Kemerdekaan bukan sekadar hanya bebas dari penjajahan secara fisik, akan tetapi harus dimaknai sebagai suatu keadaan yang disitu bebas dari segala hal yang membatasi ruang gerak untuk melakukan ekspresi dalam kehidupan baik ekspresi emosional, spiritual dan intelektual yang semuanya bisa dimaknai sebagai satu komitmen untuk lebih memajukan Indonesia, baik sebagai suatu bangsa atau sebagai sutu negara yang berdaulat dan berdikari.
Ekspresi emosional adalah satu ekspresi yang dibangun berdasarkan satu harapan yang tidak sesuai dengan kenyataan yang didambakan sehingga ada pergulatan emosianal yang berkecamuk didalam dirinya, dan membutuhkan suatu pelampiasan tersendiri untuk menghilangkan itu semua ( baca; protes). Sedangkan pelampiasan yang menjadi sarana penyaluran yang dilakukan biasanya dengan memakai anomaly simbol-simbol dengan pamaknaan yang mengarah pada kritik sosial, sebagaimana mana yang sekarang marak dan viral di media social dengan banyaknya masyarakat Indonesia mengibarkan bendera one peace yang merupakan bendera bajak laut pada satu film animasi kartun yang pada inti ceritanya para anggota bajak laut itu protes pada keadaan yang Dimana keadilan tidak pernah berpihak pada rakyat dan Masyarakat yang lemah.
Kalau dimaknai dengan pandangan antropologis kejadian ini adalah satu kritik sosial dimana harapan masyarakat dengan pemerintahan yang baru yang dipimpin oleh seorang presiden jendral (baca: Prabowo) yang berjuluk macan Asia ini akan mengalami perubahan dalam berbagai hal, perubahan ekonomi yang semakin mapan, perubahan arus politik yang lebih demokratis sehingga pembatasan dialog dengan pemerintah tidak lagi dibatasi, perubahan arah demokrasi yang lebih mapan dengan kemakmuran rakyat sebagai tujuan utama bukan oligarki yang selama ini termanjakan.
Ekspresi spiritual, ekspresi ini dimaknai dengan rasa syukur yang tak terhingga karena telah diberikan kebebasan dari penjajahan secara menyeluruh, maka ekspresinya bermacam macam dengan selametan, meteri, tirakatan dan kirim doa pada para pahlawan dan lain-lain hal ini banyak dilakukan terutama karena Indonesia secara sosiologis adalah masyarakat yang memegang teguh nilai-nilai spiritualitas, aktifitas ini banyak dilakukan dengan harapan, para pahlawan yang telah meninggal diberikan balasan yang setimpal, ditempatkan disi Allah dan diberikan kenikmatan, sedangkan para pemimpin yang memimpin negara diharapkan diberikan Kesehatan dan kekuatan dalam memerangi kebatilan dan mampu menebar keadilan dalam menerapkan hukum dengan tidak memakai anomali pisau yang tajam kebawah tumpul keatas.
Ekspresi spiritual yang dikukan rakyat Indonesia yang mayoritas adalah beragama Islam itu juga melambangkan bahwa spirit agama (Islam) harus digunakan untuk melakukan kebijakan dengan selalu menguntungkan Masyarakat dan rakyat Indonesia, hal ini sesuai dengan konsep kebijakan dalam Islam yang menyatakan bahwa “ tasharruful Imam ‘ala al-raiyati manutun bi al-mashlahah’ artinya kebijakan suatu pemimpin harus disesuaikan dengan kemaslahtan rakyatnya.
Ekspresi intelektual, ekspresi ini merupakan ekspresi dimana bangsa Indonesia dituntut untuk lebih cerdas dalam memandang dirinya, malakukan muhasabah dan istropeksi terhadap kekurangan yang dimilikinya sesuai dengan bidangnya masing-masing. Yang menekuni pekerjaan dibidang pertanian misalnya, maka bagaimana sekiranya lebih cerdas pada hal pertanian, semisal bagaimana dalam memanfaatkan lahan, membuat terobosan pertanian yang membuat petani makmur, melakukan inovasi pertanian sehingga hasil pertanian subur dan lain-lain, sedangkan yang menekuni pekerjaan di bidang perdagangan, maka pada momentum kemerdekaan ini para pedagang dituntut untuk berekpresi lebih cerdas dalam hal perdagangan, dengan momentum ini para pedagang harus melihat potensi perdagangan yang ada dengan memanfaatkan tool yang sudah ada dan yang yang lagi ngtren, misalnya mengikuti tren perdagangan yang ada dengan memanfaatkan perkembangan informasi, tekhnologi dan media dalam mempromosika perdagangannya, melakukan inovasi perdangan melalui media online yang ada dan lain-lain, hal ini merupakan upaya sadar posisi dari berbagai sektor dalam upaya untuk memajukan Indonesia dikancah persaingan dunia global.
Sedangkan ekspresi intelektual yang diberlakukan pada wilayah pendidikan harus dimaknai pada apa yang harus dilakukan oleh seorang pendidik pada peserta didiknya yang harus selalu mengarahkannya pada hal yang terbaik bagi peserta didik, sebagai seorang pendidik semisal guru atau dosen, maka yang harus dilakukan adalah seorang guru atau dosen adalah menjadikan anak didik tidak hanya pandai pada penguasaan keilmuan dibidangnya, tetapi juga pandai untuk melihat dan mengenali dirinya sendiri sebagai peserta didik, karena ketika seorang peserta didik mampu mengenali dirinya, maka dia juga akan mampu mengenali tuhannya dan jika ini yang terjadi maka peserta didik tidak akan sombong atas penguasaan ilmunya, artinya dia akan mampu menjadikan dirinya menjadi ilmuwan yang cerdas secara intelektual, cerdas secara emosional dan juga cerdas secara spiritual dan ketiga kecerdasan inilah yang menjadikan peserta didik menjadi orang yang sukses baik didunia maupun di akhirat, tidak terkena penyakit solipisme intelektual yang menjadikan anak didik sombong dan tidak beradap.
Dosen Tetap UIN Syayid Ali Rahmatullah Tulungagung dan Pengasuh PP. Al-Bidayah Tulungagung