Suluk.ID
Saturday, November 1, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Goa Akademik Itu Bernama “State of the Art”

by Ahmad Misbakhul Amin
October 29, 2025
in Ngilmu
Goa Akademik Itu Bernama “State of the Art”
Share on Facebook

Cerita tentang tulis menulis memang tidak ada habisnya. Begitu pula dengan pembelajaran dan penulisannya. Euforia ini saya rasakan pula ketika mengisi kegiatan academic wraiting di Ma’had Al Jamiah UIN Syekh Wasil Kediri. Bersama dengan 25 santri, malam itu pembelajaran dan pengenalan budaya menulis mulai saya kenalkan.

Kamis, 09 Oktober 2025, kali pertama perjumpaan saya dengan santri Ma’had di aula lantai satu Gedung UIN Syekh Wasil Kediri. Waktu yang diberikan kepada saya untuk mengajar dan berbicara di depan hanya satu jam, terhitung sejak 20.00 – 21.00 WIB. Namun kelihatannya Allah berkehendak lain, saya mulai masuk di aula pada 20.20 WIB karena tampaknya kegiatan Ma’had sedikit molor. Walhasil diskusi akademis malam itu juga molor hingga 21.30 WIB.

Selalu yang menjadi kalimat pembuka kala saya mengisi beberapa forum akademis adalah, “tolong jangan gantungkan harapan besar kepadaku, jangan pula punya ekspektasi tinggi hanya karena aku berada di depan kalian, jujur aku belum pasti dapat menjawab pertanyaanmu”, sederhana tapi menurutku harus saya utarakan.

Saya jelas tidak akan mampu menjawab semuanya, karena informasi yang saya dapatkan peserta yang mengikuti kelas ini berasal dari pelbagai program studi dan disiplin ilmu masing-masing. Kalaupun berhasil menjawab, tetap ada potensi kekurangan di beberapa tempat, terkecuali kalau hanya seputar teknis penulisan. Kelihatannya memang tidak profesional, namun ini caraku untuk menerapkan dan mengenalkan arti “State of the Art” bagi para pemula.

Bukannya kelihatan malas, santri justru terlihat antusias mendengar first statmen saya. Saya katakan lagi bahwa diksi “State of the Art” ini sangat penting dimiliki oleh para calon ilmuan, dalam hal ini calon peneliti. Seorang akademisi yang dituntut memiliki penelitian mutakhir, saya katakan wajib memilikinya. Pengertian dan sedikit penjelasan tentang ini akan coba saya tulis sederhana di bawah ini.

Secara sederhana “State of the Art” adalah lubang kecil dalam penelitian di tengah bongkahan batu besar keilmuan. Posisinya persis mengisi kekosongan ruang penelitian, sehingga dengan kekosongan tersebut secara urgen dan mendesak perlu segera diisi. Untuk berada dan tepat di posisi itu artinya seorang calon ilmuan dituntut mengetahui perbincangan akademik dari satu riset ke riset yang lain. Tuntutan ini lahir sebab antar satu ilmuan dengan ilmuan lainnya memasuki satu dimensi yang dikenal dengan istilah “perbincangan akademik”. Perbincangan akademik ini sederhananya dapat diartikan sebagai bagian yang saling berkomunikasi antara satu penelitian dengan penelitian yang lain.

Antar penelitian sudah saling berkomunikasi, maka tugas utama calon peneliti adalah mengkomunikasikan penelitiannya dengan riset sebelumnya. Peneliti dalam hal ini bisa merespons, mengomentari, memberikan tawaran, bahkan bantahan dan kritik terhadapnya. Setelah penelitian seperti ini menjadi ideal artinya penulis memiliki posisi tertentu. Posisi inilah yang kemudian dapat ditelusuri dan digali lebih lanjut menjadi satu gua akademik di tengah bongkahan batu besar keilmuan. Dapat diartikan, setelah menemukan fokus yang saya sebut dengan istilah gua akademik ini ditemukan, maka peneliti tidak akan melihat penelitian di luar itu. Peneliti atau calon ilmuan ini akan hanya bersenang-senang, fokus, dan abai terhadap fenomena di luar konteks keilmuannya karena hanya melihat ruang gerak “State of the Art” nya.

Saya sederhanakan lebih mudah lagi. Ibarat ada sebuah dinding berbentuk balok, untuk mengisinya maka membutuhkan banyak batu bata. Satu batu bata saling bertemu batu bata lainnya sehingga apa bila terpenuhi maka dinding bisa berdiri secara sempurna. Namun kesempurnaan itu tidak kokoh bila hanya batu bata, perlu ada perekat keduanya, biasanya olahan semen dan pasir. Satu, dua, atau banyaknya batu bata yang belum terisi artinya tukang bangunan membutuhkan batu bata lain untuk mengisi kekosongan itu. Sama persis dengan analogi ini, batu bata adalah posisi/ “State of the Art” ilmuan, dan bongkahan yang belum terisi batu bata adalah bongkahan kekosongan akademik. Untuk merekatkan hasil penelitian lama dengan posisi peneliti baru,  maka dibutuhkan perbincangan akademik, dan itulah yang saya analogikan dengan semen.

Lanjut Part 02,

 

 

Ahmad Misbakhul Amin
Ahmad Misbakhul Amin
Previous Post

Santri Pesantren Seblak Berprestasi, Sumber Inspirasi dan Motivasi

Next Post

KH M Yusuf Hasyim Tebuireng: Pejuang Kemerdekaan dan Pembaharu Pesantren

Related Posts

Ketika Marah Disalahpahami: Membaca Ulang Argumen Emosi Santri

Ketika Marah Disalahpahami: Membaca Ulang Argumen Emosi Santri

by Hari Prasetia
October 28, 2025
0

Oleh: Hari Prasetia (Alumnus PP Haji Ya’qub dan PP Murottilil Qur’an Lirboyo) Beberapa waktu terakhir, ruang digital kembali ramai oleh...

Sholawat Ngelik: Akulturasi Agama dan Budaya di Mlangi yang Lestari Hingga Kini

Sholawat Ngelik: Akulturasi Agama dan Budaya di Mlangi yang Lestari Hingga Kini

by Laila Rohmatul Izzah
September 30, 2025
0

Bulan maulid merupakan salah satu bulan besar bagi umat Islam. Bulan di mana datang seseorang yang kelahirannya mampu memadamkan api...

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

by Muchamad Rudi C
October 7, 2025
0

Ada-ada saja memang pertanyaannya. Memang terlihat sepele, tapi menjadi bahan diskusi menarik bahkan sampai serius. Pertanyaan itu muncul ketika saya...

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

by Muchamad Rudi C
September 3, 2025
0

Kepedulian masyarakat kepada negara hingga sampai golongan akar rumput. Terbukti dengan salah satunya obrolan tentang wacana demonstrasi bulan Agustus 2025...

Next Post
KH M Yusuf Hasyim Tebuireng: Pejuang Kemerdekaan dan Pembaharu Pesantren

KH M Yusuf Hasyim Tebuireng: Pejuang Kemerdekaan dan Pembaharu Pesantren

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Galang Donasi Pembangunan Masjid Cara Unik, Panitia Tanam Jagung

Galang Donasi Pembangunan Masjid Cara Unik, Panitia Tanam Jagung

November 1, 2025
Lailatul Ijtima: Semangat Kebersamaan, Keilmuan dan Pengabdian Sosial Terus Tumbuh

Lailatul Ijtima: Semangat Kebersamaan, Keilmuan dan Pengabdian Sosial Terus Tumbuh

November 1, 2025
Mengajar ltu Rutinitas, Menulis Tunjukkan Kualitas

Mengajar ltu Rutinitas, Menulis Tunjukkan Kualitas

October 31, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025