Suluk.id – Menjadi sesuatu hal yang disayangkan jika puasa di bulan Ramadhan tidak dikerjakan secara maksimal. Karena umat Nabi Muhammad SAW yang berpuasa di bulan Ramadhan dikategorikan sebagai orang-orang yang dimuliakan Allah SWT.
Sebagaimana diriwayatkan dalam kitab Duratun Nasihin bahwa Nabi Musa AS ketika bermunajat pernah bertanya kepada Allah SWT. Nabi Musa bertanya “apakah ada seseorang yang Engkau muliakan sebagaimana aku yang telah Engkau muliakan dan Engkau dengarkan firman-Mu kepadaku?”
Kemudian Allah Ta’ala menjawab: “Hai Musa, Sesungguhnya Aku mempunyai hamba-hamba yang Aku keluarkan mereka di akhir zaman. Lalu Aku muliakan mereka dengan bulan Ramadhan, dan Aku lebih dekat kepada mereka daripadamu. Karena sesungguhnya Aku berbicara kepadamu masih terdapat tujuh ribu tabir antara Aku dan kamu. Namun apabila umat Muhammad berpuasa, dengan bibir-bibir mereka yang memutih dan warna mereka kuning memucat, maka Aku angkat (tujuh ribu) tabir itu di waktu berbuka. Hai Musa, beruntunglah orang yang kehausan hatinya dan lapar perutnya di bulan Ramadhan, karena Aku tidak memberi balasan kepada mereka selain pertemuan dengan-Ku.”
Dari riwayat diatas dapat diambil beberapa pelajaran. Pertama, bahwa umat Nabi Muhammad SAW yang berpuasa di bulan Ramadhan akan mendapatkan kemuliaan yang sama dengan Nabi Musa AS. Hal itu juga menunjukan Allah SWT memberikan banyak sekali kenikmatan bagi umat Nabi Muhammad salah satunya dengan memuliakannya. Hal ini selaras dengan Allah yang memerintahkan menjalankan berpuasa agar menjadi golongan orang-orang bertakwa. Karena orang bertakwa sama dengan orang-orang yang mulia disisi Allah SWT
إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ…
“…Sesungguhnya orang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa…” [Q.S. Al Hujurat ayat 13].
Pelajaran kedua, bahwa Allah SWT berfirman akan membuka tabir pada waktu berbuka dan umat Nabi Muhammad dipersilahkan untuk bertemu (berdo’a). Maka hal tersebut dapat dikaitkan pula dengan salah satu waktu mustajabah untuk berdo’a adalah waktu berbuka.
إِنَّ للصَائِم عِنْدَ فِطْرِهِ لَدَعْوَةً مَا تُرَدُّ
“Sungguh orang yang berpuasa mempunyai do`a yang dikabulkan dan tidak akan ditolak tatkala berbuka puasa. ” [HR Ibnu Majah no. 1743]
Sungguh suatu keberuntungan bagi orang-orang yang telah menahan kehausan hati (nafsu) dan rasa lapar dalam perutnya. Maka kita sebagai manusia yang diberikan akal, hendaknya untuk melihat kemuliaan bulan Ramadhan dengan menjaga hati dari hasud (dengki) dan bermusuhan antarantar sesama muslim. Serta merasa khawatir dan takut apakah puasanya akan diterima atau tidak oleh Allah SWT dengan tujuan agar berhati-hati dan bersungguh-sungguh dalam menjalankannya. Allah SWT berfirman :
إنَّماَ يَتَقَبَّلُ اللّهُ مِنَ المُتَّقِينَ
“Sesungguhnya Allah hanya menerima orang-orang yang bertakwa”
Kenikmatan bagi orang yang berpuasa juga akan dirasakan hingga di akhirat kelak. Orang-orang yang berpuasa akan keluar dari kubur mereka dengan melihat puasanya digantikan berupa hidangan-hidangan makanan, bingkisan – bingkisan dan kendi-kendi untuk minum. Dikatakan kepada mereka “Makanlah, sesungguhnya kalian telah merasakan dahaga di saat orang lain kenyanh, dan kemudian beristirahat lah”. Mereka menyantap makanan dan minuman tersebut sedangkan orang-orang lain masih disibukan menghadapi hisabnya.
Semoga kita menjadi golongan-golongan orang yang mulia di sisi Allah dengan bertakwa dan mendapatkan pertolongan Allah SWT serta Syafaat Nabi Muhammad SAW di dunia hingga akhirat kelak. Aamin ya Rabbal ‘Alamiin. Wallahu A’lam bis showab.
Islamic digital activist. Mugi Barokah Manfaat