Suluk.ID
Thursday, September 11, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

by Anisa Nayla Ichyaiddina
September 10, 2025
in Pitutur
Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan
Share on Facebook

Tidak melulu hati. Kadang orang kalau sudah suka, sampai menutup semua fakta. Meskipun banyak yang mendefinisikan itulah cinta. Tapi menurut saya itu… bisa dikatakan kurang tepat. Denial atau menolak tentang semua keburukan orang yang kita suka itu pada akhirnya akan menimbulkan penyesalan. Ketika mereka melakukan sesuatu yang menyakitkan, bukan berarti dia yang menjadi orang jahat. Akan tetapi karena dia manusia bukan Nabi boyy… yang mana pasti ada kurangnya.

So, sadari semua itu. Adakalanya kita mesti pakai hati dan adakalanya menggunakan logika. Kalau diri kita sudah sepakat menerima baik buruknya, maka jangan menolak apa yang menyertainya. ” Ridho bi Syai’in, Ridho bima yatawaladhu minhu – Jika rela menerima sesuatu, maka relalah menerima apa yang menyertainya” begitu mungkin.

Sadari baik buruknya, Sehingga menerimanya berarti menerima sepaket dengan konsekuensi pengambilan keputusan. Begitupun kita sendiri jangan merasa benarr terus. Kita selalu membutuhkan introspeksi, merenung, belajar dari kesalahan. Pasti kita pun akan ada masa salahnya dan ada waktu untuk memperbaiki.

Pada akhirnya, hubungan apa pun menjadi perjalanan untuk saling belajar dan bertumbuh. Kalau kita menutup mata dari kenyataan, bukan hanya kita yang akan kecewa, tapi juga pasangan kita karena merasa tidak diterima seutuhnya. Cinta yang sehat justru lahir ketika kita berani melihat kekurangan dengan jernih, tanpa menutup-nutupi, lalu bersama mencari jalan untuk memperbaikinya.

Kadang memang butuh keberanian untuk berkata, “Aku mencintaimu, tapi aku juga sadar kamu tidak sempurna. Begitu juga aku.” Dengan kesadaran itu, hubungan menjadi lebih realistis, tidak melambung terlalu tinggi oleh ekspektasi. Dan tidak jatuh terlalu keras saat kenyataan datang menghempaskan.

Cinta bukan sekadar euforia sesaat atau romantisme yang manis di awal. Melainkan komitmen jangka panjang untuk terus berusaha memahami, memaafkan, dan memperbaiki. Jika hanya mau menerima manisnya, maka kita tidak akan pernah siap menghadapi pahitnya. Tapi kalau sejak awal sudah siap dengan keduanya, maka cinta bisa tumbuh lebih matang.

Jadi, jangan biarkan hati membutakan, dan jangan biarkan logika mendinginkan. Seimbangkan keduanya. Hati memberi alasan untuk bertahan, logika memberi arah untuk melangkah. Pada titik itulah, cinta tidak lagi sekadar perasaan, tapi juga kewarasan mengambil keputusan menuju apa yang dikatakan “dewasa dalam hubungan”.(nay)

Penyunting : M Rudi Cahyono

Anisa Nayla Ichyaiddina
Anisa Nayla Ichyaiddina
Previous Post

SMAN Mojoagung Gelar Peringatan Maulid Nabi, Tekankan Keteladanan Dalam Keseharian

Next Post

Penguatan HAM Mahasiswa UPJB Lewat Tradisi Literasi

Related Posts

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

by Muchamad Rudi C
September 10, 2025
0

Aja-aja ada memang pertanyaannya. Memang terlihat sepele, tapi menjadi bahan diskusi menarik bahkan sampai serius. Pertanyaan itu muncul ketika saya...

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

by Muchamad Rudi C
September 3, 2025
0

Kepedulian masyarakat kepada negara hingga sampai golongan akar rumput. Terbukti dengan salah satunya obrolan tentang wacana demonstrasi bulan Agustus 2025...

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

by Syahrul
August 20, 2025
0

Suluk.id - Lampu merah menyala. Deru kendaraan memenuhi udara, bercampur dengan suara klakson yang bersahut sahutan. Asap knalpot menebal, menusuk...

KKN, Persahabatan, dan Keluarga

KKN, Persahabatan, dan Keluarga

by Ahmad Misbakhul Amin
August 9, 2025
0

Kulon Progo, 09 Agustus 2025_ KKN selayaknya dilakukan dengan riang gembira. Riang gembira itu bisa datang dari dalam diri secara...

Next Post
Penguatan HAM Mahasiswa UPJB Lewat Tradisi Literasi

Penguatan HAM Mahasiswa UPJB Lewat Tradisi Literasi

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Penguatan HAM Mahasiswa UPJB Lewat Tradisi Literasi

Penguatan HAM Mahasiswa UPJB Lewat Tradisi Literasi

September 11, 2025
Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

September 10, 2025
SMAN Mojoagung Gelar Peringatan Maulid Nabi, Tekankan Keteladanan Dalam Keseharian

SMAN Mojoagung Gelar Peringatan Maulid Nabi, Tekankan Keteladanan Dalam Keseharian

September 10, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025