Suluk.ID
Wednesday, October 15, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Kisah Mbah Moen Pilih Barisan Belakang Saat Shalat Jumat

by Edy Purnomo
January 16, 2020
in Ngilmu
Kisah Mbah Moen Pilih Barisan Belakang Saat Shalat Jumat
Share on Facebook

Suluk.id – Almarhum KH. Maimoen Zubair, atau lebih sering dipanggil Mbah Moen, semasa hidup adalah seorang kyai kharismatik dari Sarang, Rembang, Jawa Tengah. Santri-santrinya dari Pondok Pesantren Al Anwar menyebar di seluruh wilayah Indonesia bahkan sampai mancanegara.

Sebagai seorang ulama teladan, beliau menjadi tempat konsultasi dan curhat bagi lintas kalangan. Mulai dari petani, nelayan, pedagang, santri, sesama kyai, tokoh politik, budayawan, dan masih banyak lagi.
Sikap yang selalu tawadhu dan keilmuan yang luas membuat beliau disegani banyak orang. Terutama bagi orang-orang yang masih nyantri ataupun pernah nyantri di sana. Sehebat apapun santri itu, kalau sudah diminta membaca dihadapannya pasti akan keluar keringat.

“Saya termasuk orang yang beruntung karena pernah disuruh baca kitab dihadapan Mbah Moen,” kata KH Bahauddin Nur Salim atau Gus Baha, di Ponpes asuhannya di Desa Narukan, Kecamatan Kragan, Kabupaten Rembang, Rabu (15/1/2020).

Tapi kisah yang diceritakan di sela pengajian kita tafsir Al Jalalain ini, tidak bercerita tentang bagaimana Gus Baha membaca kitab di hadapan guru yang sangat beliau hormati . Tetapi tentang seorang temannya yang sama-sama pernah mondok di sana.

Sahabat Gus Baha, Khusnan namanya, seorang kyai yang sudah terbiasa menjadi khatib dan imam Shalat Jum’at di masjid. Pada suatu Jumat, seperti biasa teman Gus Baha ini memakai pakaian terbaik termasuk jas untuk memberikan khutbah Shalat Jumat.

Saat kutbah itulah, teman Gus Baha baru tahu kalau di barisan shof terdepan ada yang sosok yang sangat dia kenal yakni Mbah Moen. Betapa kaget sang murid ini sehingga dia kutbah dengan perasaan gugup. Bahkan sampai jatuh sakit setelah sholat Jumat karena perasaan tidak enak.
Mendengar temannya sakit Gus Baha kemudian datang menjenguk. Beliau kemudian menemani Khusnan untuk sowan ke Mbah Moen. Mendengar cerita ini, sikap Mbah Moen justru di luar perkiraan.

“Kalau begitu aku di belakang saja,” kata Mbah Moen.

Semenjak saat itu, Gus Baha bercerita Mbah Moen hampir selalu datang di belakang dan tidak pernah berada di bagian shof depan ketika Shalat Jumat. Beliau tidak ingin orang atau muridnya yang menjadi khatib dan imam shalat merasa segan dengan kehadirannya.
Ternyata kyai besar lain, Mbah Sahal, juga melakukan hal yang sama. Pernah hal ini ditanyakan dan jawaban beliau sangat singkat.

“Kalau aku di depan, terus khatib e pie toh le le?”. Maksudnya kurang lebih sama. Bagaimana perasaan khatib itu ketika mengetahui orang yang sangat dihormati atau bahkan menjadi gurunya ada di depannya? Itu sama dengan perasaan diminta baca kitab di depan gurunya.

Edy Purnomo

Tinggal di Tuban, menulis di Suluk.id

Previous Post

Gus Baha, Gus Dur dan Keberpihakan terhadap Rakyat Kecil

Next Post

Ingatlah Pesan Imam Al-Ghazali Bila Temanmu di Grup WA Menjengkelkan

Related Posts

Sholawat Ngelik: Akulturasi Agama dan Budaya di Mlangi yang Lestari Hingga Kini

Sholawat Ngelik: Akulturasi Agama dan Budaya di Mlangi yang Lestari Hingga Kini

by Laila Rohmatul Izzah
September 30, 2025
0

Bulan maulid merupakan salah satu bulan besar bagi umat Islam. Bulan di mana datang seseorang yang kelahirannya mampu memadamkan api...

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

by Muchamad Rudi C
October 7, 2025
0

Ada-ada saja memang pertanyaannya. Memang terlihat sepele, tapi menjadi bahan diskusi menarik bahkan sampai serius. Pertanyaan itu muncul ketika saya...

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

by Muchamad Rudi C
September 3, 2025
0

Kepedulian masyarakat kepada negara hingga sampai golongan akar rumput. Terbukti dengan salah satunya obrolan tentang wacana demonstrasi bulan Agustus 2025...

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

by Abdur Rohman Assidiis
August 19, 2025
0

Suluk.id, Akhir-akhir ini, dunia jagat maya sedang digencarkan oleh wacana perbincangan filsafat. Hal ini dipicu oleh salah satu sosok yang...

Next Post

Ingatlah Pesan Imam Al-Ghazali Bila Temanmu di Grup WA Menjengkelkan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Pengajian Rutinan Selasa Wage: Jamaah Diingatkan Bahaya Su’ul Khotimah dan Pentingnya Menjaga Shalat

Pengajian Rutinan Selasa Wage: Jamaah Diingatkan Bahaya Su’ul Khotimah dan Pentingnya Menjaga Shalat

October 14, 2025
Bupati Nganjuk Hadiri Lomba Baca Puisi SD: “Semangat Tak Bisa Dibeli!”

Bupati Nganjuk Hadiri Lomba Baca Puisi SD: “Semangat Tak Bisa Dibeli!”

October 12, 2025
Gelar Workshop Santri Melek Digital, Cetak Konten Kreator

Gelar Workshop Santri Melek Digital, Cetak Konten Kreator

October 11, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025