Suluk.id – Refki Rusyadi dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) Universitas Islam Negeri Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (UIN SATU) Tulungagung. Sukses meraih gelar doktor program studi (prodi) Studi Islam (SI) di Pascasarjana UIN SATU Tulungagung dengan predikat cumlaude.
Ujian Terbuka Promosi Doktor kali ini dilaksanakan di Gedung Pascasarjana lantai 5 UIN SATU Tulungagung pada hari Rabu (20/07/2022). Refki Rusyadi merupakan lulusan yang ke-13 Program Doktor pada Prodi Studi Islam dan lulusan Doktor yang ke-107 di Pascasarjana UIN SATU Tulungagung.
Meski mendapat banyak saran dan kritik, di hadapan dewan penguji Refki Rusyadi berhasil mempertahankan disertasinya yang berjudul “Diaspora Eksistensi, dan Dinamika Dagang Warga Keturunan Banjar di Tulungagung”. Acara ini disaksikan oleh kerabat dan rekan Refki mulai dari FEBI, keluarga besar UIN SATU, tetangga , keluarga, hingga perwakilan dari warga keturunan Banjar yang ada di Tulungagung.
Refki mengaku tertarik dengan fenomena bagaimana warga Banjar bisa masuk ke Tulungagung dan bagaimana mereka bisa eksis sampai sekarang yang rumuskan dalam konteks penelitianya. Diaspora merupakan perpindahan warga Banjar ke Jawa Timur.
“Perlu diketahui bentuk rebana dari kesenian hadroh merupakan ciptaan dari warga banjar yang ada di Tulungagung,” tulis Refki.
Dia menjelaskan, setelah didalami lagi ternyata ada Komunitas Kerukunan Keluarga (K3) Banjar di sini Tulungagung yang sangat kuat dan solid sekali. Namun sebagian komunitas menganggap Komunitas Kerukunan Keluarga Banjar ini terlalu eksklusif bagi komunitas lainnya.
Refki yang berfokus pada penelitianya ke warga banjar yang ada di Tulungagung melakukan dinamika usaha Banjar sesuai dengan arahan dari penguji utamanya yaitu Profesor Abdul Hamid yang sebelumnya ingin fokus ke politik dan ekonomi.
Untuk melacak diaspora dan eksistensi Refki menggunakan pendekatan etnografi selama empat bulan walaupun tidak setiap hari. Dia pergi ke daerah Kampungdalem. Di situ warga Banjar punya banyak dijumpai. Dia ke sana datang ke warung kopi cangkruk sambil ngopi untuk mendapatkan banyak data.
“Orang banjar itu punya tradisi ngopi, senang ngobrol,” ujarnya.
Dia juga menggunakan identitasnya sebagai warga asli Banjar untuk mengakses informasi yang mendalam.
“Dalam catatan sejarah warga Banjar masuk ke Tulungagung pada tahun 1920 melaluli jalur sungai. Warga Banjar mengikuti peta jejak dagangnya warga Cina dari Sungai Brantas Surabaya,” ungkapnya.
Kemudian dinamika usaha warga Banjar Refki menggali informasi dan data menggunakan pendekatan sosioekonomi. Dia ingin tahu bagaimana warga Banjar disini membangun citra merek sebagai pedagang emas.
“Di Tulungagung orang banjar identik dengan jualan emas atau juragan emas,” ungkap Refki.
Dia menjelaskan warga Banjar ini unik mereka punya pepatah yang sangat di pegang teguh beribadah dan berdagang harus seimbang. Dia pernah dapat cerita dari pengalaman bapaknya yang asli dari warga Banjar kalau misalkan toko itu sepi uang, yang ada di loker kalau bisa disumbangkan.
Dan itu memang punya dasar di dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 261 yang artinya perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah seperti sebutir biji yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan bagi siapa yang Dia kehendaki, dan Allah Mahaluas, Maha Mengetahui.
“Orang Banjar itu berdagang. Mereka beribadah juga kuat. Selain itu juga sangat pintar beradaptasi dan menempatkan diri. lahir dari proto melayu,” tutur Refki. (Kevin Nizar)
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan