Suluk.ID
Wednesday, July 30, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Ngilmu

Muslim KW; Lebih Sering ke Gereja Ketimbang ke Masjid

by Aan Anshori
August 22, 2019
in Ngilmu
Muslim KW; Lebih Sering ke Gereja Ketimbang ke Masjid
Share on Facebook

Itulah yang kerap ditudingkan ke aku. Cecil anakku juga pernah ditanya hal sama oleh kawan SDnya yang dititipi pertanyaan oleh ortunya. Kebetulan ortunya berteman denganku di FB dan tahu aktifitasku. “Yo gak popo se. Teman ayahku memang banyak yang pendeta kok,” begitu kira-kira jawab anakku.

Sebagai santri, aku dididik tidak boleh menolak jika diminta berbagi gagasan oleh siapapun. Sedapat mungkin harus hadir. Dikasih bisyaroh (viatikum) atau tidak; naik pesawat atau numpang ojek; di masjid atau gereja, sepanjang masih kuat berangkat, maka aku akan berangkat.

Meski demikian, tidak semua “mampu” mengundangku. Materi diskusiku kerap membutuhkan kedewasaan dalam bersikap karena cenderung blak-blakkan. Opo anane.

Dalam isu toleransi antaragama, aku kerap mengkritik model berislam yang tidak peka, jaim, dan tunasensitifitas terhadap agama lain –terutama Kristen. Posisiku ini tentulah tidak mengenakkan di banyak kalangan elit Islam. Belum lagi jika ditambah posisi afirmasiku terhadap hak-hak kelompok minoritas gender dan seksual. “Ojo idek-idek Aan Anshori,” begitulah yang aku dengar dari teman GUSDURian saat ia diwanti-wanti para tetua ketika tahu ia kenal denganku.

Posisiku yang cenderung apa adanya dan mendorong perlunya reformasi teologi Islam yang lebih inklusif nampaknya menarik perhatian kalangan gereja. Mereka rupanya ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi antara Kristen-Islam Indonesia dalam dua dekade terakhir ini. Keingintahuan ini sangatlah wajar mengingat mereka juga ingin terlibat dalam inklusifitas ini.

Jujur saja, ada banyak sarjana Islam yang ilmunya jauh lebih mumpuni ketimbang aku. Namun tidak semuanya bisa bertahan lama dalam gereja dan duduk berdampingan dengan salib. Maksudnya begini, tidak semua sarjana dan cendekiawan Muslim Indonesia siap menerima kenyataan dirinya difoto di dalam gereja, bersama salib, kemudian diunggah ke media sosial.

Kenapa tidak siap? Sebab foto denga pose tersebut punya konsekuensi yang tidak ringan. Ia dan keluarganya berpotensi akan dirisak. Karirnya bisa rusak. Nasibnya kemungkinan besar masuk “kotak,”

Dan yang paling berat, ia harus siap dilabeli sebagai muslim KW karena pernah berfoto di gereja. Aspek “conformity in group,” merupakan isu penting dalam kehidupan personal banyak orang. Aku sangat paham itu.

Namun, dalam konteks undangan diskusi, ibarat pengemudi ojel online, aku harus siap mengantar penumpang, siapapun mereka, bahkan makhluk adikodrati sekalipun. Tanpa membedakan pelayanan.

Dan kebetulan saja, selama Agustus ini, aku memang lebih sering mengunjungi gereja. Setelah hinggap di GKJ Tuntang Timur, GKJ Tlogo, GKJ Danukusuman, GKI Sangkrah, dan GKI Masaran, kini aku diminta berdialog dengan wargo GKJW Sumbergondang, GKJW Mojokerto, dan GKJW Sukorame.

Semakin KW saja kemuslimanku.

Adakah yang mau ngopi dengan muslim KW ini di acara nanti?

Aan Anshori
Previous Post

Neo Sufisme KH Maimun Zubair

Next Post

Tombo Ati, Jalan Dakwah Sunan Bonang

Related Posts

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

by Mukani
July 29, 2025
0

Tradisi literasi di Indonesia masih perlu ditingkatkan karena masih jauh dibanding negara-negara lainnya. United Nations Education, Scientific and Cultural Organization...

AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL

AKULTURASI BUDAYA SEBAGAI PILAR MODERASI DI LINGKUNGAN SOSIAL

by elhimmah
July 18, 2025
0

Kehidupan masyarakat yang majemuk, perjumpaan budaya dan agama menjadi realitas yang tidak bisa dihindari. Sebut saja di Indonesia. Sebuah negeri...

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

Muhammad Nahdlatul Ulama: Begitu Saya Menyebutnya

by Ahmad Misbakhul Amin
July 13, 2025
0

Salah satu rangkaian KKN adalah program kerja. Untuk menggambarkan dan merancang program kerja dibutuhkan satu siklus urgen yakni observasi dan...

Membahas Tentang Fenomena Pondok, Barokah, dan Wacananya

Membahas Tentang Fenomena Pondok, Barokah, dan Wacananya

by Muchamad Rudi C
July 4, 2025
0

Suluk.id - Menarik memang untuk membahas tentang fenomena pondok, barokah, dan wacana keislaman yang dibangun saat ini. Ada yang bertanya...

Next Post
Tombo Ati, Jalan Dakwah Sunan Bonang

Tombo Ati, Jalan Dakwah Sunan Bonang

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Fokus, Hamsa Jadi Guru Juara Olimpiade Bahasa Arab

Fokus, Hamsa Jadi Guru Juara Olimpiade Bahasa Arab

July 29, 2025
Raih Prestasi Nasional, Bukti Keunggulan Pesantren Unggul

Raih Prestasi Nasional, Bukti Keunggulan Pesantren Unggul

July 29, 2025
Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

Merangsang Guru PAI Gairah Berliterasi

July 29, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025