Suluk.id – Tulungagung, Pondok Pesantren Al Bidayah Plosokandang Tulungagung menggelar peringatan Nuzulul Qur’an dengan penuh khidmat pada Sabtu, 15 Maret 2025. Acara tersebut sekaligus menjadi bagian dari gerakan nasional “Indonesia Khataman Qur’an” yang diinisiasi oleh Kementerian Agama RI, yang menargetkan 350.000 khataman dalam sehari.
Kegiatan yang berlangsung sejak pukul 16.00 WIB hingga berbuka puasa dipusatkan di ndalem pengasuh Pondok Pesantren Al Bidayah. Hadir dalam acara ini Dr. Nur Aziz Muslim, M.H.I. selaku pengasuh pondok diikuti oleh seluruh santri Pondok Pesantren (PP) Al Bidayah dan Pondok Pesantren Putri (PPP) Nurul Huda, yang turut menyemarakkan suasana dengan semangat kebersamaan.
Khotmil Qur’an dan Refleksi Nuzulul Qur’an
Rangkaian acara diawali dengan khotmil Qur’an, di mana para santri membaca Al-Qur’an secara berjamaah sebagai bentuk kontribusi dalam gerakan nasional Kemenag RI. Suasana terasa khusyuk saat lantunan ayat suci bergema di dalam ruangan, mengingatkan kembali pada peristiwa turunnya Al-Qur’an sebagai pedoman hidup bagi umat Islam.
Dalam kesempatan itu, Dr. Nur Aziz Muslim, M.H.I., selaku pengasuh pondok, menekankan pentingnya pemahaman dan pengamalan Al-Qur’an di tengah kehidupan modern saat ini.
“Peringatan Nuzulul Qur’an bukan sekadar seremonial, tetapi momentum bagi kita semua, terutama para santri, untuk semakin mendalami Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pegangan dalam setiap langkah kehidupan. Kegiatan khataman ini juga mengingatkan kita bahwa membaca dan memahami Al-Qur’an adalah bagian dari tanggung jawab umat Islam, bukan hanya sebatas ritual, tetapi juga sebagai tuntunan hidup,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Dr. Nur Aziz Muslim menambahkan bahwa keterlibatan dalam gerakan Indonesia Khataman Qur’an menjadi bukti bahwa para santri aktif dalam upaya membumikan Al-Qur’an di tengah masyarakat.
“Ketika santri turut serta dalam program ini, kita bukan hanya menjalankan ibadah, tetapi juga menyebarkan semangat untuk lebih dekat dengan Al-Qur’an di lingkungan kita masing-masing. Ini adalah bagian dari jihad intelektual, di mana kita berusaha membangun generasi Qur’ani yang mampu membawa perubahan positif di masyarakat,” imbuhnya.
Senada dengan itu, Ibu Luluk Zakiyah, selaku Pengasuh Pondok Pesantren Putri Nurul Huda dan Penyuluh Agama Islam Kecamatan Kedungwaru, menyampaikan apresiasi terhadap gerakan Indonesia Khataman Qur’an yang diinisiasi oleh Kementerian Agama RI. Bahwa gerakan membaca Indonesia Khataman Qur’an penting untuk terus dilakukan dan diamalkan untuk kebermanfaatan generasi ke depan. Ia berharap program ini dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas untuk semakin mendekatkan diri dengan Al-Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari.
“Dengan berpartisipasi dalam khataman ini, santri tidak hanya meningkatkan ibadah pribadi, tetapi juga menjadi bagian dari ikhtiar besar dalam membumikan nilai-nilai Al-Qur’an di lingkungan sekitar khususnya serta untuk bangsa dan negara,” ujarnya.
Usai khotmil Qur’an, para santri melanjutkan kegiatan dengan pembagian takjil kepada masyarakat sekitar. Dengan penuh semangat, para santri membagikan paket takjil kepada pengendara dan pejalan kaki yang melintas di sekitar pondok.
Lurah Pondok, Mohammad Arif, menyampaikan bahwa kegiatan bagi takjil tidak hanya mempererat kebersamaan antar-santri, tetapi juga mengajarkan nilai-nilai kepedulian terhadap sesama.
“Ramadan adalah bulan berbagi. Kegiatan pembagian takjil ini adalah bentuk kecil dari ajaran Islam tentang kepedulian sosial. Santri harus belajar tidak hanya tentang ilmu agama, tetapi juga tentang bagaimana mengimplementasikannya dalam kehidupan nyata. Dengan berbagi kepada masyarakat sekitar, santri memahami makna dari ukhuwah Islamiyah secara lebih nyata,” ujarnya.
Menurutnya, berbagi takjil di bulan Ramadan bukan sekadar memberikan makanan, tetapi juga menjadi sarana untuk membangun hubungan yang lebih erat antara pesantren dan masyarakat sekitar.
“Kami berharap kegiatan ini bisa menjadi inspirasi bagi para santri agar terus menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama, baik di dalam maupun di luar pesantren,” tambahnya.
Buka Puasa Bersama dan Harapan ke Depan
Menjelang waktu magrib, seluruh santri dan tamu undangan berkumpul untuk berbuka puasa bersama. Hidangan sederhana yang disajikan semakin menambah kebersamaan di antara mereka. Setelah membatalkan puasa, acara dilanjutkan dengan salat magrib berjamaah yang dilanjutkan berbuka bersama. Kegiatan berbuka menandai akhir dari rangkaian peringatan Nuzulul Qur’an.
Dr. Nur Aziz Muslim juga mengungkapkan harapannya agar kegiatan seperti ini terus menjadi bagian dari tradisi pesantren.
“Kami berharap acara seperti ini tidak hanya berlangsung di bulan Ramadan, tetapi juga menjadi kebiasaan yang terus dilakukan. Santri harus selalu dekat dengan Al-Qur’an, baik dalam membaca, memahami, maupun mengamalkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, kita bisa menjadi bagian dari generasi yang membawa keberkahan bagi umat,” tutupnya.
Dengan adanya peringatan Nuzulul Qur’an dan keterlibatan dalam gerakan Indonesia Khataman Qur’an, Pondok Pesantren Al Bidayah tidak hanya memperingati turunnya kitab suci, tetapi juga meneguhkan komitmennya dalam mencetak generasi Qur’ani yang peduli terhadap sesama. Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca, tetapi juga untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.*

Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat