Suluk.ID
Friday, May 9, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Puasa dan Komunikasi Transendental

by Kholid
June 8, 2019
in Ngilmu
Puasa dan Komunikasi Transendental
Share on Facebook

PUASA itu pengosongan diri dari sifat-sifat hewani agar diri menjadi ruang bagi sifat-sifat insani. Apabila sifat-sifat hewani telah hilang dari diri orang yang berpuasa, maka yang tersisa dalam dirinya adalah sifat-sifat insani.

Seperti menjadi orang jujur, sabar, peduli sosial, dermawan, ramah, dan toleran. Sifat insani yang muncul juga mampu menjaga seseorang untuk tidak melakukan penipuan dan mengambil yang bukan haknya.

Tidak akan membiarkan orang-orang yang terpinggirkan menderita kelaparan, tidak akan mencaci-maki agama lain atau aliran lain karena itu akan menyakiti para penganutnya, dan tidak akan melakukan kekerasan, meskipun atas nama kebenaran dan Tuhan.

Komunikasi transendental atau komunikasi yang terjadi antara manusia dan Tuhannya melalui ibadah yang dilakukan oleh manusia, ketika beribadah sesunggunhnya manusia sudah melakukakan komunikasi dengan penciptanya sebagai perwujudan hablum minaallah sebagaimana disabdakan Rasul dalam konsep ihsan, yaitu ‘an takbuduallah kaannaka tarahu fainlam takun tarahu fainnahu yaroka (HR Bukhori-Muslim)’ yang artinya beribadahlah kamu seakan akan kamu melihat Allah dan jika tidak bisa sesungguhnya Allah melihat kamu.

Maka ketika manusia melakukan ibadah, sesungguhnya manusia sudah berkomunikasi dengan Tuhannya, termasuk ketika manusia menjalankan ibadah puasa di Ramadan juga bagian dari komunikasi transendental.

Berkaitan dengan ibadah puasa, komunikasi transendentalnya dimulai dari turunnya surat Al-Baqarah: 183. Perintah puasa ini menggunakan kata ‘kutiba’ bukan menggunakan kata ‘furidho’ atau ‘wujiba’ yang di dalam kata ‘kutiba’ mesti terdapat pengorbanan yang tidak biasa dalam menjalankannya di mana dalam puasa orang tidak boleh makan, minum, dan sebagainya, padahal hal tersebut menjadi perilaku manusia sehari-hari.

Dengan kata lain, perintah puasa itu sangat berat bagi manusia untuk menjalannkannya. Akan tetapi manusia meyakini bahwa perintah Allah melalui malaikat jibril kepada Rasullullah Muhammad SAW merupakan bagian komunikasi transendental yang meliputi Allah dengan Malaikat Jibril sebagai saluran komunikasinya dan Rasul Muhammad SAW menjadi komunikannya.

Pesan dalam komunikasi transendental yang terjadi antara Allah, Malaikat Jibril, dan Rasul Muhammad SAW kemudian diteruskan oleh Rasul Muhammad kepada manusia-manusia yang beriman, maka terjadi proses penyampaian pesan transendental kepada manusia yang beriman.

Maka jenis komunikasinya bergeser menjadi komunikasi spiritual agama. Nabi Muhammad SAW dalam komunikasi ini berperan sebagai komunikator dan orang-orang yang beriman menjadi komunikannya.

Sedangkan pesan yang disampaikan ini masih pesan dari komunikasi transendental. Hal ini bisa dilihat dari dampak komunikasinya di mana manusia yakin akan kebenaran pesan dalam komunikasi transendental tersebut manusia dengan ikhlas dan riang gembira menyambut puasa Ramadan dan sedih saat Ramadan telah berakhir. (*)

Kholid

Dosen Ilmu Komunikasi Unirow Tuban

Tags: KomunikasiPuasa
Previous Post

Belajar Sabar dari Kiai Aziz Khoiri Lamongan

Next Post

Makam Guru Menjadi Penanda Identitas Asal Keilmuan

Related Posts

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

Menumbuhkan Manusia Merdeka: Menyatukan Gagasan Pendidikan Ki Hajar Dewantara dan Paulo Freire untuk Pendidikan Indonesia

by suluk
May 4, 2025
0

Pendidikan bukan sekadar proses transfer ilmu atau mengisi kepala anak dengan pengetahuan. Lebih dari itu, pendidikan adalah proses memanusiakan manusia....

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

Membaca Optimisme Masa Depan Pendidikan Indonesia

by Mukani
May 1, 2025
0

Peringatan Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas) tahun 2025 ini mengambil tema Partisipasi Semesta, Wujudkan Pendidikan Bermutu untuk Semua. Sejak era Presiden...

Mbah Canthing Sebagai Lurah Pertama Desa Mlorah

Filosofi Nyadran dan Akulturasi di Desa Mlorah

by Mukani
April 24, 2025
0

Tradisi nyadran di Desa Mlorah Kecamatan Rejoso Kabupaten Nganjuk tahun ini digelar hari Jumat Pahing, tanggal 25 April 2025. Ini...

Pelajaran Pertama yang Saya Dapat adalah Istiqomah

Pelajaran Pertama yang Saya Dapat adalah Istiqomah

by Muchamad Rudi C
April 22, 2025
0

Dikatakan santri, saya juga bukan seorang santri tulen. Apalagi santri kaafah yang menguasai banyak ilmu pesantren dari jenjang kelas Ibtidaiyah...

Next Post
Makam Guru Menjadi Penanda Identitas Asal Keilmuan

Makam Guru Menjadi Penanda Identitas Asal Keilmuan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

Khoirul Malik: Bahasa dan Proposal Riset adalah Kunci Menembus Beasiswa Studi Internasional

May 7, 2025
Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

Keberuntungan Adalah Kesempatan Bertemu Kemampuan, Rudi Cahyono Bagikan Perjalanan Inspiratif Raih Beasiswa Unggulan Kemendikbud

May 7, 2025
Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

Scholarship Station FUAD UIN SATU Hadirkan Cerita Inspiratif Syahril Siddik, Alumni Leiden University

May 7, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kirim Tulisan
  • Kerjasama
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen

Suluk.ID © 2025