Suluk.ID
Tuesday, September 16, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Ayo Belajar Bahasa Arab di Bulan Ramadan

by Halimi Zuhdy
April 20, 2021
in Ngilmu
Ayo Belajar Bahasa Arab di Bulan Ramadan
Share on Facebook

Suluk.id – Ali berdiri. Berdiri Ali. Sungguh Ali telah/sedang berdiri. Ada Ali, adalah berdiri.

Kalimat di atas terasa aneh dalam bahasa Indonesia, tidak biasa, kecuali kalimat pertama “Ali berdiri” yang mengikuti SPOK bahasa Indonesia. Dalam bahasa Arab, susunan di atas sangat biasa digunakan. Selain biasa digunakan, kalimat tersebut memiliki makna tersendiri, walau secara umum bermakna Ali berdiri.

Bila kalimat bahasa Arab seperti susunan di atas diterjemahkan dalam bahasa Indonesia seakan-akan makna dan maksudnya sama, walau sebenarnya memiliki maksud yang berbeda.

Misalnya dalam bahasa Arab;

ﻗﺎﻡ ﻋﻠﻲ (Telah bediri Ali)

ﻋﻠﻲ ﻗﺎﻡ (Ali telah berdiri)

ﻋﻠﻲ ﻗﺎﺋﻢ (Ali berdiri)

ﺇﻥ ﻋﻠﻴﺎ ﻗﺎﺋﻢ (Sungguh Ali berdiri)

ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻲ ﻗﺎﺋﻤﺎ (Ada Ali adalah berdiri)

ﻛﺎﻥ ﻋﻠﻲ ﻗﺎﻡ (Ada Ali telah berdiri)

ﺇﻥ ﻋﻠﻴﺎ ﻗﺎﻡ (Sungguh Ali telah berdiri)

Kalimat di atas diterjemahkan secara tekstual (kata perkata), bila diterjemahkan secara bebas merujuk pada satu makna “Ali berdiri”.

Struktur bahasa Arab di atas memiliki nama-nama tersendiri, ada yang namanya Jumlah Ismiyah atau klausa nomina (ada pula yang menyebut dengan musnad dan musnad ilaih), itupun masih dirinci menjadi Aljumlah Al-Sughara (kalimat terkecil) bila hanya terdiri dari susunan Mubtada’ dan Khabar saja, itu pun khabarnya bila terdiri dari isim mufrad (tunggal). Ada Jumlah al-Kubra yang masih dibagi dua, Aljumlah dzatul wajhi dan Aljumlah Dzatul wajhain.

Susunan kalimat bahasa Arab di atas bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia, hanya menunjuk pada satu makna, “Ali Berdiri” tetapi dalam dalam struktur bahasa Arab, susunan fi’liyah (kalimat verba) memiliki beberapa fungsi di antaranya adalah “adam stubut” (tidak tetap), berbeda dengan susunan is’miyah (kalimat nonina) yang memiliki fungsi tetap. Belum lagi bila predikatnya menggunakan fi’il (kata kerja madhi atau mudhari’), sedangkan dalam bahasa Indonesia sering menggunakan keterangan waktu. Dan dalam bahasa Arab sering menggunakan menggunakan pola Predikat + Subjek (fi’liyah).

Belum lagi bila susunan kalimat di atas ditambah dengan Awamil seperti Inna (sungguh), Kana (ada) dan lainnya maka memiliki makna tersendiri.

Tayyib, bagaimana bila subjek berada setelah predikat atau subjek sebelum predikat, atau setelah subjek setelah predikat, objek dan keterangan? Itu juga sangat berpengaruh kepada yang diinginkan oleh teks dalam bahasa Arab, walau dalam bahasa Indonesia terasa aneh misalnya “Berdiri Ali”.

Susunan dalam Al-Qur’an tidak dapat diterjemah secara bebas, walau maksudnya tidak jauh dari struktur bahasa Indonesia atau secara bahas Indonesia sudah benar (S+P+O+K). Sepertinya susunan “Kami Menyembah Kepadamu”. Dan “Kepadamu, kami menyembah”. Atau menerjemah susunan ayat “Idza waqa’atil waqiah” Apabila kiamat telah terjadi, tanpa memahami maksud dari susunan fi’liyah (kalimat verba) di dalamnya, maka seolah-olah kiamat telah pernah terjadi, berbeda dengan terjemahan yang ada “Apabila terjadi hari Kiamat” itu pun tidak ditemukan arti verba madhi (lampau) yang ada di dalamnya.

Halimi Zuhdy
Halimi Zuhdy

Alumni Annuqoyah Guluk Guluk Sumenep

Tags: bahasa arabRamadan
Previous Post

Berdamai dengan Ayat Arrijalu Qowwamun

Next Post

MEMBACA KARTINI SEBAGAI PEJUANG LITERASI

Related Posts

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

by Muchamad Rudi C
September 10, 2025
0

Aja-aja ada memang pertanyaannya. Memang terlihat sepele, tapi menjadi bahan diskusi menarik bahkan sampai serius. Pertanyaan itu muncul ketika saya...

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

by Muchamad Rudi C
September 3, 2025
0

Kepedulian masyarakat kepada negara hingga sampai golongan akar rumput. Terbukti dengan salah satunya obrolan tentang wacana demonstrasi bulan Agustus 2025...

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

by Abdur Rohman Assidiis
August 19, 2025
0

Suluk.id, Akhir-akhir ini, dunia jagat maya sedang digencarkan oleh wacana perbincangan filsafat. Hal ini dipicu oleh salah satu sosok yang...

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

by Nur Aziz Muslim
August 9, 2025
0

Kemerdekaan bukan sekadar hanya bebas dari penjajahan secara fisik, akan tetapi harus dimaknai sebagai suatu keadaan yang disitu bebas dari...

Next Post
MEMBACA KARTINI SEBAGAI PEJUANG LITERASI

MEMBACA KARTINI SEBAGAI PEJUANG LITERASI

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Lima Keutamaan Bagi Orang Yang Senang Mendengarkan Kisah Maulid Nabi

Lima Keutamaan Bagi Orang Yang Senang Mendengarkan Kisah Maulid Nabi

September 16, 2025
Asah Literasi Kader Muda, LTN NU Rejoso Gelar Pelatihan Menulis Berita

Asah Literasi Kader Muda, LTN NU Rejoso Gelar Pelatihan Menulis Berita

September 15, 2025
Peringatan Maulid Nabi di PP Al Bidayah Tulungagung, Prof. Abad Badruzzaman: Empat Alasan Bershalawat Kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi di PP Al Bidayah Tulungagung, Prof. Abad Badruzzaman: Empat Alasan Bershalawat Kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW

September 13, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025