Suluk.ID
Thursday, September 4, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL

by elhimmah
July 18, 2025
in Ngilmu, Uncategorized
AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL
Share on Facebook

Kehidupan masyarakat yang majemuk, perjumpaan budaya dan agama menjadi realitas yang tidak bisa dihindari. Sebut saja di Indonesia. Sebuah negeri dengan ragam etnis, bahasa, dan kepercayaan, telah lama menjadi laboratorium sosial yang memicu terjadinya akulturasi budaya. Alih-alih memicu konflik, akulturasi ini justru menjadi potensi ciptakan tatanan hidup yang moderat, saling menghargai, dan damai.

Salah satu bentuk akulturasi yang menarik di sini adalah tradisi ziarah. Dalam Islam, ziarah kubur menjadi salah satu praktik spiritual yang bertujuan mengingat kematian, mendoakan leluhur, serta memperkuat nilai keimanan. Sementara dalam tradisi Katolik, umat juga mengenal praktik ziarah, seperti yang dilakukan di Goa Maria Watu Blencong (Borosuci, Banjarasri , Kulon Progo) yang merupakan tempat perenungan dan doa serta kerap dikunjungi dengan maksud mencari ketenangan batin dan memperkuat relasi spiritual dengan Tuhan. Dua tradisi ini menunjukkan bahwa dalam laku keagamaan, terdapat kesamaan titik benang merah yaitu terdapat nilai nilai yang menyatukan penghormatan terhadap yang transenden dan juga pencarian makna kehidupan.

Ketika umat Islam dan Katolik sama-sama menjalankan tradisi ziarah, bukan hanya bentuk spiritualitas yang ditegaskan, melainkan juga terbentuk ruang dialog budaya yang memungkinkan tumbuhnya empati dan toleransi. Misalnya, warga yang tinggal berdampingan di sekitar Goa Maria Watu Blencong, mereka akan saling menjaga suasana damai meski berbeda keyakinan. Selain itu dalam banyak kasus pun, sering kali dijumpai masyarakat Muslim terlibat langsung dalam menjaga ketertiban disaat berlangsungnya perayaan keagamaan Katolik. Inilah contoh nyata bagaimana akulturasi budaya menciptakan ruang moderasi, bukan sekadar dalam tataran simbolik, tetapi dalam tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari.

Di era polarisasi dan kecenderungan eksklusivisme, praktik-praktik akulturatif semacam ini perlu terus dirawat dan dikuatkan. Pendidikan multikultural, ruang-ruang dialog lintas agama, serta pengakuan terhadap kearifan lokal yang menyatukan semuanya menjadi fondasi penting bagi tumbuhnya moderasi yang sejati. Moderasi bukan berarti mencairkan identitas agama atau budaya yang dianut, melainkan kemampuan untuk bersikap adil, seimbang, dan inklusif.

Dengan demikian, akulturasi budaya bukan sekadar proses historis belaka, melainkan strategi sosial yang hidup dan relevan dalam membentuk masyarakat yang toleran dan damai. Sebagaimana adanya tradisi ziarah lintas iman menunjukkan bahwa keberagaman bukan untuk dipertentangkan, tetapi untuk dirayakan dalam kebersamaan. Maka, moderasi tumbuh bukan dari wacana semata, tetapi dari praktik hidup sehari-hari yang bersandar pada nilai-nilai kemanusiaan universal.

 

Saidatun Nisa’

UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung

 

 

elhimmah
elhimmah
Previous Post

18 Bidang Tanah Ikrar Wakaf Bersama Kepada MWCNU Diwek

Next Post

Lapak Baca KKN Nusantara: Menanamkan Cinta Literasi sejak Dini di Dusun Kanoman 2

Related Posts

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

by Muchamad Rudi C
September 3, 2025
0

Kepedulian masyarakat kepada negara hingga sampai golongan akar rumput. Terbukti dengan salah satunya obrolan tentang wacana demonstrasi bulan Agustus 2025...

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

by Abdur Rohman Assidiis
August 19, 2025
0

Suluk.id, Akhir-akhir ini, dunia jagat maya sedang digencarkan oleh wacana perbincangan filsafat. Hal ini dipicu oleh salah satu sosok yang...

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

by Nur Aziz Muslim
August 9, 2025
0

Kemerdekaan bukan sekadar hanya bebas dari penjajahan secara fisik, akan tetapi harus dimaknai sebagai suatu keadaan yang disitu bebas dari...

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

by Mukani
July 29, 2025
0

Tradisi literasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan karena masih jauh dibanding negara-negara lainnya. United Nations Education, Scientific and Cultural Organization...

Next Post
Lapak Baca KKN Nusantara: Menanamkan Cinta Literasi sejak Dini di Dusun Kanoman 2

Lapak Baca KKN Nusantara: Menanamkan Cinta Literasi sejak Dini di Dusun Kanoman 2

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Di Kampung Moderasi Beragama Peringati Maulid Nabi, Mbah Bolong Sampaikan Pesan Kebangsaan

Di Kampung Moderasi Beragama Peringati Maulid Nabi, Mbah Bolong Sampaikan Pesan Kebangsaan

September 3, 2025
Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

September 3, 2025
Rektor UIN SATU Ungkap Belasungkawa atas Wafatnya Affan, Ajak Semua Pihak Menjaga Kondusifitas

Rektor UIN SATU Ungkap Belasungkawa atas Wafatnya Affan, Ajak Semua Pihak Menjaga Kondusifitas

August 31, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025