Suluk.ID
Thursday, May 15, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Memaknai Status Jomblo Berdasarkan Keterangan Gus Baha

by Muhammad Makhdum
September 5, 2019
in Pitutur
Memaknai Status Jomblo Berdasarkan Keterangan Gus Baha
Share on Facebook

Ungkapan bahwa jodoh itu ada di tangan Tuhan memang berlaku sepanjang masa. Sejak jaman Nabi Adam, Adam Malik, hingga Adam Jordan, urusan jodoh merupakan misteri ilahi. Perihal cinta dan perjodohan, setiap orang punya beragam cerita dengan segala tetek-bengeknya.

Ada yang berhasil mendapatkan jodohnya, ada pula yang belum mendapatkan pasangannya. Mereka yang disebut terakhir ini kerap disebut dengan istilah jomblo.

Saya tidak tahu sejak kapan istilah jomblo ini muncul. Yang jelas, jomblo merujuk pada mereka yang sudah matang secara usia, sudah waktunya menikah, tetapi belum mendapatkan pendamping hidup. Penyebabnya beragam, mulai dari hal-hal yang bersifat alamiah, ilmiah, hingga ilahiah.

Sayangnya, banyak yang tidak mau tahu mengapa orang menjomblo, sehingga mereka yang masih jomblo kerap menjadi sasaran tembak untuk diledek, dijadikan bahan guyonan, hingga dibully. Saya dulu juga sering meledek teman-teman yang masih jomblo, tetapi alhamdulillah sekarang kebiasaan itu sudah tidak lagi saya hentikan, loh?

Dalam Islam, status jomblo mendapatkan perhatian khusus, termasuk mengapa kemudian muncul perintah menikah. Kanjeng Nabi sendiri juga sangat perhatian terhadap para jomblo. Hadits berikut ini dapat dijadikan sebagai gambaran.

عَنْ عَبْدِ اَللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ رضي الله عنه قَالَ لَنَا رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( يَا مَعْشَرَ اَلشَّبَابِ ! مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ اَلْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ , فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ , وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ , وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ ; فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ ) مُتَّفَقٌ عَلَيْهِ

Dari Abdullah Ibnu Mas’ud RA berkata: Rasulullah SAW bersabda pada kami:

“Wahai para pemuda (jomblo), barangsiapa di antara kamu telah mampu kawin, maka kawinlah, karena hal itu dapat menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan. Barang siapa belum mampu, hendaknya berpuasa, sebab ia dapat mengendalikanmu.” (HR. Muttafaqun Alaih)

Keistimewaan Jomblo

Meski jomblo kerap diledek, akan tetapi jomblo sendiri memiliki keistimewaan khusus. Mufassir muda KH. Baha’uddin Nursalim atau biasa dipanggil Gus Baha’ memberi tafsiran mengenai jomblo. Bahwa mereka yang berstatus jomblo sejatinya sedang berjihad, yaitu jihad mendapatkan pasangan hidup.

Sementara mencari pasangan hidup (menikah) adalah perintah agama. Artinya, jika seseorang meninggal dalam keadaan jomblo, maka matinya termasuk kategori syahid. Gus Baha’ memberikan narasi tentang jomblo yang dimaksud.

“Orang mencintai perempuan nggak kesampaian, mau zina nggak berani, ditahan nggak sanggup, dan yakin ditolak, itu kalau mati, matinya syahid”.

Ada banyak alasan mengapa muncul cerita kasih tak sampai. Ya itu tadi, mulai dari alasan alamiah, ilmiah, hingga ilahiah. Bisa jadi karena faktor alamiah seperti ciri-ciri fisik, nasab, maupun asal daerah. Ada juga alasan ilmiah antara lain tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan status sosial, atau alasan ilahiah karena memang sudah takdir atau bahkan campur tangan dukun, haha.

Mau berzina juga takut dosa, malu sama Tuhan jika melakukan maksiat. Sementara di luar sana, banyak orang yang secara status belum menikah, tetapi sejatinya sudah tidak perjaka atau perawan karena berzina. Naudzubillah… Nah, dalam kasus seperti ini, berpuasa dapat menjadi solusi. Walapun toh, puasa atau ibadahnya para jomblo pahalanya lebih sedikit dari puasanya orang yang sudah menikah.

Yakin ditolak juga menjadi alasan mengapa orang masih menjomblo. Ini adalah tipe-tipe orang minder, pesimistis sekaligus sangat naif. Tetapi tidak bisa disalahkan juga. Bisa jadi karena memang sudah dikalkulasi sedemikian rupa secara matematis, sehingga peluang untuk mendapatkan gadis pujaan semakin menipis. Dari pada tidak sanggup merasakan pahitnya ditolak, lebih baik “aku mundur alon-alon mergo sadar aku sopo”.

Jomblo Bukan Musibah

Jika direnungkan secara mendalam, sejatinya menjadi jomblo bukanlah sebuah musibah. Banyak para ulama besar dan legendaris yang sampai akhir hidupnya dalam keadaan jomblo. Imam At Thabary (224-310 H) hafal Al Qur’an usia 7 tahun, menulis hadits sejak usia 9 tahun, mengembara ke berbagai negara untuk mengumpulkan dan menulis ratusan ribu hadits, mengarang berbagai kitab tafsir, fiqih dan hadits.

Konon, beliau istiqamah menulis 40 lembar kitab setiap harinya selama 40 tahun. Bahkan saat beliau meninggal, ribuan orang masih berziarah ke makamnya selama berbulan-bulan.

Imam Nawawi (631-676 H), pengarang salah satu kitab legendaris Riyadhus Shalihin ini juga menjomblo selama hidupnya. Hari-harinya diisi untuk belajar, berdakwah, dan menulis kitab. Beliau menghindari makanan yang enak-enak karena khawatir akan mudah mengantuk, sehingga melalaikannya untuk beribadah dan menulis kitab-kitab tafsir dan hadits.

Ibnu Taimiyah (661-728 H) juga menjomblo hingga tutup usia. Beliau merupakan pemikir yang kritis. Ahli nahwu, balaghah, hadits, dan tafsir. Mengarang lebih dari 500 kitab. Hampir separuh hidupnya dihabiskan keluar masuk penjara karena sering mengkritik pemerintah. Meski dipenjara, beliau tetap produktif menulis.

Di Tuban kita mengenang Sunan Bonang. Beliau yang nama aslinya Mulana Makhdum Ibrahim ini juga diketahui tidak menikah. Menurut versi cerita dari sejarawan nusantara Romo Kyai Agus Sunyoto, salah satu sebab Sunan Bonang tidak menikah karena ada bagian tubuhnya yang terluka akibat melawan para pertapa dan begawan sakti yang menguasai tanah Jawa. Sunan Bonang seumur hidupnya digunakan untuk berdakwah, menyebarkan Islam secara ramah.

Islam menyebar dengan perlahan dan pasti melalui pendekatan budaya, berhasil menjadikan masyarakat beradab dan berdayaguna. Melalui sentuhan tangan dingin beliau, keindahan dan kelembutan Islam bisa kita rasakan hingga sekarang.

Merujuk pada beberapa kisah di atas, sebenarnya menjadi jomblo itu tidak masalah, apalagi sebuah musibah. Selama hidupnya diisi untuk menebar manfaat dan kebaikan pada orang lain, maka status jomblo tidak lagi diingat orang. Beberapa teman dan senior saya juga banyak yang masih menjomblo. Katanya, saya jadi jomblo ndak masalah, lha wong hidup saya juga sudah sakinah mawaddah warahmah. Nah, loh.

Muhammad Makhdum
Muhammad Makhdum

Anggota Lajnah Ta’lif Wan Nasyr PCNU Kabupeten Tuban

Tags: Jomblo
Previous Post

Layangan dan Panggilan Tuhan

Next Post

Kaderisasi Ulama Pasca KH Maimun Zubair

Related Posts

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

by Redaksi
May 14, 2025
0

Suluk.id - Seseorang akan pergi jauh, namun hatinya akan tetap tertaut pada orang yang dikasihinya. Hingga suatu saat dia akan...

Resolusi Pasca Lebaran : Minimal Berniat Lebih Baik Lagi

Resolusi Pasca Lebaran : Minimal Berniat Lebih Baik Lagi

by Muchamad Rudi C
April 9, 2025
0

Sepertinya tidak hanya tahun baru yang menjadi titik refleksi seseorang. Entah itu tahun - tahun Masehi, Hijriah, Saka, Jawa dan...

Perjalanan Cinta di Hari Mulia

Perjalanan Cinta di Hari Mulia

by jamal ghofir
March 31, 2025
0

Genap lah sudah perjalanan spiritual, selama 30 hari mendendangkan lantunan syair mahabah disetiap bangunan suci seantero Nusantara bahkan dunia. Ayat-ayat...

Keteladanan dalam Kepemimpinan: Belajar dari Sikap Bijak Prof. Nasaruddin Umar

Keteladanan dalam Kepemimpinan: Belajar dari Sikap Bijak Prof. Nasaruddin Umar

by Redaksi
March 30, 2025
0

Penulis : Prof. Abd Aziz (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung) Dalam kepemimpinan, dua hal selalu diuji: kebijaksanaan dan keteladanan....

Next Post
Kaderisasi Ulama Pasca KH Maimun Zubair

Kaderisasi Ulama Pasca KH Maimun Zubair

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

Perspektif Humanis dari Dr. Dzinnun Hadi dalam Bincang-Bincang Wanita Karir

May 15, 2025
Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

Sejauh Kaki Melangkah, Aku Akan Akan Kembali

May 14, 2025
Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

Membangun Komitmen dan Menebar Berkah: Refleksi Dr. Mutrofin tentang Peran Wanita Karier di Era Modern

May 14, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2025