Suluk.ID
Monday, September 15, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Menjelang 40 Hari Lord Didi Kempot, Kita Belajar Tentang Kebaikan

by Amrullah Ali Moebin
June 2, 2020
in Pitutur
Meninggalnya Didi Kempot dan Pesan Gus Baha tentang Kematian
Share on Facebook

Sudah mendekati empat puluh hari Pakde Didi Kempot meninggal. Tapi, kesedihan itu masih terus nggandoli saya. Saya memang bukan penggemar berat. Namun, dua adik saya di rumah adalah kompotres sejati. Lagu, Pakde Didi terus saja mengalun di rumah. Setiap saat.

Meninggalnya Pakde Didi memang membuat semua orang bersedih. Siapa saja. Yang jelas sobat ambyar adalah orang yang paling kehilangan. Bisa jadi, 5 Mei akan diusulkan sebagai hari patah hati nasional oleh mereka.

Di tengah kesedihan yang mendalam ini masih saja manusia Indonesia ribet dengan mempertanyakan agama Pakde Didi. Semua berburu data di jaringan internet untuk mengetahui apa agama yang dipeluk Pakde.

Hingga beberapa media pun mengulas untuk berburu klikbait. Mengulas tentang apa sebenarnya agama Pakde Didi. Mantan menteri Hanif Dakhiri pun bersuara agar masyarakat tak lagi meributkan agama Pakde Didi.

Yang paling ngenes adalah beredarnya kartu tanda penduduk KTP Pakde Didi. Seolah kartu itu menjadi penegasan apa agama telah yang dianut Pakde Didi.

Hal ini sudah tidak lazim menurut saya. Orang meributkan tentang seseorang yang meninggal dengan terus bertanya apa agamanya. Bukan hanya Pakde Didi. Namun, pesinetron Jhony Indo pun mengalami hal yang sama. Lagi-lagi, media mengulasnya tentang apa agama almarhum Jhony.

Sudahlah, sebaiknya kita tak perlu riuh bertanya tentang agama Pakde Didi. Apakah rasa belasungkawa kita harus diukur dengan kesamaan agama? Kan malah lucu nanti. Sudah kadung sedih karena beda agama rasa sedih itu kita batalkan.

Pakde Didi orang baik. Sudah kita tak perlu bertanya tentang agama apa yang dianut oleh Pakde Didi. Kita juga tidak perlu ribut jikapun Pakde Didi telah berpindah agama. Sebab, semua itu adalah hak sepenuhnya Pakde Didi.

Kita, yang saat ini sedang bersedih atau sedang mengapresiasi karya-karyanya tak perlu lagi mengulik tentang agama Pakde Didi. Seperti yang pernah diungkap Gus Dur pada Hermawi Taslim, “Tidak penting apapun agama atau sukumu kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya agamamu.”

Iman seseorang tidak akan goyah kok meski orang tersebut bersedih saat orang berbeda agama dengannya meninggal dunia. Jikapun iman goyah, sepertinya mereka adalah hamba-hamba yang amatiran.

Belajar dari Didi Kempot

Perbuatan baik seseorang pasti akan diapresiasi oleh semua agama. Saya meyakini setiap agama mengajarkan kebaikan. Tidak ada agama yang mengajak pada hal-hal buruk.

Pakde Didi telah memberikan contoh berbuat baik pada kita semua. Melalui karya, Pakde mengingatkan kita semua bahwa persoalan umat manusia ini bermacam-macam. Manusia pasti akan sakit hati namun bukan untuk berlarut pada sakit hati itu. Manusia harus terus bergerak.

Pelajaran hidup ini sangat luar biasa. Tidak semua orang menyadari tentang ini semua. Pakde Didi telah mengajak kita terus berbahagia meski dalam kondisi hati yang dirundung pilu.

Dengarkan saja semua lagunya. Semelow apapun tetap saja kita akan bergoyang. Inilah Pakde Didi. Dia tetap saja bergembira di tengah kegundahan hati.

Pakde Didi sebelum meninggal, menggelar konser amal untuk memberikan sumbangan bagi mereka yang terdampak covid-19. Hasilnya mengejutkan. Jumlah donasi yang menghasilkan Rp 7,6 miliar.

Menurut penuturan Rossi dari Kompas TV, seorang Didi Kempot tidak pernah hitungan. Bahkan, menyerahkan semua pada panitia akan diserahkan ke siapa saja. Bentuk sikap ikhlas tak banyak orang bisa menerapkannya.

Namun, Rossi sepertinya tidak ingin itu. Rossi bersikeras agar Didi Kempot ikut merestui lembaga yang menyalurkan donasi. Dan, benar. Ada salah satu lembaga lintas iman yang itu juga mendapatkan sumbangan dari konser amal itu.

Ini sebuah pelajaran penting bagi kita semua. Seorang Didi Kempot dalam membantu seseorang tidak pernah memandang apa agamanya. Semuanya dibantu. Tidak membeda-bedakan agama dalam membantu seseorang adalah sikap bijak.

Saya pun juga yakin, seorang Lord Didi tidak akan menanyakan para fansnya tentang apa agama mereka. Yang jelas, Lord Didi akan berkesenian untuk seni dan kemanusian.

Dengan lagu-lagu khas patah hati sepertinya Lord Didi sedang memberikan pesan pada kita semua, jika patah hati akan menghinggap di setiap orang tanpa melihat apa agama mereka.

Mereka para manusia beragama sudah sepatunya belajar dari apa yang telah dilakukan oleh Lord Didi. Tentang kemanusiaan. Tidak ribut tentang agama. Lord Didi, mesti telah menyatakan pindah agama dia tidak pernah menjelek jelekkan agama sebelumnya.

Bukan hanya itu, Lord Didi tetap dijalur kesenian bukan merubah haluan menjadi pendakwah atau rohaniawan. Lord Didi tak melakukan mendadak menjadi ustaz yang justru manggung ngomong ngalor ngidul taknada jeluntrungnya. Atau bahkan mengkapitalisasi agama.

Kesenian telah mendarah dalam dirinya. Sekali lagi, Lord Didi telah memberi kita banyak pelajaran. (*)

Amrullah Ali Moebin

Redaktur suluk.id

Tags: Didi KempotEmpat puluh hari
Previous Post

Memahami Pancasila secara Ukhrowi

Next Post

Kiai Imam Chambali dan Pesantren Al-Jihad

Related Posts

Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

by Anisa Nayla Ichyaiddina
September 10, 2025
0

Tidak melulu hati. Kadang orang kalau sudah suka, sampai menutup semua fakta. Meskipun banyak yang mendefinisikan itulah cinta. Tapi menurut...

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

by Muchamad Rudi C
September 10, 2025
0

Aja-aja ada memang pertanyaannya. Memang terlihat sepele, tapi menjadi bahan diskusi menarik bahkan sampai serius. Pertanyaan itu muncul ketika saya...

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

by Muchamad Rudi C
September 3, 2025
0

Kepedulian masyarakat kepada negara hingga sampai golongan akar rumput. Terbukti dengan salah satunya obrolan tentang wacana demonstrasi bulan Agustus 2025...

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

by Syahrul
August 20, 2025
0

Suluk.id - Lampu merah menyala. Deru kendaraan memenuhi udara, bercampur dengan suara klakson yang bersahut sahutan. Asap knalpot menebal, menusuk...

Next Post
Kiai Imam Chambali dan Pesantren Al-Jihad

Kiai Imam Chambali dan Pesantren Al-Jihad

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Asah Literasi Kader Muda, LTN NU Rejoso Gelar Pelatihan Menulis Berita

Asah Literasi Kader Muda, LTN NU Rejoso Gelar Pelatihan Menulis Berita

September 15, 2025
Peringatan Maulid Nabi di PP Al Bidayah Tulungagung, Prof. Abad Badruzzaman: Empat Alasan Bershalawat Kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW

Peringatan Maulid Nabi di PP Al Bidayah Tulungagung, Prof. Abad Badruzzaman: Empat Alasan Bershalawat Kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW

September 13, 2025
Mengusung Tema “Meneladani Rasulullah Sebagai Rahmat Bagi Alam Semesta”, PP. Al Bidayah Tulungagung Peringati Maulid Nabi

Mengusung Tema “Meneladani Rasulullah Sebagai Rahmat Bagi Alam Semesta”, PP. Al Bidayah Tulungagung Peringati Maulid Nabi

September 13, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025