Suluk.id – Jika anda mendapat kiriman video tentang peristiwa lemparan kursi pada saat pembukaan musyawarah pimpinan nasional PMII di UIN Tulungagung, sebaiknya anda harus mencermatinya secara perlahan. Jika perlu, putar beberapa kali. Lalu pastikan anda tidak melewatkan video yang hanya beberapa detik itu. Barulah anda bisa memberikan sebuah kesimpulan. Apa yang sedang mereka lakukan.
Baik, jika anda sudah memberi kesimpulan dan tetap menyatakan itu adalah kisruh saya tidak bisa melarang. Sekarang, giliran saya untuk mengulas apa yang mereka lakukan. Jadi, saya akan tetap konsisten bahwa mereka sedang tidak kisruh. Mereka yang ada di sana sedang memperdalam keterampilan melempar kursi. Ini adalah keterampilan khusus yang jarang dimiliki oleh anak-anak di zaman sekarang. Pasalnya, di era saat ini lempar batu sembunyikan tangan lebih populer ketimbang skil melempar kursi.
Skil menjadi pelempar kursi dalam momentum rapat-rapat ala mahasiswa ini sering dijumpai. Mereka seperti sudah memiliki niat dari awal sebelum berangkat agar bisa melempar kursi di lokasi kegiatan. Seorang kawan yang pernah telibat dalam perhelatan seperti kongres, muspim, hingga mus-mus yang lain. Dia mengatakan aksi lempar kursi tidak bisa dihindarkan. Artinya, ini sudah menjadi pola dalam setiap perhelatan pertemuan mahasiswa tingkat nasional.
Mereka para altlit pelempar kursi sebenarnya ingin menunjukkan eksistensi. Ini menjadi bagian penting dalam hidup diri seorang manusia. Masak , datang jauh-jauh ke Tulungagung tidak apa-apa. Salah satu cara eksis, selain adu mulut di forum, yakni dengan melempar kursi agar bisa mencuri perhatian dari beberapa pihak. Saya bahkan yakin mereka pelempar kursi ingin sekali dibuatkan video titok agar wajahnya bisa dikenal oleh banyak orang. Atau, jangan-jangan mereka menunggu NaraTV untuk membuat liputan khusus seperti tragedi kanjuruhan agar bisa diketahui siapa pelempar kursi pertama. Lantas dibuatkan poster.
Saya menduga mereka ini ada kaderisasi khusus agar bisa menjadi pelempar kursi profesional. Mungkin, saat pelatihan kaderisasi ada materi khusus bidang lempar-lempar kursi. Bahkan, ada indikator keberhasilan dalam proses kaderisasinya adalah saat melempar kursi saat momentum nasional akan mendapat nilai A. Sedangkan saat di RTAR atau rapat rayon kok bisa melempar kursi maka dia dianggap E atau dianggap rendah.
Jika kaderisasi aksi pelemparan kursi ini benar adanya. Maka, para panitia penyelenggara kegiatan pertemuan nasional para kader perlu mulai memikirkan lokasi apa yang tepat agar pegiat pelempar kursi agar tetap terwadai dengan baik. Bila perlu saat pembukaan acara, secara simbolis acara ini dibuka dengan melempar kursi bersama dengan bacaan Bismillahirohmanirohim. (*)
Redaktur suluk.id