Suluk.ID
Wednesday, August 27, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Ada Kaitan Idul Fitri dan Walisongo, Apa Makna Idul Fitri Sebenarnya?

by Refki Rusyadi
June 5, 2019
in Ngilmu
Ada Kaitan Idul Fitri dan Walisongo, Apa Makna Idul Fitri Sebenarnya?
Share on Facebook

Untungnya saya belum sekonyol Lora yang baru saja viral menyalahkan doa Gus Mus. Saat itu Kiai Mustofa Bisri berdoa untuk Indonesia. Padahal, dengan gelar ulama yang disandangnya, mana mungkin lah seorang Gus Mus lalai dalam berdoa, kalo cuma kesalahan gramatikal saja, bagi saya seorang Gus Mus akan jauh dari hal itu.

Lha setiap harinya beliau mbalah kitab gundul. Mimpin ngaosnya santri di pesantren yang beliau pimpin. Tentu soal uslub berdoa beliau lebih jeli ketimbang kita yang jarang berdialog dengan kitab gundul di setiap harinya, apalagi saya.

Kekonyolan yang saya maksud berawal dari pemahaman saya tentang kalimat idul fitri. Sekitar dua tahun lalu, setelah saya menemukan akar kata dari idul fitri yang sesungguhnya. Saya hampir tiap hari nyinyir sekaligus prihatin jika ada beberapa muballigh atau ustad yang menyatakan jika idul fitri berarti kembali suci.

Secara lafal jika didengar idul fitri memang berarti kembali suci. Mafhum bagi kita ied berarti kembali. Sedangkan fitri suci. Kata fitri sendiri terserap sebagai bahasa Indonesia yang memang diartikan suci.

Banyak orang tua menamai anaknya dengan nama ini. Namun kecerobohan kita jika mengartikan ied itu sendiri. Mungkin maksud kita ied tadi berakar dari kata ‘ada-ya’udu.

Padahal, masdarnya jelas bukan ‘iida. Beda lagi jika ayyada-yuayyidu yang masdarnya baru ketemu ‘iid. Mana mungkin kan jika arti idul fitri adalah kembali suci, apa mungkin idul adha kita maknai juga kembali menyembeleh?

Dengan congkaknya saya bercerita ke sesama jika di Arab sana idul fitri cukup dirayakan sederhana bukan bermaaf-maafan dan kemudian saling tilik atau ziaroh ke tetangga sanak handai taulan.

Namun kesombongan tadi segera sirna ketika saya merenungi salah satu tradisi yang lumrah saya dan warga desa lakukan setelah shalat idul fitri di desa.

Tepat setelah shalat dan khutbah ied dilaksanakan segenap warga berbondong-bondong mengantarkan berkatnya ke masjid untuk dislameti dan dimakan bersama.

Nah, dari tradisi ini saya renungi dengan seksama. Apa sesungguhnya para wali tadi tidak benar-benar menghilangkan makna dari idul fitri secara bahasa. Mereka justru memolesnya agar lebih mudah diterima oleh masyarakat Jawa kala itu.

Karena memang hikmah puasa dapat membersihkan seorang hamba dari dosa jika si hamba tadi berpuasa dengan sebenar-benarnya puasa. Maka tradisi musoffahah, saling menziarahi untuk silaturahmi, adalah buah kreatifitas para wali tadi agar kita sesama muslim nusantara akan saling tilik atau sambang ke sesama, toh tradisi ini pun dirasa baik.

Konon tradisi meminta maaf ini sudah ada sejak jaman Jawa belum diislamkan. Orang jawa yang hendak upasa (puasa) terlebih dahulu harus meminta restu dari orang terdekat guna menetralkan dirinya dari prasangka dan kesalahan-kesalahan dimata orang lain.

Setelah rangkaian tadi dilaksanakan maka calon petapa yang hendak melakukan upasa tadi menyepi ke sebuah tempat yang wingit, angker atau tempat yang sudah ditunjuk oleh sang resi atau empu penuntun petapa tadi.

Dan ketika puasa didakwahkan oleh para wali kepada masyrakat jawa, maka tradisi sebelumnya tadi kemudian dibingkai oleh para wali dalam nilai-nilai Islam.

Saling meminta maaf ke sesama merupakan laku yang positif dan berfaedhah. Kembali ke makna idul fitri secara bahasa. Mungkin saja, jika para wali tadi menjelaskan idul fitri secara saklek bukan tidak mungkin nantinya justeru kita yang salah paham.

Pesta makan makan tadi jadi sebuah momen balas dendam kuliner ria. Hingga laku boros dan berlebihan justeru lebih tampak ketimbang jadi pribadi yang bertakwa paska sebulan penuh puasa.

Ingat nggeh my lurs, kita itu udah dimudahkan oleh para wali untuk tidak repot-repot dadak maknani pesan-pesan Tuhan dalam kalamnya. Kadang yang udah diterjemahkan oleh para wali aja oleh ustaz ustaz seleb yang sering ngetok di tipi ae di salah tapsiri maneh.

Tangio lur, turumu miring. Kopimu enthek, awas sandingmu keset iso mbleseti.

Refki Rusyadi

Dosen IAIN Tulungagung.

Tags: Idul FitriWalisongo
Previous Post

Idul Fitri, Perilaku Konsumtif dan Esensi Puasa

Next Post

Sumpah Pemuda(k) dan Pemudi(k)

Related Posts

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

Memahami Tren Wacana Untuk Penyampaian Pesan Dakwah Islam

by Abdur Rohman Assidiis
August 19, 2025
0

Suluk.id, Akhir-akhir ini, dunia jagat maya sedang digencarkan oleh wacana perbincangan filsafat. Hal ini dipicu oleh salah satu sosok yang...

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

Memaknai Tiga Ekspresi Kemerdekaan

by Nur Aziz Muslim
August 9, 2025
0

Kemerdekaan bukan sekadar hanya bebas dari penjajahan secara fisik, akan tetapi harus dimaknai sebagai suatu keadaan yang disitu bebas dari...

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

by Mukani
July 29, 2025
0

Tradisi literasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan karena masih jauh dibanding negara-negara lainnya. United Nations Education, Scientific and Cultural Organization...

AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL

AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL

by elhimmah
July 18, 2025
0

Kehidupan masyarakat yang majemuk, perjumpaan budaya dan agama menjadi realitas yang tidak bisa dihindari. Sebut saja di Indonesia. Sebuah negeri...

Next Post
Sumpah Pemuda(k) dan Pemudi(k)

Sumpah Pemuda(k) dan Pemudi(k)

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

SDN Kayangan 2 Gelar Jalan Sehat, Meriahkan Rangkaian HUT RI ke-80

SDN Kayangan 2 Gelar Jalan Sehat, Meriahkan Rangkaian HUT RI ke-80

August 27, 2025
Rutinan Lailatul Ijtima’ MWCNU Diwek Kaji Makna Kemerdekaan

Rutinan Lailatul Ijtima’ MWCNU Diwek Kaji Makna Kemerdekaan

August 26, 2025
Pengurus Ikatan Sarjana NU Jombang Hari Ini Dilantik, Diharap Kolabarasi Demi Kemajuan Jombang

Pengurus Ikatan Sarjana NU Jombang Hari Ini Dilantik, Diharap Kolabarasi Demi Kemajuan Jombang

August 26, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025