Suluk.ID
Monday, July 14, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Menjemput Kembali Jati Diri Bangsa Melalui Pendidikan Pesantren

by Redaksi
July 20, 2020
in Ngilmu
Fenomena Artis Hijrah Jadi Pendakwah, Memotret Islam dan Budaya Populer
Share on Facebook

Keragaman adat, budaya dan keyakinan yang ada di Indonesia hingga saat ini masih lestari dengan segenap kompleksitas permasalahannya. Satu sisi, kita harus berbangga hati menjadi bagian dari Indonesia yang tidak hanya kaya akan sumber daya alam, namun potensi sumber daya manusia dengan latar belakang yang berbeda menjadi ciri khas kita yang tidak dimiliki bangsa lain. Di lain sisi, bangsa ini dihadapkan dengan tantangan arus globalisasi, perkembangan teknologi hingga munculnya aliran anti multikulturalisme seperti gerakan transnasionalisme dan radikalisme dalam kondisi masyarakat yang belum siap mental.

Ada banyak faktor yang menyebabkan mengapa masyarakat Indonesia seperti mudah menerima aliran luar yang membahayakan persatuan dan kesatuan bangsa. Salah satunya, mulai pudarnya jati diri bangsa akibat doktrin intoleransi. Jati diri bangsa ini dibentuk tidak dalam jangka waktu yang singkat. Butuh proses dan sejarah yang panjang serta pengetahuan yang berimbang antara spiritual dan akal untuk menemukan sebuah jati diri, dan dari situlah tercipta persatuan dan kesatuan.

Pembentukan Jati diri bangsa dimulai dari gejala sosial yang ada dalam masyarakat. Dengan berparadigma budaya dan keyakinan, terstruktur menjadi proses dan terorganisir menjadi sebuah sistem maka pada saat yang sama ada usaha untuk melestarikan jati diri itu sendiri dengan wujud pendidikan dan pembelajaran, dari sanalah Pondok Pesantren di Indonesia mulai ada sejak sekitar abad ke 15 Masehi .

Bangsa Indonesia dengan kondisi sosio politk masa kini, seakan me-reframing pemikiran masyarakat Indonesia agar membenci bangsa dan budayanya sendiri, ditambah ada berbagai macam produk pemikiran yang dilatar belakangi aliran transnasionalisme yang memuncak menjadi gerakan radikalisme seolah mencari celah dari keberagaman bangsa yang seharusnya membanggakan malah menjadi bumerang perpecahan dan ketidaksiapan masyarakat dalam melakukan filterisasi terhadap fakta dan opini, menjadikan negara Indonesia mengalami dilema dalam menghadapi keberagaman adat dan budayanya sendiri.

Adat dan budaya yang beragam milik bangsa telah kehilangan poin sakral yang seharusnya menjadi solusi dalam menghadapi kondisi yang kian pelik ini. Adalah sikap toleransi yang merupakan jati diri bangsa Indonesia. Lalu dimana seharusnya kita temukan kembali ? Sistem pendidikan pesantrenlah jawabannya.

Dalam dunia pesantren, toleransi dikenal dengan istilah tasamuh. Tasamuh adalah sebuah sikap saling menghargai antara sesama manusia sehingga tidak mudah saling menyalahkan dan menganggap benar satu golongan saja, selain itu, tasamuh juga mengajarkan open minded, sikap saling terbuka satu sama lain sehingga transformasi pengetahuan bisa berguna bagi perkembangan dan progresifitas kehidupan dalam beragama, berbangsa dan bernegara. Dalam nilai dasar pesantren, tasamuh sendiri beriringan dengan dua prinsip lain yakni tawazun dan tawasuth. Dimana dari ketiga prinsip tersebut lahirlah sikap moderat dan saling menghargai. Selain nilai dasar tersebut pondok pesantren di Indonesia juga menekankan sikap cinta tanah air atau yang dikenal dengan istilah hubbul wathan. Itulah mengapa pondok pesantren mempunyai peranan sentral dalam mencetak generasi yang mampu menjadi pioner pemersatu bangsa saat ini, karena sistem pendidikan pondok pesantren yang unik dan mampu menancapkan ajarannya secara utuh kedalam jiwa para santri inilah yang jrang bahkan belum ditemui dalam sistem pendidikan manapun.

Ketidakstabilan kondisi sosio politik yang berpotensi memecah belah bangsa ini secara tidak langsung menjawab pertanyaan bahwa sesungguhnya Indonesia membutuhkan sistem pendidikan seperti yang terdapat dalam pesantren, dimana etika menjadi lebih penting dari ilmu itu sendiri. Secara faktual, di Indonesia sejak abad ke 15 sesunguhnya pesantren telah berdiri dan ada banyak santri yang mempunyai peranan penting dalam perkembangan sejarah keindonesiaan termasuk perjuangan kemerdekaan. Namun saat ini Indonesia membutuhkan lebih banyak santri lagi untuk melawan arus pemikiran radikalisme dan anti Pancasila. Sistem pendidikan yang ada di pesantren menjadi harapan besar untuk diterapkan oleh semua sistem pendidikan di Indonesia. Dengan budaya pendidikan yang mementingkan spiritualitas dan etika, nilai dasar yang mengatasnamakan toleransi, keseimbangan dan sikap moderat, serta penanaman rasa cinta tanah air sejak usia dini merupakan paket komplit yang dibutuhkan oleh generasi muda saat ini, sehingga tak ada lagi celah bagi para aktifis gerakan transnasionalisme dan radikalisme untuk mengkambinghitamkan keberagaman adat dan budaya Indonesia.

Karena perbedaan itu karunia yang harus disyukuri dengan sikap positif dan saling menghargai terhadap budaya maupun agama. Hanya dengan sikap toleransi keutuhan bangsa, negara dan agama ini dapat terjaga, hanya generasi muda yang cerdas dan moderat yang mampu menjadi pioner pemersatu bangsa, dan hanya sistem pendidikan pesantren yang dapat mencetak generasi muda seperti yang bangsa kita inginkan bersama.

————————————————————————————————————————————————————–

Di tulis oleh: Abd. Muni
Sumenep, 18 September 1988
Tinggal di Kompleks PP. Al-Anwari Anta
tar Desa Tanah Merah Laok Kec. Tanah Merah Kab. Bangkalan

Redaksi
Redaksi

Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan

Previous Post

Workshop Poligami, Kapitalisasi Syahwat Berkedok Agama

Next Post

Teliti tentang Sertifikasi Halal, Kepala LPPM IAI Al-Hikmah Tuban Raih Gelar Doktor

Related Posts

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

by Ahmad Misbakhul Amin
July 13, 2025
0

Salah satu rangkaian KKN adalah program kerja. Untuk menggambarkan dan merancang program kerja dibutuhkan satu siklus urgen yakni observasi dan...

Membahas Tentang Fenomena Pondok, Barokah, dan Wacananya

Membahas Tentang Fenomena Pondok, Barokah, dan Wacananya

by Muchamad Rudi C
July 4, 2025
0

Suluk.id - Menarik memang untuk membahas tentang fenomena pondok, barokah, dan wacana keislaman yang dibangun saat ini. Ada yang bertanya...

1 Muharram dan 1 Suro:  Harmoni Budaya Jawa dan Islam dalam Refleksi Zaman

1 Muharram dan 1 Suro: Harmoni Budaya Jawa dan Islam dalam Refleksi Zaman

by Redaksi
June 25, 2025
0

Dua warisan besar yang saling merangkul, bukan bertentangan. Setiap datangnya 1 Muharram atau 1 Suro dalam penanggalan Jawa-Islam, masyarakat di...

Tradisi 1 Muharram: Simbol Spiritualitas Islam Dan Budaya Jawa

Tradisi 1 Muharram: Simbol Spiritualitas Islam Dan Budaya Jawa

by Jumari
June 20, 2025
0

1 Muharram diperingati sebagai tahun baru Islam. Tahun baru yang memiliki ragam versi dalam memeringati dan memeriahkannya. Pada kalangan masyarakat...

Next Post
Teliti tentang Sertifikasi Halal, Kepala LPPM IAI Al-Hikmah Tuban Raih Gelar Doktor

Teliti tentang Sertifikasi Halal, Kepala LPPM IAI Al-Hikmah Tuban Raih Gelar Doktor

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

4.000 Jamaah Serban Sowan Gus Iqdam

4.000 Jamaah Serban Sowan Gus Iqdam

July 13, 2025
Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

July 13, 2025
Hidupkan Kerukunan Warga Nahdliyin, Gelar Rutinan Lailatul ljtima

Hidupkan Kerukunan Warga Nahdliyin, Gelar Rutinan Lailatul ljtima

July 12, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025