Suluk.ID
Monday, July 7, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Puasa Bedug dan Perdebatan Saat Itu

by Amrullah Ali Moebin
April 24, 2020
in Pitutur
Share on Facebook

Saya mengawali puasa dengan puasa bedug. Ini yang saya lakukan saat masih ginuk-ginuk. Sebagai pelajar SD yang nyambi Diniyah di sore hari maka malu jika kami tidak berpuasa. Sebab, beberapa kawan saya pun ada yang puasa. Namun, ada juga yang tidak puasa.

Tibanya Puasa Ramadan bagi kami anak-anak sangat menggembirakan. Senang karena sekolahnya tidak lama. Pulangnya jelas lebih awal, yang intinya waktu bermain kami lebih banyak.

Mengawali puasa bedug. Ritual saya nyaris mirip dengan orang dewasa. Saya tetap melakukan protokol puasa seperti umumnya. Bangun dini hari untuk makan sahur lantas akan makan lagi saat dhuhur.

Nah, di kalangan kami anak-anak saat itu muncul perdebatan. Seorang kawan bercerita jika saat puasa bedug, dia makan saat azan dhuhur tiba lalu boleh makan seterusnya. Intinya, batas waktunya hanya sampai dhuhur saat berpuasa. Setelah itu boleh makan lagi sampai magrib.

Pendapat kedua adalah saat dhuhur diberi kesempatan makan. Tapi nanti setelah selesak dilanjutkan sampai magrib.

Saya ikut mahzab yang kedua. Sebab, itu yang menjadi aturan puasa bedug di rumah saya. Sesungguhnya saat saya masih kecil juga tidak tahu mana mahzab yang benar. Tapi masih saja kami yang anak-anak ini akan selalu eyel-eyelan tentang puasa bedug. Huh dasar anak kecil.

Saat azan dhuhur tiba, rasa senang pun membuncah. Gembira sekali. Ingin sekali makan sepuasnya agar setelahnya bisa bertahan hingga magrib tiba.

Siang itu, saya masih saja duduk di depan piring. Sesekali mendorong nasi di dalam mulut dengan satu teguk es blewah. Rasanya sungguh nikmat. Sebagai anak yang masih usia SD, berbuka adalah kenikmatan. Pengennya apa saja yang ada di dapur dimakan semua. Tapi, faktanya tidak sanggup.

Nasi pun masih tersisa di piring membuat saya harus segera melahapnya. Jika tidak semburan dari ibu bakal lebih dahsyat dibandingkan menahan haus dan lapar.

Sampai detik ini saya pun tidak tahu di mana letak imsak saat saya berpuasa bedug kala itu. Seolah imasaknya sesuka emak saya mengabarkan. Jika dianggap makan lambat maka akan dikasih kabar “Ndang cepet mari ngene jame buko telas.”

Setelah ritual isi perut beres kemudian berlanjut menahan lapar dan haus lagi hingga kumandang adzan magrib. Jika adzan itu tiba sesegera mungkin es dawet ental dan ote-ote yang masih anget menjadi jujukan pertama. Saat buka itu tiba. Kami akan melupakan mahzab mana yang benar tentang puasa bedug.

Setelah berhasil berpuasa bedug selama satu bulan penuh. Tahapan selanjutnya adalah puasa ashar. Metodenya sama, puasa full sampai asar tiba. Setelah makan sebentar akan lanjut puasa lagi hingga magrib.

Puasa asar sungguh puasa yang nanggung. Hanya tinggi tiga jam saja sudah waktu magrib kok ya tidak sekalian saja. Tapi itulah emak saya. Memberikan pelajaran pelan-pelan. Semuanya bertahap.

Baiklah, yang jelas puasa bedug memang tidak ada dalilnya. Sebab, puasa menurut syariat itu menahan makan, minum dan bersetubuh yang dimulai terbit fajar sampai terbenanam matahari.

Puasa bedug memang untuk media belajar anak-anak. Jeda makan di saat bedug dianggap sebagai latihan agar saat besar nanti akan mudah untuk puasa mulai fajar hingga terbenamnya matahari.

Saya meyakini semua akan merasakan puasa bedug. Sebab, momentum itu sebagai petanda kita masih kecil dan berlatih menahan diri. Kini setelah dewasa puasa dhuhur telah sirna. Apa anda masih ingin puasa dhuhur?

Amrullah Ali Moebin

Redaktur suluk.id

Tags: Puada bedug
Previous Post

Harlah Ansor ke-86 di Tengah Pandemi Corona

Next Post

Anak-Anak yang Pura-Pura Tarawih

Related Posts

Mencintai Tuhan Saat Mentadabburi Al-Qur’an

Mencintai Tuhan Saat Mentadabburi Al-Qur’an

by Araffah
June 17, 2025
0

Mentadabburi Al-Qur'an sebagai sebuah proses merenungkan, memikirkan dengan seksama, atau memperhatikan dengan mendalam tentang apa yang ada dalam sebuah ayat...

Permasalahan Mental Bukan Hanya Soal Ibadah

Permasalahan Mental Bukan Hanya Soal Ibadah

by elhimmah
June 8, 2025
0

Mengalami permasalahan mental adalah hal yang manusiawi dan perlu untuk ditangani. Dengan memiliki pengetahuan tentang kesehatan mental khususnya diri sendiri...

Menemukan Tawakal Dibalik Que Sera Sera

Menemukan Tawakal Dibalik Que Sera Sera

by elhimmah
June 8, 2025
0

Rilis pada tahun 1956 Que sera sera merupakan sebuah lagu yang diciptakan oleh Jay Livingston dan Rey Evans dengan penyanyi...

Mari Bersama Merawat Semangat Kebangsaan dengan Nilai-Nilai Agama dan Budaya

Mari Bersama Merawat Semangat Kebangsaan dengan Nilai-Nilai Agama dan Budaya

by Redaksi
June 2, 2025
0

Suluk.id - Setiap tanggal 1 Juni, bangsa Indonesia memperingati Hari Lahir Pancasila sebagai momen penting untuk kembali meneguhkan jati diri...

Next Post
Anak-Anak yang Pura-Pura Tarawih

Anak-Anak yang Pura-Pura Tarawih

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Membawa Semangat Indonesia Mini: Delegasi UIN SATU Tulungagung Siap Mengabdi dalam KKN Nusantara 2025

Membawa Semangat Indonesia Mini: Delegasi UIN SATU Tulungagung Siap Mengabdi dalam KKN Nusantara 2025

July 6, 2025
Dari Ruang Kelas ke Ruang Publik: UAS Mahasiswa KPI UIN Tulungagung Gelar Festival Jurnalistik

Dari Ruang Kelas ke Ruang Publik: UAS Mahasiswa KPI UIN Tulungagung Gelar Festival Jurnalistik

July 6, 2025
Membahas Tentang Fenomena Pondok, Barokah, dan Wacananya

Membahas Tentang Fenomena Pondok, Barokah, dan Wacananya

July 4, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025