Suluk.ID
Tuesday, August 19, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Panutan

Sugeng Tindak KH Muhammad Thoifur Mawardi, Senyumnya Menyejukkan Ucapannya Menenangkan

by Redaksi
August 19, 2025
in Panutan
Sugeng Tindak KH Muhammad Thoifur Mawardi, Senyumnya Menyejukkan Ucapannya Menenangkan
Share on Facebook

Suluk.id, Tanah Purworejo berduka, langit-langit pesantren bersedih, dan hati ribuan santri ikut menangis ketika kabar wafatnya Syaikhina Abuya KH Muhammad Thoifur Mawardi tersebar pada Selasa sore, 19 Agustus 2025. Tepat pukul 16.30 WIB, di RSUD DR. Tjitrowardojo, sang ulama kharismatik menghembuskan nafas terakhir dalam usia 70 tahun.

Jenazah beliau dimakamkan pada Rabu, 20 Agustus 2025, di kompleks pesantren Daarut Tauhid Kedungsari, tempat beliau berjuang, mendidik, dan menebarkan cahaya ilmu sepanjang hidupnya. Ribuan orang datang, santri, alumni, habaib, ulama, dan masyarakat, semuanya larut dalam doa dan air mata, seakan enggan berpisah dengan sosok yang selama ini menjadi oase mereka.

KH Thoifur Mawardi lahir pada 8 Agustus 1955, putra dari KH R. Mawardi, cucu dari KH R. Imam Maghfuro, yang nasabnya bersambung hingga trah Sultan Agung. Sejak belia, kecintaannya pada ilmu agama sudah tampak. Beliau menimba ilmu dari pesantren ke pesantren: Pesantrem Sugihan Kajoran, Lasem, Rembang, hingga akhirnya berlayar menuntut ilmu ke Tanah Suci. Di Ma’had Rushaifah, Mekkah, beliau menghabiskan lebih dari satu dekade berguru pada Sayyid Muhammad bin ‘Alawi al-Maliki al-Hasani. Dari Mekkah, beliau kembali ke tanah air dengan membawa cahaya keilmuan yang kemudian dipancarkan melalui pesantren yang diasuhnya.

Pesantren Daarut Tauhid menjadi rumah ribuan santri, bahkan berkembang dengan belasan cabang di Purworejo. Bagi santrinya, KH Thoifur bukan sekadar guru, tetapi seorang ayah, penuntun jalan, sekaligus teladan hidup. Beliau dikenal lembut, rendah hati, namun tegas dalam menjaga nilai-nilai agama. Senyumnya menyejukkan, ucapannya menenangkan, dan doanya menjadi obat bagi hati yang gelisah.

Banyak kisah karomah yang melekat pada diri beliau. Salah satunya tentang Bi’ru Thoifur—sumur yang digali berdasarkan mimpi beliau ketika pesantren Rushaifah di Mekkah dilanda krisis air. Dari sumur itu, mengalir keberkahan yang hingga kini masih dikenang. Santri dan masyarakat menyebut beliau sebagai “kitab berjalan,” lautan ilmu yang tak pernah kering, sekaligus sosok yang mudah bermimpi bertemu Rasulullah SAW. Beliau sering menasihati, “Siapa yang ingin bertemu Nabi dalam mimpi, kenalilah keseharian Nabi. Maka mimpi itu bukan lagi sekadar bunga tidur, tapi perjumpaan rohani.”

Selain sebagai guru ruhani, KH Thoifur juga seorang penyeru persatuan. Dalam ranah sosial dan politik, beliau dikenal dengan sikap bijak dan nasihat sederhana: jangan menjelekkan orang lain, saling memuji, dan istiqamah dalam perjuangan. Nasihat itu bukan hanya kata, melainkan cermin dari kesehariannya yang penuh kasih sayang dan cinta kepada sesama.

Kehidupan beliau penuh dengan teladan yakni kesederhanaan yang tidak mengurangi wibawa, kedalaman ilmu yang dibalut kerendahan hati, serta keberanian untuk selalu berdiri di sisi umat. Di penghujung hayatnya, beliau masih tercatat sebagai Mustasyar PCNU Purworejo periode 2025–2030, seakan menegaskan bahwa pengabdian beliau kepada umat tak pernah berhenti hingga ajal menjemput.

Kini, jasad beliau telah bersemayam di bumi Kedungsari, namun nama dan warisannya tetap hidup. Ribuan santri, alumni, dan masyarakat akan terus membawa ajaran beliau ke mana pun mereka melangkah. Semoga Allah SWT mengampuni segala dosa-dosa beliau, menerima amal ibadah, melapangkan kubur, dan menempatkannya di sisi Rasulullah SAW bersama para kekasih-Nya.

Selamat jalan, Abuya. Cahaya yang engkau nyalakan akan tetap menyinari jalan kami. Doa dan shalawat kami akan selalu mengiringi, hingga kelak kita dipertemukan kembali di taman surga.(red)

Redaksi
Redaksi

Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan

Tags: KH. Thoifur Mawardi
Previous Post

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

Related Posts

Keteladanan Etika Dakwah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy Dalam Perspektif Qaulan dalam Al-Qur’an

Keteladanan Etika Dakwah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy Dalam Perspektif Qaulan dalam Al-Qur’an

by Abdur Rohman Assidiis
July 1, 2025
0

Kian hari kini, semakin banyak bermunculan pendakwah-pendakwah baru. Dengan berbagai metode dakwah yang mereka gunakan, tentu telah memberikan kesan warna...

Prabowo Subianto Dan Gagasan Kepemimpinan Islam : Dari Salahudin Al Ayubi Hingga Muhammad Al Fatih

Prabowo Subianto Dan Gagasan Kepemimpinan Islam : Dari Salahudin Al Ayubi Hingga Muhammad Al Fatih

by Redaksi
May 26, 2025
0

Oleh : Mujahidin Nur, Direktur Peace Literacy Institute Indonesia & Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri dan Antar Lembaga BKM (Badan...

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

by Mukani
April 21, 2025
0

Tumenggung Sri Moyo Kusumo adalah salah satu pejabat di Kerajaan Mataram Islam. Tugas utamanya adalah menikahkan masyarakat. Dia diperkirakan lahir...

Mbah Canthing dan Sejarah Desa Mlorah

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

by Mukani
April 21, 2025
0

Fakta baru ditemukan dari peta tentang Desa Mlorah masa klasik yang disimpan di Koninklijk Instituut voor Taal Land en Volkenkunde...

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Sugeng Tindak KH Muhammad Thoifur Mawardi, Senyumnya Menyejukkan Ucapannya Menenangkan

Sugeng Tindak KH Muhammad Thoifur Mawardi, Senyumnya Menyejukkan Ucapannya Menenangkan

August 19, 2025
Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

August 19, 2025
Pawai Budaya Rejoso Nganjuk, Warga Empat Dusun Tumpah Ruah

Pawai Budaya Rejoso Nganjuk, Warga Empat Dusun Tumpah Ruah

August 19, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025