Oeh: Prof. Dr. Abd. Aziz., M.Pd.I
(Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung)
Suluk.id – Pengelolaan ibadah haji di Indonesia diperlukan strategi yang komperhensif agar bisa memberikan pelayanan para jamaah haji dengan maksimal. Bagi pemerintah, manajemen penyelenggaraan haji menjadi salah satu kegiata terbesar karena melibatkan 200 ribu orang lebih. Hal yang diurusi mulai dari persoalan kecil sampai besar. Mulai dari logistik dan koordinasi lintas bidang. Dengan adanya kondisi ini memang perlu ada tantangan yang dihadapi. Seperti pengelolaan kesehatan, kepulangan, serta pemantauan jemaah secara real-time.
Dalam upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan, Kementerian Agama (Kemenag) Indonesia telah melakukan berbagai langkah strategis. Seperti melakukan transformasi digital yang bertujuan untuk mewujudkan pelayanan haji yang lebih efisien, aman, dan nyaman bagi para jemaah. Pada tahun ini pula, kementerian agama berkolaborasi dengan Badan Penyelenggara Haji yang nantinya pada tahun 2026 pengelolaan sepenuhnya akan dikelola oleh BP Haji.
Langkah strategis transformasi digital yang dilakukan dalam penyelenggaraan haji tahun ini salah satunya Hajj Command Center (HCC). Progam ini diresmikan pada 7 Mei 2025. HCC ini berfungsi sebagai pusat kendali data yang menyediakan informasi terkait berbagai aspek penyelenggaraan ibadah haji. Mulai dari data jemaah, pergerakan jemaah di Indonesia dan Arab Saudi, hingga data jemaah yang mengalami sakit atau wafat.
Dengan sistem yang terintegrasi, HCC memastikan semua informasi dapat diakses dengan cepat dan akurat oleh petugas haji, yang tentunya mempercepat pengambilan keputusan di lapangan. Hal ini mencerminkan betapa pentingnya pemanfaatan teknologi informasi dalam memperbaiki koordinasi dan operasional penyelenggaraan haji. Dalam hal ini, HCC menjadi langkah nyata untuk mengatasi kompleksitas yang ada, dan memberikan manfaat yang besar dalam hal transparansi dan efisiensi pelayanan.
Langkah lanjutan yang dilakukan Kemenag yakni dengan meluncurkan aplikasi Satu Haji. Aplikasi ini mengintegrasikan sistem pendaftaran, pelaporan, dan informasi terkait haji dan umrah dalam satu platform digital. Aplikasi ini dapat membbuat jemaah lebih mudah dalam melakukan pendaftaran secara elektronik dan mengakses berbagai informasi penting terkait ibadah haji, mulai dari jadwal, kuota, hingga informasi kesehatan.
Menurut informasi, Satu Haji menyatukan aplikasi-aplikasi sebelumnya seperti Haji Pintar dan Umrah Cerdas, yang sebelumnya digunakan secara terpisah. Melalui aplikasi ini, calon jemaah haji dapat lebih mudah mengakses informasi penting yang membantu mereka mempersiapkan ibadah dengan lebih matang. Menurut saya, negera melalui kemenag dan BP Haji telah melakukan transformasi digital, dengan begitu langkah ini berperan dalam menyederhanakan akses informasi, mengurangi birokrasi, dan memberikan kenyamanan bagi jemaah yang lebih melek teknologi.
Sebagai bentuk kolaborasi, Kementerian Kesehatan menerapkan sistem Satu Data Kesehatan, yang memungkinkan pemantauan kesehatan jemaah secara real-time. Dengan menggunakan sistem ini, petugas kesehatan dapat mengakses rekam medis, catatan komorbid, hingga hasil pemeriksaan kesehatan jemaah yang terhubung langsung dengan tim kesehatan di seluruh sektor dan kloter.
Strategi ini memberikan kemudahan dalam pemantauan kondisi kesehatan jemaah dan memastikan bahwa mereka mendapat perawatan yang tepat saat dibutuhkan. Sebagai contoh, jika ada jemaah yang memiliki riwayat penyakit jantung, maka sistem ini akan memberikan alert bagi petugas kesehatan untuk memberikan perhatian khusus terhadap jemaah tersebut. Pemanfaatan data kesehatan yang terintegrasi menunjukkan bagaimana penggunaan teknologi dapat mengatasi tantangan terkait kesehatan yang seringkali menjadi isu krusial dalam penyelenggaraan ibadah haji. Pemantauan yang lebih akurat dan cepat ini juga mencerminkan betapa pentingnya integrasi data dalam meningkatkan kualitas pelayanan haji.
Transformasi digital yang sedang berlangsung ini menurut saya telah membawa angin segar bagi penyelenggaraan ibadah haji. Hajj Command Center, aplikasi Satu Haji, dan sistem Satu Data Kesehatan menjadi contoh nyata bagaimana teknologi dapat mendukung keberhasilan pelayanan haji yang lebih aman, efisien, dan responsif terhadap kebutuhan jemaah. Ke depannya, diharapkan semakin banyak inovasi teknologi yang dapat diimplementasikan untuk menyempurnakan pelayanan haji, mengingat tantangan dan jumlah jemaah haji yang terus meningkat setiap tahunnya.
Melalui berbagai inisiatif ini, menguatkan bahwa transformasi digital dalam pelayanan haji 2025 adalah langkah yang sangat penting untuk mempermudah, mempercepat, dan meningkatkan kualitas ibadah haji. Dengan adanya pemantauan kesehatan secara real-time, sistem yang lebih efisien untuk pendaftaran dan pengelolaan jemaah, serta integrasi data yang lebih baik, pelayanan haji dapat menjadi lebih responsif terhadap kebutuhan jemaah. Teknologi menjadi kunci untuk meningkatkan kenyamanan dan keamanan jemaah selama berada di tanah suci. Dengan komitmen yang kuat dari berbagai pihak, tidak diragukan lagi bahwa pelayanan haji di Indonesia akan semakin berkualitas dan mampu memenuhi harapan jemaah haji di masa depan. (*)
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan