Suluk.ID
Saturday, November 1, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Panutan

KH M Yusuf Hasyim Tebuireng: Pejuang Kemerdekaan dan Pembaharu Pesantren

by Mukani
October 30, 2025
in Panutan
KH M Yusuf Hasyim Tebuireng: Pejuang Kemerdekaan dan Pembaharu Pesantren
Share on Facebook

Dalam tulisan berjudul Solusi Polemik Pahlawan Nasional yang dimuat di harian Kompas edisi 30 Oktober 2025, Asvi Warman Adam, seorang profesor riset pada Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), menunjukkan ketidakcermatannya. Di paragraf ketiga, dia menyebut Jusuf Hasjim sebagai ayah dari Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf.

Ini kesalahan fatal sebagai seorang penulis ketika keliru dalam mengutip. Terlebih tidak didukung data yang valid sebagai seorang ahli sejarah. Saifullah Yusuf akrab disapa Gus Ipul putra KH Ahmad Yusuf Cholil dan Nyai Solihah Hasbullah dari Pasuruan. Selain menjabat sebagai Menteri Sosial RI, Gus Ipul sekarang menjadi Sekretaris Jenderal PBNU. Gus Ipul juga tidak pernah menyebut dirinya sebagai putra dari Jusuf Hasjim yang diajukan sebagai pahlawan nasional bersama 39 nama lainnya itu.

Tidak heran jika kemudian Mas’ud Adnan (2025) menulis bahwa tampaknya Prof Asvi mau menyindir Gus Ipul yang mengusulkan ayahnya sendiri sebagai pahlawan nasional. Meski terlihat sepele, lanjutnya, kesalahan Prof Asvi ini sangat fatal. Baik kepada kredibilitas Prof Asvi sebagai ilmuwan maupun terhadap proses pengusulan Jusuf Hasjim sebagai pahlawan nasional. Bahkan sangat mempengaruhi persepsi publik dan bisa menyesatkan.

Bertaruh Nyawa

 Nama lengkap Jusuf Hasjim adalah KH Muhammad Yusuf Hasyim. Kiai yang akrab disapa Pak Ud ini adalah putra bungsu pendiri organisasi Nahdlatul Ulama (NU) KH M Hasyim Asy’ari dengan Nyai Nafiqoh. Dia lahir tanggal 3 Agustus 1929 di Tebuireng. Selama berkarir, pernah menjadi anggota DPR-GR, DPR-RI bahkan anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA). Pada tahun 1998, sempat mendirikan Partai Kebangkitan Ulama (PKU). Setelah sekian lama berjuang melalui Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Pak Ud merupakan sosok dengan kiprah panjang di dunia perpolitikan Indonesia. Pengabdian panjang sebagai bagian militer sebelum proklamasi sampai menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng menjadi saksi. Terutama konsistensi menjaga ideologi NKRI dari rongrongan kaum komunis. Bahkan itu dilakukan hingga wafatnya tanggal 14 Januari 2007.

Saat masih muda, Pak Ud pertama kali menimba ilmu langsung dari ayah kandungnya di Pesantren Tebuireng. Saat berusia 12 tahun, dirinya hijrah belajar ke Pesantren al-Qur’an Sedayu Gresik. Lalu dilanjutkan ke Pesantren Krapyak Yogyakarta dan Pesantren Modern Gontor Ponorogo.

Ketika baru berusia 16 tahun, Pak Ud bergabung dengan Laskar Hizbullah, organisasi semi-militer yang dibentuk pada tahun 1944 oleh Jepang. Laskar ini dibentuk untuk mendidik para santri dalam kemiliteran dan mempertahankan agama Islam di Indonesia.

Pada pertempuran Arek-arek Suroboyo tanggal 10 November 1945 yang sangat heroik itu, Pak Ud menjadi komandan kompi Laskar Hizbullah. Pasukannya ditempatkan di sisi barat Kota Surabaya daerah Gunungsari, yang sekarang menjadi markas Kodam V Brawijaya.

Dengan status sebagai putra Rais Akbar NU KH M Hasyim Asy’ari, posisi Pak Ud tentu sangat menguntungkan dalam memobilisasi massa NU untuk menggempur Belanda di Surabaya. Terlebih sebelum meletus pertempuran Arek-arek Suroboyo, tepatnya 22 Oktober 1945, secara organisasi NU sudah mengeluarkan Resolusi Jihad.

Pada pertempuran Nglaban, Pak Ud menjadi komandan Kompi VI Batalyon 39/Condromowo yang bermarkas di dusun tenggara Pabrik Gula Tjoekir Jombang itu. Dalam buku Perang Jombang (2020), disebutkan bahwa kompi ini digempur langsung oleh pasukan Charles Olke van der Plass, gubernur militer Belanda di Jawa Timur. Itu dilakukan setelah tanggal 29 Desember 1948, Belanda berhasil menguasai kota Jombang dan ingin menaklukkan Pesantren Tebuireng.

Dokumen Sejarah Perjuangan Hizbullah di Jawa Timur (1986) menyebutkan pasukan van der Plass bisa mengalahkan kompi pimpinan Pak Ud. Ini karena jumlah personel dan persenjataan yang dimiliki tidak seimbang. Pak Ud sendiri dadanya berlumuran darah karena baju tentaranya terserempet peluru pasukan Belanda. Dia sempat tidak sadarkan diri dan ditolong di rumah Syuaib, warga setempat.

Peran aktif Pak Ud di dunia militer berlanjut saat terjadi agresi militer satu dan dua. Tidak heran jika pada tahun 1949, dirinya diberi pangkat efektif letnan satu (Lettu). Pangkat itu yang disandang hingga akhir hayat karena Pak Ud tidak meneruskan karir di dunia militer.

Di bidang organisasi sosial, Pak Ud tercatat pernah menjadi Sekretaris Jenderal PBNU periode 1967-1971. Di pimpinan pusat GP Ansor, Pak Ud pernah menjadi salah satu ketua di periode 1958-1967. Pada Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI), Pak Ud pernah menjadi Wakil Sekretaris Jenderal periode 1958-1965. Termasuk menjadi ketua umum Ikatan Bekas Pejuang Islam Jawa Timur periode1957-1958.

 Pengabdian Panjang

 Pak Ud menikah satu kali seumur hidupnya dengan Nyai Siti Bariyah dari Madiun. Dari pernikahan ini, dianugerahi lima orang anak. Kelimanya adalah Mutia Farida, KH M Riza Yusuf, Nurul Hayati, Mochamad Irfan Yusuf dan Nurul Aini. Anak keempat Pak Ud (Mochamad Irfan Yusuf) sekarang menjabat sebagai Menteri Haji dan Umrah Republik Indonesia.

Kontribusi besar memang sudah ditunjukkan Pak Ud bagi kemajuan dunia pendidikan Indonesia. Terutama dari perspektif pesantren. Terlebih pesantren hingga saat itu masih “diidentikkan” dengan kaum tradisionalis yang sulit menerima kemajuan.

Stigma itu hendak dipatahkan Pak Ud. Caranya dengan membuka pesantren terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Gagasan itu diwujudkan Pak Ud dengan mendirikan sekolah di lingkungan Pesantren Tebuireng. Lembaga itu untuk jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan sekolah menengah atas (SMA).

Langkah Pak Ud ini, dalam buku Biografi KH Yusuf Hasyim (2025), disebutkan menuai banyak kritik dari berbagai pihak. Bahkan dari sesama pengasuh pesantren sendiri. Kebijakan ini dituduh kontraproduktif dalam peran pesantren untuk menghasilkan ulama. Tapi Pak Ud, menurut Mas’ud Adnan (2025), tetap tidak bergeming. Meneruskan ide yang beberapa dekade kemudian baru disadari manfaatnya.

Pak Ud di tahun 1965 kemudian juga mendirikan perguruan tinggi di Tebuireng bernama Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy). Ide itu juga cukup aneh pada zamannya. Pendirian kampus di pesantren dikhawatirkan oleh banyak pihak akan “berbenturan” dengan tradisi ilmiah pesantren.

Di penghujung pengabdian menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng, Pak Ud merintis pendirian ma’had aly. Diharapkan ma’had aly itu mampu memproduksi para ahli hadits dari Pesantren Tebuireng. Sebagaimana era pengasuh KH M Hasyim Asy’ari yang Tebuireng terkenal dengan pusat studi hadits di Nusantara.

Berbagai pembaharuan Pak Ud dengan mendirikan sekolah di lingkungan pesantren, termasuk kemudian universitas dan ma’had aly, merupakan titik masuk dari teori Karel A. Steenbrink (1991). Sebuah pesantren, menurut Steenbrink, mendirikan madrasah sebagai upaya merealisasikan keinginan para orang tua santri yang menginginkan anaknya diajari ilmu umum. Tidak hanya ilmu agama saja sebagaimana di pesantren.

Tidak heran jika sekarang sudah banyak pesantren yang memiliki sekolah, perguruan tinggi dan ma’had aly. Di samping madrasah tentunya. Meski saat itu langkah Pak Ud masih dianggap langka saat mendirikan lembaga-lembaga pendidikan itu.

Pembaharuan Pak Ud menyadarkan bahwa adigum pesantren masih dipegang erat. Bahwa pesantren tetap memegang teguh tradisi lama yang baik, dalam bentuk institusi madrasah. Tapi pesantren akan terus mengikuti perkembangan tradisi ilmiah dunia pendidikan yang (diharapkan) menjadi lebih baik, berbentuk sekolah dan universitas.

Mukani
Mukani

Dosen STAI Darussalam Krempyang Nganjuk

Tags: JombangKH Yusuf HasyimPahlawan NasionalTebuireng
Previous Post

Goa Akademik Itu Bernama “State of the Art”

Next Post

Sedekah Bumi, Petani Mlorah Bersyukur dan Harap Berkah di Musim Tandur

Related Posts

Sugeng Tindak KH Muhammad Thoifur Mawardi, Senyumnya Menyejukkan Ucapannya Menenangkan

Sugeng Tindak KH Muhammad Thoifur Mawardi, Senyumnya Menyejukkan Ucapannya Menenangkan

by Redaksi
August 19, 2025
0

Suluk.id, Tanah Purworejo berduka, langit-langit pesantren bersedih, dan hati ribuan santri ikut menangis ketika kabar wafatnya Syaikhina Abuya KH Muhammad...

Keteladanan Etika Dakwah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy Dalam Perspektif Qaulan dalam Al-Qur’an

Keteladanan Etika Dakwah KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqy Dalam Perspektif Qaulan dalam Al-Qur’an

by Abdur Rohman Assidiis
July 1, 2025
0

Kian hari kini, semakin banyak bermunculan pendakwah-pendakwah baru. Dengan berbagai metode dakwah yang mereka gunakan, tentu telah memberikan kesan warna...

Prabowo Subianto Dan Gagasan Kepemimpinan Islam : Dari Salahudin Al Ayubi Hingga Muhammad Al Fatih

Prabowo Subianto Dan Gagasan Kepemimpinan Islam : Dari Salahudin Al Ayubi Hingga Muhammad Al Fatih

by Redaksi
May 26, 2025
0

Oleh : Mujahidin Nur, Direktur Peace Literacy Institute Indonesia & Ketua Departemen Hubungan Luar Negeri dan Antar Lembaga BKM (Badan...

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

Jejak Laskar Pangeran Diponegoro di Desa Mlorah Rejoso Nganjuk, Mbah Canthing dan Perang Jawa

by Mukani
April 21, 2025
0

Tumenggung Sri Moyo Kusumo adalah salah satu pejabat di Kerajaan Mataram Islam. Tugas utamanya adalah menikahkan masyarakat. Dia diperkirakan lahir...

Next Post
Sedekah Bumi, Petani Mlorah Bersyukur dan Harap Berkah di Musim Tandur

Sedekah Bumi, Petani Mlorah Bersyukur dan Harap Berkah di Musim Tandur

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Lailatul Ijtima: Semangat Kebersamaan, Keilmuan dan Pengabdian Sosial Terus Tumbuh

Lailatul Ijtima: Semangat Kebersamaan, Keilmuan dan Pengabdian Sosial Terus Tumbuh

November 1, 2025
Mengajar ltu Rutinitas, Menulis Tunjukkan Kualitas

Mengajar ltu Rutinitas, Menulis Tunjukkan Kualitas

October 31, 2025
Sedekah Bumi, Petani Mlorah Bersyukur dan Harap Berkah di Musim Tandur

Sedekah Bumi, Petani Mlorah Bersyukur dan Harap Berkah di Musim Tandur

October 31, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025