Gus Rijal Mumazziq punya cara tersendiri dalam memberikan materi terhadap anak-anak remaja. Berikut ini catatan Gus Rijal menyampaikan materi untuk remaja.
Salam
Sapaan hangat yang dijawab serentak alias koor. “Assalamualaikuuuuum?”. “Sehat semuaaa?”. Kesan pertama itu sangat berpengaruh. Jika di tengah penyampaian banyak peserta tidak fokus, maka perlu yel-yel dan lagu pembangkit semangat (mars).
Sikap Tubuh
Berdiri. Aktif dan lincah bergerak. Di depan remaja, kalau kita hanya duduk, mereka akan acuh. Ngobrol dengan temannya, ribut, melamun, dan mengantuk.
Suara lantang
Atur intonasi. Harus tegas. Tidak perlu jaim suara berwibawa. Yang penting intonasi jelas, tertata, dan terdengar cetar membahana qiiqiqiq.
Tentang Jarak Bibir
Jarak bibir dengan mik harus proporsional. Jangan terlalu dekat karena suara kita akan terdengar “nggremeng”. Jangan terlalu jauh dari mikropon, biar tidak terlalu lirih. Harus pas. Termasuk menjaga problem klasik: suara mikropon yang berdengung. Harus diantisipasi.
Sound Sistem yang Mendukung
Masalah yang selama ini ada: pihak panitia tidak menyediakan sound sistem yang bagus. Termasuk mikropon yang berdengung. Sound tidak perlu mewah, yang penting bisa dipakai di dalam dan luar ruangan. Saya pernah ngisi acara di hadapan 500-an siswa, sayang pihak sekolah menyediakan sound system untuk indoor, padahal acara outdoor. Suara saya tenggelam dalam riuh siswa. Perkiraan, sound hanya menjangkau lima baris siswa di depan yang duduk melingkar dalam formasi U. Ini adalah di antara kegagalan saya berbicara di depan massa.
Jangan Pernah Membuat Mereka Terteror
Ini penting. Yakni jangan pernah membuat mereka terteror dengan keberadaan kita. Misalnya, ada siswa yang tidur, jangan dihardik dengan keras. Apalagi dimarahi. Solusinya? Datangi dia, ditanya, kenapa mengantuk, dll. Biasanya sambil menggeliat, dia senyum-senyum, lalu tidak ngantuk lagi.
Tatap Mata Semua Audiens
Jangan berbicara dengan menunduk. Iringi dengan intonasi dan gerakan mata dan tangan yang ekspresif.
Jika Ada yang Ramai Selow Saja
Kalau ada remaja yang bikin ulah sendiri, misalnya berbicara dengan teman sebelahnya, abaikan, tidak usah ditegur. Solusinya tetap berceramah sambil menatap mereka. Keduanya biasanya risih, diam, lalu kembali fokus. Hal ini setidaknya bisa membantu kondusifitas suasana.
Tuangkan Materi Dalam Slide
Sehingga peserta bisa mencatatnya. Ceramah bertele-tele itu seringkali membosankan. Materi dalam bentuk power point bakal membantu mereka memahami apa yang kita sampaikan dan minta mereka untuk mencatatnya. Catatan ini bisa menjadi bagian dari dokumentasi keilmuan. Kita minta mereka mencatat, sebab mereka bukan Imam Syafi’i yang sekali mendengar langsung hafal.
Sediakan Audiovisual dalam Bentuk Video Pendek
Isinya harus nyambung dengan materi yang kita sampaikan. Klip lain berupa video lucu yang bisa merefresh pikiran mereka, atau video inspiratif yang membuat mereka merenung. Pola semacam ini bisa membuat para remaja fokus kembali. Yang mengantuk, melamun, atau bikin ulah, biasanya diam menikmati klip yang kita sediakan.
Kekuatan
Kekuatan seorang pembicara/komunikator terletak pada tiga hal: verbal, vokal, dan visual. Membangun dan mengkomunikasikan ketiganya butuh proses. Ini pendapat Prof. Albert Mehrabian. Verbal itu mencakup bahasa lisan. Yaitu pesan yang disampaikan ke orang lain. Pesan ini berpengaruh pada apa yang akan ditangkap oleh audiens. Penyampaian pesan yang bertele-tele membuat pendengar kehilangan daya tangkap. Penyampaian materi yang terlalu banyak “e….e….e…” bakal membuat pendengar ragu terhadap kemampuan pembicara.
Vokal berkaitan dengan suara yang dimunculkan seseorang, mencakup: volume, intonasi, dan artikulasi yang terakumulasi pada corak suara. Intonasi suara dengan tujuan motivasi berbeda dengan corak suara membangkitkan emosi yang sifatnya renungan.
Visual, yaitu berkaitan dengan apa yang terlihat pada diri pembicara. Penampilan, gestur, ekspresi wajah, dan seterusnya. KH. Zainuddin MZ, misalnya, memiliki ciri khas yang memadukan kekuatan retorika ala Sukarno, logika awam ala KH. Idham Chalid, dan kefasihan berdalil ala KH. Abdullah Syafi’i. Intonasi Betawi-nya menjadi ciri khas. Secara visual, orang teryakinkan dengan penampilan Dai Sejuta Umat ini.
Humor
Di depan siswa berusia remaja, selipkan humor dan cerita anekdotis yang dekat dengan keseharian mereka. Atur ritme cerita biar dramatis. Termasuk intonasi suara dan gestur saat berkisah. Jangan lupa, mengatur mimik wajah. Kapan harus mengatur urat muka saat marah, sedih, ceria, dan seterusnya.
Tanya Nama Beberapa Siswa
Jadikan mereka obyek percontohan bahasan yang baik. Misalnya, satu anak namanya Hasan. Jadikan dia bahasan contoh remaja calon pemimpin, calon ulama, remaja soleh atau santri cerdas. Puji dia, lambungkan semangatnya. Jangan menjadikan dia sebagai obyek olok-olok atau lelucon, sebab akan meruntuhkan mentalnya. Perisakan/perundungan yang dilakukan seorang guru bakal menyebabkan kepercayaan dirinya hancur. Jadikan mereka sebagai obyek percontohan yang baik, yang optimistik. Jika kita bisa memuji dan membangkitkan semangat anak didik, lantas mengapa harus mencaci dan merisaknya?
Catatan : Gus Rijal saat berada di acara MATSAMA (Masa Ta’aruf Santri Mabdaul Ma’arif)
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan