bahkan resep itu kesemuanya adalah manifestasi dari ajaran Allah dan Rasul-Nya semata.
Bagai obat yang mujarab, resep tombo ati ini mampu memberikan ketenangan secara psikologis, bagi batin yang didera oleh berbagai macam kegelisahan dan penyakit hati, selain mampu mengobati gangguan psikologis, tentu resep ini juga memberikan dampak yang positif bagi kesehatan jasmaniyah. Karena pada dasarnya penyakit fisik asal-muasalnya juga ada kaitannya dengan kondisi kejiwaan seseorang.
Dalam teks aslinya Imam Ats Tsauri mengatakan :
دواء القلب خمسة أشياء : قراءة القرآن بالتفكّر, وخلاء البطن, وقيام الليل, والتّضرّع عند السّحر, ومجالسة الصالحين.
Artinya : Obat hati itu ada lima perkara : Membaca Al Qur’an dengan merenungi artinya (pesannya), membiasakan perut kosong (puasa), mengerjakan shalat malam, berdzikir di waktu sahur (menjelang shubuh), dan bergaul dengan orang-orang saleh.” (Nasihat Sufyan Ats-Tsauri dalam Mahmud, 1.000 Washiyyah wa Washiyyah, h, 68)
Nasehat Imam Ats-Tsauri ini oleh Sunan Bonang diformulasikan menjadi sebuah sarana dakwah, dalam bentuk tembang yang kita kenal sebagai tombo ati, yang liriknya pun relatif sama. Inilah kehebatan dari dewan Walisongo dalam menyampaikan ajaran Islam kepada masyarakat Nusantara.
Sunan Bonang dalam berdakwah mampu menyampaikan sebuah ajaran agama dengan hikmah yang luar biasa, bayangkan, sebuah ajaran agama baru dan sangat asing di tanah Jawa, akhirnya dapat diterima dengan baik oleh masyarakat dengan pendekatan sebuah tembang yang telah diakrabi oleh masyarakat setempat. Fiqhu ad-dakwah Sunan Bonang mampu mentransformasikan nilai-nilai ajaran Islam yang literal menjadi natural, dan hasilnya adalah lompatan dakwah walisongo yang berhasil mengajak masyarakat memeluk ajaran Islam, dengan damai dalam waktu yang relatif singkat.
Jejak-jejak dakwah dari Walisongo ini, harus kita ungkap dan kita kemukakan faktanya di tengah-tengah masyarakat, agar proses dakwah Islam terus berjalan dalam koridor rahmatan lil’alamin. Karena bagaimanapun juga, ada pihak-pihak tertentu yang berusaha dan ingin mengaburkan fakta sejarah akan kiprah Walisongo dalam mendakwahkan Islam di Nusantara.
Selain itu tentu agar supaya metode dakwah dari Walisongo ini, menjadi pedoman dan inspirasi para haamilu ad-dakwah (para pengemban dakwah) meneladani samudra hikmah, yang telah dibawa dan dicontohkan oleh Walisongo, bahwa dakwah adalah menyeru manusia ke jalan Tuhan dengan hikmah dan bukan dengan jalan amarah. Jika demikian tentu dakwah Islam ke depan, menjadi dakwah yang menyejukkan sebagaimana dalam surat An-Nahl ayat 125 yang artinya :
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik”
Mari bersama menjaga dan meneladani apa yang telah dirintis oleh generasi awal dakwah Islam di Nusantara, dengan penuh hikmah ini, karena pada dasarnya, kita semua adalah bagian dari kafilah dakwah yang punya tanggung jawab bersama membumikan nilai-nilai Islam dengan penuh cinta dan rahmatan lil ‘alamin.
Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban Indonesia.