Suluk.ID
Saturday, May 17, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Mendiskusikan Konsep Hermeneutika Sebagai Al Tajdid Al Tafsir di Era Modern

by Redaksi
February 7, 2024
in Ngilmu
Mendiskusikan Konsep Hermeneutika Sebagai Al Tajdid Al Tafsir di Era Modern
Share on Facebook

Suluk.id – Perkembangan dunia ditandai dengan kemajuan iptek mendorong adanya kebebasan berfikir dan berpendapat. Seolah olah tidak terdapat limit bagi setiap orang mengutarakan pendapat, pikiran dan pembaharuan tak terkecuali di dunia intelek muslim. Dewasa ini, cendekiawan muslim dan non muslim mempropagandakan kajian Islam, terutama khazanah tafsir Al Qur’an. Banyak sekali dari tokoh Islam  modern yang berkiblat pada orientalis dengan mengusung teori hermaneutika sebagai  Al Tajdid. Nashr Al Hamid Abu Zaid seorang akademisi Al Qur’an  serta penganut liberal Islam  menyatakan bahwa Al Quran merupakan Muntaj Tsaqafi yakni dasar ilmu dan budaya Arab berinteraksi dengan Islam  dengan berlandaskan pada teks Al Qur’an sehingga metode konvensional dalam kajian tafsir klasik sudah tidak lagi relevan.

Identifikasi Shalih li kulli zaman wa makan  pada Al Qur’an menjadi dalil yang secara teori akademik wajib terimplementasikan. Dengan demikian muncul terobosan baru tentang metode  penafsiran Al Qur’an yakni gagasan F.E Daniel Schleiermacher dengan nama metode hermeneutika. Metode ini digunakan kaum barat untuk menerjemahkan bible, tentu teori ini mendapatkan pertentangan ulama karena ketidaksesuaian terhadap budaya Islam. 

Landasan kontra atas tidak diterimanya metode ini adalah pada argument penilaian Muhammad Abduh yang menilai bahwa Al Qur’an dan kitab lainnya memiliki derajat sama dengan karya ilmiah. Hal ini menciptakan Ikhtilafiyah di kalangan ulama, sebab Al Qur’an   secara harfiah merupakan Lafdzan wa maknan minallah berbeda dengan Bible yang merupakan produk interpretasi Gamaliel. Hal ini memunculkan stigma racun hermeneutika sebagaimana penjelasan Syamsuddin Arif  atas rusaknya penyampaian maksud Al Qur’an yang sesungguhnya karena adanya revitalisasi makna penafsiran yang ditafsirkan sesuai konteks, kondisi dan trend masyarakat sehingga mengikuti selera masing masing.

Pertentangan juga menitikberatkan pada produk tafsir yang berarah balik dengan syariat hukum Islam. Konsep Milk Al Yamin Muhammad Syahrur misalnya, menggagas teori baru yang menghasilkan penegasan tentang hubungan seks non marital adalah sah menurut syariat Islam  sebagaimana hubungan seksual marital sehingga konsep ini menawarkan akses berhubungan lebih luas dan bebas. Pernyataan sama juga dikuatkan argumentasi Siti Musdah Mulia sosok aktivis hak wanita Indonesia atas kebenaran homosexuality. Bahkan terdapat juga Instansi Perguruan Islam  yang menerbitkan tulisan serupa dengan judul “ Indahnya Kawin Sesama Jenis”. 

Penafsiran yang tergolong sensitive ini menuai banyaknya pertentangan ulama karena substansinya terlihat bertentangan dengan syariat Islam. Akibatnya hal ini bisa berdampak buruk pada keimanan umat dan berpotensi adanya perdebatan tentang otentisitas Al Qur’an. Selanjutnya perlu digaris bawahi di balik kubu kontra atas tanggapan metode ini terdapat pendapata netral dalam mengintegrasi teori hermeneutika dengan Ulumul Al Qur’an . Salah satu tokoh ini adalah  Sahiron Syamsuddin yang menciptakan tawaran baru sebagai upaya menafsirkan Al Qur’an berbasis kontemporer dengan mengharmonisasi kajian Islam dan Barat yang dikenal dengan pendekatan Ma’na-Cum-Maghza. Pendekatan ini merupakan lanjutan teori sarjana Al Qur’an  modern, Fazlur Rahman, Abdullah Saeed, dll.

Wal hasil dapat dipahami bahwa upaya memahami teori ini tidak selalu bertendensi pada nilai kontroversialnya saja namun sikap selektif dan kritis dalam memilih prinsip hermeneutika yang sesuai dengan syariat Islam juga berpengaruh pada perkembangan tafsir di era modern. Senada dengan ungkapan M. Quraish Shihab bahwa datangnya pembaharuan teori pengkajian tafsir ini seharusnya dijadikan  sebagai proses adaptasi, bukan adopsi.

Penulis : Saidatun Nisa’ Mahasiswa Ilmu Al Qur’an dan Tafsir

Redaksi
Redaksi

Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan

Tags: Al-Qur'anHermeneutikaTajdid
Previous Post

Empat Dasar Ulama dalam Menjaga Otentisitas Hadis Nabi

Next Post

Lakpesdam PBNU Gelar Roadshow Bedah Buku Prof Ismail Fajrie Alatas di Empat Kampus di Pulau Jawa

Related Posts

Pandangan NU Tentang Tadabbur Alam

Pandangan NU Tentang Tadabbur Alam

by Redaksi
May 12, 2025
0

Tadabur alam merupakan bentuk perenungan mendalam terhadap ciptaan Allah SWT yang mengajak manusia untuk menyadari kebesaran dan keagungan-Nya. Dalam tradisi...

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

by suluk
May 4, 2025
0

Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu atau mengisi kepala anak dengan pengetahuan. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia....

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

by Mukani
May 1, 2025
0

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025 ini mengambil tema Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Sejak era Presiden...

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

Filosofi Nyadran dan Akulturasi di Desa Mlorah

by Mukani
April 24, 2025
0

Tradisi nyadran di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk tahun ini digelar hari Jumat Pahing, tanggal 25 April 2025. Ini...

Next Post
Lakpesdam PBNU Gelar Roadshow Bedah Buku Prof Ismail Fajrie Alatas di Empat Kampus di Pulau Jawa

Lakpesdam PBNU Gelar Roadshow Bedah Buku Prof Ismail Fajrie Alatas di Empat Kampus di Pulau Jawa

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

May 15, 2025
Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

May 14, 2025
Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

May 14, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025