Suluk.ID
Thursday, August 28, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

Konten Keislaman Ala NU Perlu Diperbanyak Lagi di Internet

by Amrullah Ali Moebin
July 16, 2019
in Pitutur
Konten Keislaman Ala NU Perlu Diperbanyak Lagi di Internet
Share on Facebook

Saya dipertemukan dengan teman lama. Kami disempatkan berbincang meski tidak lama. Dari penampilannya, dia jauh berubah. Tidak seperti dulu saat sama-sama kita masih unyu-unyu. Sesekali dia mengomentari tentang penampilan saya yang juga berubah. Kami lantas bercerita tentang aktivitas kami saat ini.

Dia bercerita tentang kajian keislaman yang diikuti sekarang. Saya tak berkomentar banyak tentang ceritanya. Khawatir nanti justru terjadi perdebatan yang konyol. Cukup saya mengangguk. Tanpa melakukan perdebatan. Seolah, saya mengiyakan tentang apa yang telah dilakukannya itu benar.

Akhir kami masuk dalam sebuah grup whatsapp yang sama. Saya hanya sesekali berkomentar. Sedangkan, dia cukup aktif. Sesekali, dia memberikan link sebuah situs website jika memberikan jawaban atas pertanyaa keislaman. Tak jarang pula dia memberikan paparan.

Melihat lalu lalang di grup whatsapp itu saya turut mengamati. Seperti saat bertemu dengannya. Tak pernah saya berkomentar bahkan mendebat atas apa yang telah dipaparkan dengan berbagai macam dalilnya.

Bukan bermaksud menyudutkan. Seorang teman ini lebih memilih pandangan yang berbeda dengan apa yang pernah kita pelajari dulu tentang agama.

Kasarnya, dia telah memberikan komentar yang sedikit kurang nyaman–bagi saya–dengan tradisi yang dilakukan oleh warga nahdliyin. Sekali lagi, saya tak ingin memperdebatkan tentang apa ajaran keislaman mereka. Saya justru ingin tahu mengapa mereka bisa sesemangat itu dalam menyampaikan sesuatu yang mereka anggap benar. Bahkan, siap untuk berargumentasi lebih lanjut.

Setelah melihat itu semua saya lantas mencoba untuk mengetik sesuatu di mesin pencarian di internet. Saya masukkan tata tafsir Alquran ataupun pertanyaan sederhana tentang hukum peringatan maulid nabi hingga puasa saat Rojab. Apa yang keluar? Ternyata benar. Situs berbasis pesantren dengan kajian keislaman yang begitu mendalam tak pernah keluar di permukaan halaman. Harus ada tambahan kata kunci jika ingin keluar tulisan berbasis NU atau lainnya. Justru yang banyak adalah kajian keislaman yang memberikan fatwa berbeda tentang apa yang sudah dijalani oleh NU hari ini.

Sebenarnya, sudah banyak situs website yang berkembang tentang khazanah keilmuan NU. Tapi, sayang pengelolanya masih belum memaksimalkan. Jika di keilmuan kita mengenal sanad keilmuan, seharusnya saat mengisi konten dengan sanad keilmuan yang jelas. Termasuk penulisnya. Profilnya harus diperjelas.

Sudah tidak waktunya para ahli fiqh, ahli hadis hingga para mufasir bersembunyi di balik meja dan bantal tipis sebagai alas. Saatnya para kiai dan ulama NU untuk tampil memenuhi konten di dunia maya.

Jika memang tidak memungkinan memproduksi konten. Para santri sudah waktunya untuk bergerak. Mengambil alat “jihad” berupa kamera dan laptop yang siap untuk mengedit kontennya. Dengan lebih merapikan isi konten.

Saya membayangkan, semua elemen NU bersama-sama fokus dalam menggarap konten dakwah di dunia digital akan ada pemandangan baru dan tambahan referensi.

Kelak, saat masyarakat sudah menjadikan internet sebagai referensi seutuhnya. Kitab kuning tetap bisa terkases. Termasuk dengan penjelasan yang mudah dipahami.

Untung saja, youtube sudah banyak dipenuhi kajian keilmuan oleh Gus Baha’. Hanya tinggal memunculkan pendakwah muda dari kalangan NU dengan fokus kajian ringan untuk anak muda.

Sekali lagi, saya tidak ingin menyalahkan dan mendebat para ustad youtube dan ustad facebook. Namun, NU harus turut mewarnai khasanah keilmuan di dunia maya. Dengan, berbagai macam pilihan. Mulai kajian ilmu yang ketat hingga menjawab fenomena yang muncul di masyarakat. (*)

Amrullah Ali Moebin

Redaktur suluk.id

Tags: Dakwah DigitalKonten NU
Previous Post

Dunia Kerja di Era Revolusi 4.0

Next Post

Prasangka, Belajar Kritis dari Putri Imam Ahmad

Related Posts

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

Di Balik Tisu Murah, Ada Harga Sebuah Kehidupan

by Syahrul
August 20, 2025
0

Suluk.id - Lampu merah menyala. Deru kendaraan memenuhi udara, bercampur dengan suara klakson yang bersahut sahutan. Asap knalpot menebal, menusuk...

KKN, Persahabatan, dan Keluarga

KKN, Persahabatan, dan Keluarga

by Ahmad Misbakhul Amin
August 9, 2025
0

Kulon Progo, 09 Agustus 2025_ KKN selayaknya dilakukan dengan riang gembira. Riang gembira itu bisa datang dari dalam diri secara...

Menyejukkan Hati Nurani dengan Pengajian Ahad Pagi

Menyejukkan Hati Nurani dengan Pengajian Ahad Pagi

by Ahmad Misbakhul Amin
July 30, 2025
0

Kulon Progo, 27 Juli 2025. Pagi itu, tidak seperti biasanya aku bangun lebih siang ketimbang beberapa hari lalu. Aku bangun...

Mencintai Tuhan Saat Mentadabburi Al-Qur’an

Mencintai Tuhan Saat Mentadabburi Al-Qur’an

by Araffah
June 17, 2025
0

Mentadabburi Al-Qur'an sebagai sebuah proses merenungkan, memikirkan dengan seksama, atau memperhatikan dengan mendalam tentang apa yang ada dalam sebuah ayat...

Next Post
Prasangka, Belajar Kritis dari Putri Imam Ahmad

Prasangka, Belajar Kritis dari Putri Imam Ahmad

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

SDN Kayangan 2 Gelar Jalan Sehat, Meriahkan Rangkaian HUT RI ke-80

SDN Kayangan 2 Gelar Jalan Sehat, Meriahkan Rangkaian HUT RI ke-80

August 27, 2025
Rutinan Lailatul Ijtima’ MWCNU Diwek Kaji Makna Kemerdekaan

Rutinan Lailatul Ijtima’ MWCNU Diwek Kaji Makna Kemerdekaan

August 26, 2025
Pengurus Ikatan Sarjana NU Jombang Hari Ini Dilantik, Diharap Kolabarasi Demi Kemajuan Jombang

Pengurus Ikatan Sarjana NU Jombang Hari Ini Dilantik, Diharap Kolabarasi Demi Kemajuan Jombang

August 26, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025