Suluk.ID
Sunday, September 14, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Dakwah Inkulturasi ala Gus Zaim

by Nurul Fahmi
February 26, 2020
in Ngilmu
Dakwah Inkulturasi ala Gus Zaim
Share on Facebook

Dakwah artinya menyeru atau mengajak. Dakwah (Islam) berarti mengajak kepada seseorang untuk mengikuti ajaran Islam. Agar seseorang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ada berbagai macam cara dan model dakwah yang sudah berjalan dalam sejarah penyebaran Islam sejak zaman Nabi hingga zaman now.

Di Indonesia yang masyarakatnya terdiri dari berbagai macam etnis, suku dan budaya ini, dakwah seharusnya disesuaikan dengan keadaan kultur yang ada pada masyarakat tertentu yang ada di Indonesia. Antar satu daerah dengan daerah lain mestinya berbeda, jika kulturnya berbeda. Karena kultur masyarakat Jawa beda dengan Sunda. Sunda berbeda dengan Batak. Batak berbeda dengan Bugis. Dan seterusnya.

Dalam hal ini, salah satu dakwah inkulturasi yang bisa kita jadikan contoh yaitu dakwah yang dilakukan oleh KH. Zaim Ahmad Ma’shum di Lasem Rembang. Beliau berhasil mengkompromikan ajaran Islam dengan kultur etnis Tionghoa yang notabene non muslim. Dikatakan olehnya, bahwa pada mulanya di kampungnya hanya terdapat segelintir orang Jawa muslim. Hanya sekitar empat orang. Lainnya yaitu etnis Tionghoa non muslim. Bahkan kakek buyut Gus Zaim (panggilan populer KH. Zaim Ahmad Ma’shum) yang bernama Mbah Zaid menikah dengan perempuan keturunan Tionghoa.

Maka dalam kondisi lingkungan seperti itu, yang diperlukan adalah saling menghormati dan menjaga keharmonisan hubungan dalam masyarakat. Hal itu terutama harus dilakukan oleh minoritas yang ada di sana, yaitu orang Islam. Bahkan Gus Zaim hingga memasukkan budaya Tionghoa ke dalam pesantren. Misalnya, ia membuat salah satu bangunan yang ada di pesantren yang arsitekturnya mirip dengan bangunan kelenteng, sekaligus dengan warna khasnya, merah dan kuning.

Tidak cuma itu, kegiatan muamalah juga dilakukan oleh Gus Zaim dengan cara-cara yang dinamis dan elegan. Ia melakukan kegiatan takziyah (sudah tahu tasrifnya kan?) kepada non muslim. Doa takziyah ini dilakukan dengan cara yang sangat dinamis. Contohnya, ia mendoakan kepada orang yang mati dengan mengatakan; “semoga ia ditempatkan di tempat yang layak di sisi-Nya”. (Kalau layak di surga biar masuk surga, sebaliknya kalau layak di neraka berarti ya masuk neraka. Hehe.)

Suatu ketika ada anak orang Tionghoa meninggal dunia, anak itu berusia sekitar 11 tahun. Padahal anak itu sangat cerdas dan diharapkan bisa mengharumkan nama keluarganya. Orang tuanya merasa sangat kehilangan dan sangat terpukul. Gus Zaim pun melayat ke rumah duka. Ia datang dan menyatakan kalau anak yang meninggal itu akan masuk surga. Ia membatin, kalau dalam Islam, anak yang belum baligh berarti belum terkena kewajiban syariat, alias belum berdosa dan nanti akan masuk surga.

Saking senangnya mendapat kunjungan takziyah dari Gus Zaim, selang beberapa hari setelah itu, orang tua si mayit itu datang ke rumah Gus Zaim untuk menyampaikan terima kasih atas kedatangannya tempo hari. Orang China itu tidak datang dengan tangan kosong, tapi dengan membawa beberapa kursi mebel untuk diberikan kepada Gus Zaim. Alhamdulillah, lumayan. Begitu pikir Gus Zaim. Hehe.

Itu semua dilakukan Gus Zaim untuk menjaga hubungan baik antara dirinya yang muslim dengan tetangga dan masyarakat yang non muslim. HubunganHubungan saling menghormati yang sudah terjalin dengan baik itu jangan sampai tercederai hanya gara-gara ia tidak mengunjungi tetangga yang sedang berduka, misalnya.

Dengan melakukan inkulturasi kebudayaan antara Islam dan Tionghoa, masyarakat Tionghoa daerah setempat sangat simpati dengan ajaran Islam yang dijalankan oleh Gus Zaim. Hingga akhirnya, sebagian dari mereka datang kepada Gus Zaim dan menyatakan akan mengikuti langkah Gus Zaim dengan masuk agama Islam. Mereka datang kepada Islam sama sekali tanpa paksaan dan kekerasan. Jumlah mereka yang muallaf hingga kini totalnya berjumlah 26 orang dan masih mungkin bertambah lagi.

Begitulah dahsyatnya dakwah inkulturasi yang dipraktikkan oleh sosok Gus Zaim, cucu KH. Ma’shoem Lasem itu. Tanpa banyak kata untuk memaksa dan menyuruh mereka agar mengikuti ajaran Islam, tapi mereka bisa takluk oleh Gus Zaim. Kata pepatah Arab, لسان الحال أفصح من لسان المقال. Perbuatan lebih mengena daripada ucapan.
Wallahu a’lam.

Nurul Fahmi

Penulis: Terompah Kiai, Pendidik dan Anggota LTN PC. NU Kab. Tuban

Previous Post

Gus Dur: Manifesto Tenggang Rasa dan Jebakan Klise Fanatisme Atribut

Next Post

Kesederhanaan Gus Baha Ditengah Kapitalisasi Pengaruh dan Wibawa yang Oportunis

Related Posts

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

by Muchamad Rudi C
September 10, 2025
0

Aja-aja ada memang pertanyaannya. Memang terlihat sepele, tapi menjadi bahan diskusi menarik bahkan sampai serius. Pertanyaan itu muncul ketika saya...

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

by Muchamad Rudi C
September 3, 2025
0

Kepedulian masyarakat kepada negara hingga sampai golongan akar rumput. Terbukti dengan salah satunya obrolan tentang wacana demonstrasi bulan Agustus 2025...

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

by Abdur Rohman Assidiis
August 19, 2025
0

Suluk.id, Akhir-akhir ini, dunia jagat maya sedang digencarkan oleh wacana perbincangan filsafat. Hal ini dipicu oleh salah satu sosok yang...

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

by Nur Aziz Muslim
August 9, 2025
0

Kemerdekaan bukan sekadar hanya bebas dari penjajahan secara fisik, akan tetapi harus dimaknai sebagai suatu keadaan yang disitu bebas dari...

Next Post
Ngaji Gus Baha, Mengenal Kekuasaan Allah dari Kecilnya Seekor Nyamuk

Kesederhanaan Gus Baha Ditengah Kapitalisasi Pengaruh dan Wibawa yang Oportunis

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Peringatan Maulid Nabi di PP Al Bidayah Tulungagung, Prof. Abad Badruzzaman: Empat Alasan Bershalawat Kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi di PP Al Bidayah Tulungagung, Prof. Abad Badruzzaman: Empat Alasan Bershalawat Kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW

September 13, 2025
Mengusung Tema “Meneladani Rasulullah Sebagai Rahmat Bagi Alam Semesta”, PP. Al Bidayah Tulungagung Peringati Maulid Nabi

Mengusung Tema “Meneladani Rasulullah Sebagai Rahmat Bagi Alam Semesta”, PP. Al Bidayah Tulungagung Peringati Maulid Nabi

September 13, 2025
Penguatan HAM Mahasiswa UPJB Lewat Tradisi Literasi

Penguatan HAM Mahasiswa UPJB Lewat Tradisi Literasi

September 11, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025