Suluk.id – Bulan Sya’ban menjadi salah satu bulan di tahun Hijriyah yang juga banyak diperingati oleh umat Muslim, terutama pada malam Nishfu Sya’ban. Karena pada malam tersebut banyak keutamaan – keutamaan yang diberikan Allah SWT, seperti yang dijelaskan oleh Kyai Dafid Fuadi dalam agenda ngaji rutin PAC Anshor Kecamatan Badas pada Ahad (5/2/23).
Ada beberapa waktu dimana amal ibadah dari seseorang dilaporkan kepada Allah SWT. Yakni pada waktu pagi dan sore, Kemudian pada waktu seketika itu juga manusia melakukan perbuatan nya, selanjutnya pada setiap hari Senin dan Kamis serta pada malam Nishfu Sya’ban sebagai laporan tahunan. Maka dalam malam Nishfu Sya’ban ini dianjurkan melakukan amal kebaikan.
“Nah pada malam Nishfu Sya’ban ini, pelaporan amal perbuatan manusia selama setahun, maka dari itu sering dikaitkan dengan kegiatan kebaikan” Dawuh Kyai Dafid yang juga selaku Direktur ASWAJA NU Center Kabupaten Kediri.
Anjuran amal kebaikan dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dari membaca sholawat. Karena perintah membaca sholawat juga diturunkan pada bulan Sya’ban : Surah al-Ahzab ayat 56. Maka dari itu Ulama’ menganjurkan untuk memperbanyak membaca sholawat di bulan Sya’ban.
“Poro Ulama nganjurne moco sholawat teng nggene bulan Sya’ban (para Ulama’ menganjurkan membaca sholawat di bulan Sya’ban) Kyai Dafid Fuadi menuturkan.
Peristiwa malam Nishfu Sya’ban ini sangat penting karena Nabi Muhammad SAW menerangkan dalam suatu Hadist yang diriwayatkan oleh Imam At-Tabrani, bahwa Allah SWT memberikan rahmat dan mengampuni seluruh makhluk-Nya. Akan tetapi kecuali bagi orang-orang musrik (menyekutukan Allah) dan masih mempunyai permasalahan dengan orang lain.
“Gegeran-gegeran sing perkoro dunyo iku, ing malem Nishfu Sya’ban kudu dilereni kabeh (konflik-konflik perkara dunia itu, di malam Nishfu Sya’ban harus di selesaikan semua)” terang beliau.
Tidak hanya itu, keutamaan lain pada malam Nishfu Sya’ban juga berupa pertolongan Allah SWT kepada hamba-hanbanya yang di merdekakan dari Neraka sebanyak bulu domba Bani Kalb. Seperti dalam Hadist riwayat Imam Baihaqi yang menerangkan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Nabi dan berseru demikian.
“Allah iku memerdekakan manungso teko neroko (Allah memerdekakan manusia dari neraka) pada malam Nishfu Sya’ban sebanyak bulu domba ternak Bani Kalb sing terkenal (yang terkenal) paling banyak” jelas beliau.
Kyai David Fuadi meneruskan penjelasan penggalan Hadist bahwa Allah memberikan rahmat pada malam Nishfu Sya’ban kecuali pada orang musrik, orang yang berseteru, memutus silaturahim, orang yang sombong, orang yang berani kepada kedua orang tua dan orang yang minum khamr (mabuk-mabukan). Salah satu cara untuk berbakti kepada orang tua adalah dengan cara mendo’akannya. Maka dari itu dalam tradisi Jawa dikenal adanya istilah Megengan yang dimaksudkan untuk mendo’akan para orang tua atau leluhur.
“Coro wong jowo kene Megengan, dige dungakne leluhur, tujuane ben entuk rahmat wulan Sya’ban (semisal orang Jawa disebut tradisi Megengan, tujuannya untuk mendoakan leluhur, supaya mendapatkan rahmat bulan Sya’ban) Kyai Dafid meneruskan penjelasan.
Ada pula Hadits yang diriwayatkan dari Sayyidatina Aisyah Radiallahu ‘Anha, bahwa Sayyidah Aisyah pada malam Nishfu Sya’ban melihat Nabi Muhammad SAW pergi berziarah ke makam Baqi.
“Makane nek neng Jowo iki enek tradisi [ziarah] teng kuburan niku mboten keliru (makanya di Jawa ini, ada tradisi ziarah ke makam itu tidak keliru.” terang Kyai Dafid.
Demikian pula Sultan Agung dalam membuat nama-nama bulan Jawa mengambil peristiwa penting yang ada didalamnya agar mudah diingat. Seperti nama bulan Sya’ban dinamai dengan bulan “Ruwah” yang diambil dari kata “Arwah” dengan tujuan agar mengingat orang-orang yang sudah meninggal. Dan juga kegiatan berziarah pada bulan ini juga dapat mengingatkan pada akhirat. Dengan mengingat akhirat, ketika masuk bulan Ramadhan, ibadah yang dilakukan dapat dilakukan secara maksimal.
“Makanya mulai bulan Sya’ban ini mulai dikondisikan. Ramadhan itu jangan sampai disia – siakan, karena pahalanya dilipat gandakan” tutur Kyai Dafid.
Dengan demikian menghidupkan malam Nishfu Sya’ban itu penting seperti yang dilakukan oara Ulama’ terdahulu. Seperti melakukan sholat-sholat Sunnah atau membaca surat Yasiin. Ibadah – ibadah tersebut menjadi salah satu cara untuk memohon kepada Allah SWT agar dikabulkan apa yang menjadi hajat (permohonan). Karena pada malam Nishfu Sya’ban Allah SWT banyak memberikan ampunan dan mengabulkan hajat.
“Gusti Allah niku ngapuro teng nggene makhluk niku katah, Gusti Allah ugi ngabulne dungo-dungo kawulo seng nyuwun ing dalem malem Nishfu Sya’ban (Allah SWT itu banyak memberikan ampun kepada makhluk-Nya dan juga mengabulkan do’a-do’a hamba yang memohon di malam Nishfu Sya’ban” terang Kyai Dafid Fuadi.
Peristiwa lain yang terjadi di bulan Sya’ban adalah perpindahan Kiblat umat Islam dari Baitul Maqdis (Masjidil Aqsa) Palestina ke Ka’bah di Masjidil Haram. Bisa dikatakan, arah kiblat umat Islam sebelumnya yakni di Masjidil Aqsa berlangsung selama 17 bulan 3 hari.
“Allah memerintahkan Nabi Muhammad memindahkan kiblat ke Ka’bah di Masjidil Haram terjadi di bulan Sya’ban” Jelas Kyai Dafid.
(M Rudi C)
Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat