Sebagian orang ada yang tidak percaya adanya berkah. Berkah ilmu, berkah rezeki, berkah umur dan berkah-berkah lainnya. Saya yakin, jika kita pernah nyantri di pesantren, kita akan percaya adanya berkah, bahkan berkah inilah yang ditunggu-tunggu kedatangannya oleh para santri. Santri yang sering dita’zir (dihukum) dan agak bebal, biasanya sangat besar harapannya mendapat berkah. Karena ia merasa tidak PD pada apa yang didapatnya di pesantren.
Sebenarnya apa makna “berkah” itu sendiri? Secara bahasa, berkah berasal dari bahasa Arab yang berarti kebaikan atau keuntungan. Dalam KBBI, berkah diartikan sebagai karunia Tuhan yg mendatangkan kebaikan bagi kehidupan manusia. Jadi, berkah itu sesuatu, baik benda atau keadaan, yang bisa mendatangkan kebaikan.
Dalam kamus Arab al-Muhith atau Lisan al-Arab, berkah juga diartikan al-nama’ wa al-ziyadah (bertambah banyak). Hal ini misalnya dipakai dalam istilah perdagangan. Jika ada orang mengatakan dagangannya berkah, artinya dagangannya bertambah banyak dan pastinya menjadikan untungnya bertambah.
Berkah ini bisa dijumpai dalam kisah Abu Tholhah dan istrinya yang melihat Nabi Muhammad lemas dan mereka mengundang Nabi untuk makan di rumah mereka. Ternyata Nabi mengajak serta 70-80 sahabat untuk makan bersama. Menurut ukuran normal, makanan itu hanya cukup untuk segelintir orang saja, akan tetapi setelah didoakan oleh Nabi, ternyata makanan itu cukup untuk semua orang yang ada di situ. Dan mereka kenyang semua. Inilah yang dinamakan makanan yang penuh berkah. Tambah banyak dan pasti menjadikan kebaikan bagi banyak orang.
Saya pernah mendengar, ada salah seorang anggota keluarga yang latar belakang pendidikannya tidak pernah masuk pesantren, ia bilang ke salah seorang lainnya yang sedang belajar di pesantren; tamat dari madrasah dan pesantren, besok bisa kerja apa? Pertanyaan ini tujuannya untuk menyindir. Ternyata setelah alumni pesantren ini pulang ke rumah dan bekerja. Ia menjadi yang paling kaya melebihi keluarga lain yang tidak pernah masuk pesantren. Saya tidak mengatakan kalau alumni pesantren harus kaya. Akan tetapi ini merupakan salah satu contoh keberkahan yang didapat dari pesantren.
Coba perhatikan kisah Ibrahim bin Adham berikut. Ia pernah berdebat dengan seseorang yang tidak percaya adanya berkah. Ibrahim bertanya kepada orang itu; “manakah yang lebih banyak melahirkan anak, antara anjing dan kambing?”. Orang itu menjawab, anjing. Anjing bahkan bisa melahirkan 6 atau 7 anak sekaligus. Sedangkan kambing hanya bisa melahirkan 2 atau 3 anak saja.
Ibrahim bin Adham melanjutkan kalau ternyata populasi kambing di kampung lebih banyak daripada anjing. Bahkan tiap hari kambing disembelih untuk jamuan makan bagi banyak orang. Selain untuk kurban Idul Adha dan aqiqah, sangat banyak orang yang menyukai daging kambing. Terutama kalau disate. Hehe. Akan tetapi anehnya, populasi kambing seakan tidak ada punahnya atau berkurang dan bahkan melebihi populasi anjing. Inilah permisalan adanya berkah yang ada pada kambing menurut Ibrahim bin Adham.
Itulah sekelumit catatan tentang adanya berkah dalam kehidupan ini. Kita bisa menelusuri dan mencari berkah-berkah lainnya dalam kehidupan kita. Cuma terkadang kita masih banyak yang tidak menyadari atau bahkan tidak mempercayai adanya berkah yang diberikan oleh Allah tersebut. Kalau saya sendiri, sangat percaya akan adanya berkah dan senantiasa mengharap adanya berkah-berkah lain dalam kehidupan yang saya jalani. Bagaimana dengan Anda? Masih tidak percaya adanya berkah?
Penulis: Terompah Kiai, Pendidik dan Anggota LTN PC. NU Kab. Tuban