Suluk.ID
Friday, May 9, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Menjelang 40 Hari Lord Didi Kempot, Kita Belajar Tentang Kebaikan

by Amrullah Ali Moebin
June 2, 2020
in Pitutur
Meninggalnya Didi Kempot dan Pesan Gus Baha tentang Kematian
Share on Facebook

Sudah mendekati empat puluh hari Pakde Didi Kempot meninggal. Tapi, kesedihan itu masih terus nggandoli saya. Saya memang bukan penggemar berat. Namun, dua adik saya di rumah adalah kompotres sejati. Lagu, Pakde Didi terus saja mengalun di rumah. Setiap saat.

Meninggalnya Pakde Didi memang membuat semua orang bersedih. Siapa saja. Yang jelas sobat ambyar adalah orang yang paling kehilangan. Bisa jadi, 5 Mei akan diusulkan sebagai hari patah hati nasional oleh mereka.

Di tengah kesedihan yang mendalam ini masih saja manusia Indonesia ribet dengan mempertanyakan agama Pakde Didi. Semua berburu data di jaringan internet untuk mengetahui apa agama yang dipeluk Pakde.

Hingga beberapa media pun mengulas untuk berburu klikbait. Mengulas tentang apa sebenarnya agama Pakde Didi. Mantan menteri Hanif Dakhiri pun bersuara agar masyarakat tak lagi meributkan agama Pakde Didi.

Yang paling ngenes adalah beredarnya kartu tanda penduduk KTP Pakde Didi. Seolah kartu itu menjadi penegasan apa agama telah yang dianut Pakde Didi.

Hal ini sudah tidak lazim menurut saya. Orang meributkan tentang seseorang yang meninggal dengan terus bertanya apa agamanya. Bukan hanya Pakde Didi. Namun, pesinetron Jhony Indo pun mengalami hal yang sama. Lagi-lagi, media mengulasnya tentang apa agama almarhum Jhony.

Sudahlah, sebaiknya kita tak perlu riuh bertanya tentang agama Pakde Didi. Apakah rasa belasungkawa kita harus diukur dengan kesamaan agama? Kan malah lucu nanti. Sudah kadung sedih karena beda agama rasa sedih itu kita batalkan.

Pakde Didi orang baik. Sudah kita tak perlu bertanya tentang agama apa yang dianut oleh Pakde Didi. Kita juga tidak perlu ribut jikapun Pakde Didi telah berpindah agama. Sebab, semua itu adalah hak sepenuhnya Pakde Didi.

Kita, yang saat ini sedang bersedih atau sedang mengapresiasi karya-karyanya tak perlu lagi mengulik tentang agama Pakde Didi. Seperti yang pernah diungkap Gus Dur pada Hermawi Taslim, “Tidak penting apapun agama atau sukumu kalau kamu bisa melakukan sesuatu yang baik untuk semua orang, orang tidak pernah tanya agamamu.”

Iman seseorang tidak akan goyah kok meski orang tersebut bersedih saat orang berbeda agama dengannya meninggal dunia. Jikapun iman goyah, sepertinya mereka adalah hamba-hamba yang amatiran.

Belajar dari Didi Kempot

Perbuatan baik seseorang pasti akan diapresiasi oleh semua agama. Saya meyakini setiap agama mengajarkan kebaikan. Tidak ada agama yang mengajak pada hal-hal buruk.

Pakde Didi telah memberikan contoh berbuat baik pada kita semua. Melalui karya, Pakde mengingatkan kita semua bahwa persoalan umat manusia ini bermacam-macam. Manusia pasti akan sakit hati namun bukan untuk berlarut pada sakit hati itu. Manusia harus terus bergerak.

Pelajaran hidup ini sangat luar biasa. Tidak semua orang menyadari tentang ini semua. Pakde Didi telah mengajak kita terus berbahagia meski dalam kondisi hati yang dirundung pilu.

Dengarkan saja semua lagunya. Semelow apapun tetap saja kita akan bergoyang. Inilah Pakde Didi. Dia tetap saja bergembira di tengah kegundahan hati.

Pakde Didi sebelum meninggal, menggelar konser amal untuk memberikan sumbangan bagi mereka yang terdampak covid-19. Hasilnya mengejutkan. Jumlah donasi yang menghasilkan Rp 7,6 miliar.

Menurut penuturan Rossi dari Kompas TV, seorang Didi Kempot tidak pernah hitungan. Bahkan, menyerahkan semua pada panitia akan diserahkan ke siapa saja. Bentuk sikap ikhlas tak banyak orang bisa menerapkannya.

Namun, Rossi sepertinya tidak ingin itu. Rossi bersikeras agar Didi Kempot ikut merestui lembaga yang menyalurkan donasi. Dan, benar. Ada salah satu lembaga lintas iman yang itu juga mendapatkan sumbangan dari konser amal itu.

Ini sebuah pelajaran penting bagi kita semua. Seorang Didi Kempot dalam membantu seseorang tidak pernah memandang apa agamanya. Semuanya dibantu. Tidak membeda-bedakan agama dalam membantu seseorang adalah sikap bijak.

Saya pun juga yakin, seorang Lord Didi tidak akan menanyakan para fansnya tentang apa agama mereka. Yang jelas, Lord Didi akan berkesenian untuk seni dan kemanusian.

Dengan lagu-lagu khas patah hati sepertinya Lord Didi sedang memberikan pesan pada kita semua, jika patah hati akan menghinggap di setiap orang tanpa melihat apa agama mereka.

Mereka para manusia beragama sudah sepatunya belajar dari apa yang telah dilakukan oleh Lord Didi. Tentang kemanusiaan. Tidak ribut tentang agama. Lord Didi, mesti telah menyatakan pindah agama dia tidak pernah menjelek jelekkan agama sebelumnya.

Bukan hanya itu, Lord Didi tetap dijalur kesenian bukan merubah haluan menjadi pendakwah atau rohaniawan. Lord Didi tak melakukan mendadak menjadi ustaz yang justru manggung ngomong ngalor ngidul taknada jeluntrungnya. Atau bahkan mengkapitalisasi agama.

Kesenian telah mendarah dalam dirinya. Sekali lagi, Lord Didi telah memberi kita banyak pelajaran. (*)

Amrullah Ali Moebin

Redaktur suluk.id

Tags: Didi KempotEmpat puluh hari
Previous Post

Memahami Pancasila secara Ukhrowi

Next Post

Kiai Imam Chambali dan Pesantren Al-Jihad

Related Posts

Resolusi Pasca Lebaran : Minimal Berniat Lebih Baik Lagi

Resolusi Pasca Lebaran : Minimal Berniat Lebih Baik Lagi

by Muchamad Rudi C
April 9, 2025
0

Sepertinya tidak hanya tahun baru yang menjadi titik refleksi seseorang. Entah itu tahun - tahun Masehi, Hijriah, Saka, Jawa dan...

Perjalanan Cinta di Hari Mulia

Perjalanan Cinta di Hari Mulia

by jamal ghofir
March 31, 2025
0

Genap lah sudah perjalanan spiritual, selama 30 hari mendendangkan lantunan syair mahabah disetiap bangunan suci seantero Nusantara bahkan dunia. Ayat-ayat...

Keteladanan dalam Kepemimpinan: Belajar dari Sikap Bijak Prof. Nasaruddin Umar

Keteladanan dalam Kepemimpinan: Belajar dari Sikap Bijak Prof. Nasaruddin Umar

by Redaksi
March 30, 2025
0

Penulis : Prof. Abd Aziz (Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung) Dalam kepemimpinan, dua hal selalu diuji: kebijaksanaan dan keteladanan....

Tutorial Membuat Story WhatsApp

Tutorial Membuat Story WhatsApp

by Muchamad Rudi C
February 15, 2025
0

Suluk.id - Hal yang patut disyukuri yakni ketika orang-orang masih dengan bangga mengunggah story tentang pondok-pondok, tempat-tempat atau acara-acara keagamaan...

Next Post
Kiai Imam Chambali dan Pesantren Al-Jihad

Kiai Imam Chambali dan Pesantren Al-Jihad

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

May 7, 2025
Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

May 7, 2025
Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

May 7, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2025