Suluk.id – Masa kini berita hoax sudah banyak menyebar di seluruh media. Entah itu dari internet maupun non internet. Hal ini pasti mengkhawatirkan banyak pihak terutama pihak yang suka menelan berita secara mentah-mentah tanpa disaring dulu mana yang benar dan mana yang salah.
Berita hoax rupanya pernah ada pada zaman Nabi Muhammad SAW. Dikutip dari kitab Khulasoh Nurul Yaqin juz dua, karya Umar Abdul Jabbar, diceritakan bahwa pada saat perang Bani Musthaliq Rasulullah bersama kedua istrinya yaitu Sayyidah Aisyah dan Ummu Salamah berangkat untuk mendatangi perang Bani Musthaliq.
Singkat cerita, pada saat rombongan tentara muslim kembali dari perang, Siti Aisyah memutus rombongan untuk suatu keperluan. Kemudian saat Aisyah mau kembali ke rombongan tentara Aisyah menyadari bahwa kalungnya hilang. Akhirnya Aisyah kembali ke tempat ia mendatangi keperluan tadi untuk mencari kalung.
Setelah kalungnya ketemu Aisyah akan kembali ke rombongan tentara tetapi Aisyah ketinggalan dan tidak bisa mengikuti rombongan. Tiba-tiba Aisyah diselimuti rasa kantuk yang luar biasa sehingga menjadikan Aisyah tertidur di tengah perjalanan. Ketika Aisyah tidur ada salah seorang sahabat yang bernama Shofwan bin Muathol mengetahuinya. Akhirnya Sofwan membawa Aisyah dengan menaikkannya pada hewan tunggangannya untuk mengejar rombongan tentara.
Setelah sampai pada rombongan tentara, ada sahabat yang menuduh bahwa Aisyah dan Sofwan baru saja melakukan perselingkuhan. Tuduhan tersebut sampai terdengar oleh Rasulullah SAW. Rasulullah SAW ragu mengenai kebenaran tuduhan tersebut. Bahkan Rasulullah berada dalam keraguan yang sangat kuat. Hubungan Rasulullah SAW dan Aisyah pun menjadi renggang sebab tuduhan tersebut. Keduanya menjadi jarang bertegur sapa. Aisyah sendiri tidak berani pulang ke rumah Rasulullah karena takut, melainkan ia pulang ke rumah ayahnya yaitu Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Hari demi hari berlalu dengan kurang romantis. Akhirnya turunlah wahyu dari Allah berupa surat An Nur ayat 11 yang artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga). Janganlah kamu mengira berita itu buruk bagi kamu bahkan itu baik bagi kamu. Setiap orang dari mereka akan mendapat balasan dari dosa yang diperbuatnya. Dan barangsiapa di antara mereka yang mengambil bagian terbesar (dari dosa yang diperbuatnya), dia mendapat azab yang besar (pula).”
Inti dari ayat tersebut adalah bahwa tuduhan yang diberikan kepada Aisyah oleh beberapa sahabat tadi adalah tuduhan yang salah. Aisyah tidaklah selingkuh melainkan ia hanya menumpang pada hewan tunggangan Sofwan bin Muathol. Setelah turunnya ayat tersebut ekspresi Rasulullah SAW menjadi berubah, yang awalnya cemas sekarang menjadi gembira lagi, Aisyah pun demikian. Pada akhirnya sahabat yang menuduh Aisyah tadi dipanggil oleh Rasulullah SAW dan diberikan hukuman berupa cambuk.
Ibrah yang dapat kita ambil dari cerita di atas adalah janganlah kita semene-mena menuduh orang lain kalau kita tidak memiliki bukti yang benar. Karena hal itu dapat merugikan banyak pihak. Bahkan pihak yang tidak bersangkutan pun bisa merasa dirugikan. Apalagi yang dirugikan adalah Rasulullah SAW. Hal itu dapat menjadi masalah besar bahkan bisa juga berdampak pada seluruh umat islam pada masa itu.
Salah satu solusi agar kita dapat terhindar dari berita hoax yaitu pastikan bahwa berita tersebut mempunyai sumber dan bukti yang jelas.
Sekian Wallahu a’lam bishawab.
Penulis : Syamsa Nur Shiha (Mahasiswa Kelas Jurnalistik Prodi Bahasa dan Sastra Arab UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung)
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan