Suluk.ID
Sunday, January 17, 2021
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
No Result
View All Result
Home Kekabar

NU Mikul Dhuwur Mendhem Jero Nilai-nilai Kebangsaan

by Joyo Juwoto
February 1, 2020
in Kekabar
Reading Time: 2min read
0 0
0
Selamat Harlah ke 94, Humor itu Penting Bagi NU
Share on Facebook

Mikul dhuwur mendhem Jero adalah wisdom lokal masyarakat Jawa yang cukup populer. Nilai-nilai kearifan lokal yang berakar pada ajaran adiluhung nenek moyang masyarakat Jawa ini sangat relevan untuk diuri-uri menjadi sebuah nilai nasional bahkan global yang seyogyanya disosialisasikan di tengah-tengah kehidupan berbangsa dan bernegara kita.

Mikul dhuwur mendhem jero secara harfiah memiliki arti mengusung tinggi-tinggi, mengubur dalam-dalam. Ungkapan ini adalah sebuah ungkapan penghormatan dan rasa bakti kepada orang tua, serta menutupi segala sesuatu yang tidak baik untuk dikenang dan tidak mengungkit-ungkitnya segala hal buruk yang telah terjadi.

Konteks dari ungkapan Mikul dhuwur mendhem jero memang berkaitan dengan hubungan kebaktian seorang anak kepada orang tuanya, tapi pada konteks ini saya meminjamnya dalam persinggungan organisasi Nahdlatul ulama (NU) dengan konteks kebangsaan dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Banyak peristiwa besar di negeri ini yang memerlukan kebesaran hati untuk saling menerima dengan lapang dada. Dengan keanekaragaman bangsa Indonesia yang kompleks, sikap kebesaran jiwa sangatlah diperlukan.

BacaArtikel

Bedah Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Oleh MWC NU Kecamatan Widang Tuban

Pesan Gus Yaqut untuk Pengurus GP Ansor Tuban

Diskusi Buku Renungan Rektor IAIN Tulungagung tentang Spiritualitas Perkuat Tradisi Kolaborasi Ilmuan

Saya ambil contoh tentang piagam Jakarta, peristiwa ini telah terjadi dan bangsa Indonesia dengan lapang dada sudah bisa saling menerima, tak perlu kita ungki-ungkit kembali peristiwa ini, sikap mendhem jero yang sedemikian diperlukan. Walau demikian, melupakan sejarah memang jangan, tetapi bersikap bijak dan berpandangan visioner ke depan demi bangsa dan negara adalah sikap Mikul dhuwur.

NU sebagai salah satu elemen kebangsaan di Indonesia yang secara usia lebih matang dari bangsa Indonesia, memiliki banyak pengalaman dalam meredam bahkan menjadi bamper kebangsaan Indonesia yang sedang diuji kedewasaannya.

Selain peristiwa piagam Jakarta, ada lagi peristiwa azas tunggal Pancasila yang menyita konsentrasi umat Islam Indonesia. Peristiwa ini memicu konflik negara dengan umat Islam, jika hal ini dibiarkan tentu stabilitas negara terganggu yang akhirnya bisa memicu konflik sektarian bahkan konflik yang lebih besar lagi.

Adalah KH. Achmad Shiddiq tokoh kharismatik NU yang berhasil mengawinkan hubungan Islam dan Pancasila, yang pada awalnya dianggap bersebrangan. Dalam Muktamar NU yang ke-27 di Asembagus Situbondo. Setelah terpilih sebagai Rais Aam PBNU beliau menyampaikan pidato:

“Dengan demikian, Republik Indonesia adalah bentuk upaya final seluruh nation (bangsa), teristimewa kaum muslimin, untuk mendirikan negara (kesatuan) di wilayah Nusantara. Para Ulama dalam NU meyakini bahwa penerimaan Pancasila ini dimaksudkan sebagai perjuangan bangsa untuk mencapai kemakmuran dan keadilan sosial.” (KH Husein Muhammad, Gus Dur dalam Obrolan Gus Mus, 2015)
(Sumber: Nuonline)

Inilah menurut saya satu sikap Mikul dhuwur dan mendhem jeronya NU terhadap segala permasalahan bangsa, NU tidak pernah merasa sakit hati walau pengorbanannya mungkin tidak ada yang menghargai. NU tetap konsen berjuang demi keutuhan negara kesatuan republik Indonesia, walau NU pada setiap rezim berusaha dipinggirkan, dikuyo-kuyo dan dilupakan perannya.

Organisasi Nahdlatul Ulama (NU) yang terlahir dari rahim pondok pesantren yang notabenenya berakar pada masyarakat tradisional sangat lekat dengan tradisi Mikul dhuwur mendhem Jero ini. Tradisi ini mungkin saja ada yang mencurigai sebagai sikap oportunis, ada juga yang mengatakan sebagai bagian dari melanggengkan budaya feodalisme di tengah-tengah masyarakat.

Bagi yang belum paham dengan nilai lokal genius Mikul dhuwur mendhem jero di atas, memang akan sangat kesulitan memahami, alih-alih menerapkan kearifan tersebut dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Namun tidak dengan NU, dalam setiap tikungan sejarah, NU selalu berada di garda terdepan dalam mempertahankan dan ikut serta menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Selamat Harlah NU ke-94, Semoga selalu terdepan dalam menebar kedamaian

Joyo Juwoto

Santri Pondok Pesantren ASSALAM Bangilan Tuban Indonesia.

Previous Post

Selamat Harlah ke 94, Humor itu Penting Bagi NU

Next Post

Merawat Semangat Ansor dan Banser Kota Bojonegoro

Related Posts

Bedah Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Oleh MWC NU Kecamatan Widang Tuban

Bedah Buku Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Oleh MWC NU Kecamatan Widang Tuban

by Muhammad Makhdum
November 7, 2020
0

TUBAN - Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2020 dan menyambut Hari Pahlawan, MWC NU Kecamatan Widang Kabupaten Tuban melaksanakan...

Pesan Gus Yaqut untuk Pengurus GP Ansor Tuban

Pesan Gus Yaqut untuk Pengurus GP Ansor Tuban

by Mutholibin
November 5, 2020
0

‘’Masa depan NU berada di Jawa Timur,  oleh sebab itu sahabat sahabat Ansor Tuban yang baru di lantik ini harus...

Diskusi Buku Renungan Rektor IAIN Tulungagung tentang Spiritualitas Perkuat Tradisi Kolaborasi Ilmuan

Diskusi Buku Renungan Rektor IAIN Tulungagung tentang Spiritualitas Perkuat Tradisi Kolaborasi Ilmuan

by Redaksi
November 4, 2020
0

TULUNGAGUNG – Diskusi buku Menggali Spiritualitas Ramadan Syarah Renungan Rektor IAIN Tulungagung berlangsung gayeng. Diskusi yang digelar LP2M IAIN Tulungagung...

Undangan nulis hudanoor

HudaNoor di Mata Rakyat: Undangan Menulis Antologi Buku

by suluk
November 2, 2020
0

HudaNoor di Mata RakyatUndangan Menulis Antologi Buku Sudah sepuluh tahun kita dipimpin Bupati Fathul Huda bersama wakilnya Noor Nahar. Diakui...

Next Post
Merawat Semangat Ansor dan Banser Kota Bojonegoro

Merawat Semangat Ansor dan Banser Kota Bojonegoro

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

POPULAR

Abah Isun, Kyai Kampung

January 6, 2021
Mengenai Pilkada, Kader NU yang Maju Mewakili Siapa?

Mengembalikan Marwah Nahdlatul Ulama (NU) Pasca Pilkada

December 10, 2020
Mbah Imam, NU dan Segala Guyonannya

Mbah Imam, NU dan Segala Guyonannya

November 29, 2020
Load More

MORE ON TWITTER

Suluk.ID

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan. Media ini dikelola Lembaga Ta’lif wan Nasr Nahdlatul Ulama (LTN-NU) Kabupaten Tuban.

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2020 - Dibuat dengan ♥ LTN NU Tuban.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In