Suluk.ID
Wednesday, October 15, 2025
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
Suluk.ID
Home Pitutur

KH. Masduqi Mahfudz dan Pesannya tentang Pekerjaan PNS

by Rizal Mumazziq
August 22, 2020
in Pitutur
KH. Masduqi Mahfudz dan Pesannya tentang Pekerjaan PNS
Share on Facebook

“Abah itu pernah jadi PNS, tapi tidak pernah mau memberi nafkah keluarga dari uang gajinya tersebut. Agar bisa menafkahi keluarga, Abah juga bekerja sambilan: sopir angkot, reparasi jam, dan sebagainya. Umi juga jualan beras. Semata-mata untuk memegang teguh komitmen tidak makan gaji PNS.” demikian cerita Gus Achmad Shampton Masduqi.

Abah yang dimaksud di tulisan ini adalah KH. Achmad Masduqi Mahfudz, seorang pakar fikih yang memangku posisi tertinggi di NU Jawa Timur: Rais Syuriah PWNU Jawa Timur, 2002-2007.

Pernah, suatu ketika, di tahun 1980-an, besan KH. A. Mustofa Bisri ini mengendarai angkot miliknya menuju sebuah desa yang mengundangnya menjadi mubalig. Di tengah perjalanan, ada seorang ibu yang memberhentikan angkotnya, lalu dia naik.

“Mau ke mana, Bu? tanya “supir angkot”.

“Ke desa A,” jawab ibu penumpang.

“Untuk apa? tanya “supir angkot” lagi.

“Menghadiri pengajian,” jawab ibu tersebut.

Lantas, ketika sampai di lokasi, betapa kagetnya si ibu tadi karena muballignya adalah sopir angkot yang menemaninya di perjalanan.

Di antara keunikan lain Kiai Masduqi adalah minatnya pada teknologi. Di saat kiai lain masih akrab dengan komputer, pengasuh PP. Nurul Huda Mergosono, Malang, ini sudah menenteng laptop.

Saya masih ingat, ketika Kiai Masduqi memberi mauidzoh hasanah dalam rangka 1 Muharram di pesantren kami, PP. Mabdaul Ma’arif, Jombang-Jember, tahun 2001, beliau menenteng laptop dan bercerita mengenai kegunaan perangkat teknologi ini dalam kajian Bahtsul Masail karena praktis menyediakan banyak aplikasi kitab di dalamnya.

Kiai Masduqi, sebagaimana ditulis di awal paragrap tulisan ini, memang abdi negara, PNS/ASN. Tetapi karena Kiai Chamzawi, mertuanya, melarang dirinya dan keluarganya memakan uang gaji negara, beliau manut. Kiai Chamzawi ini tipikal ulama yang meskipun menjadi pegawai KUA di zaman Orde Lama, tetapi tidak makan gaji PNS-nya. Alasan ikhtiyath alias kehati-hatian. Mengapa?

Sebab, dalam gaji PNS itu sumbernya bercampur aduk, antara pendapatan negara yang halal dan “abu-abu”. Ini pendapat pribadi beliau yang dianut oleh menantunya. Kalau tidak mau gaji PNS mengapa tetap menjadi aparat negara? Jawabnya, niat khidmah merawat negara yang didirikan oleh para ulama. Jawaban singkat, padat, jelas. Toh, soal rezeki baik Kiai Chamzawi maupun Kiai Masduqi Mahfudz punya sumber lain yang menjamin keberlangsungan ekonomi keluarganya.

Baiklah. Lantas dikemanakan uang gaji PNS ini? Oleh Kiai Masduqi, gaji bulanannya ini dikumpulkan, lantas setahun sekali, menjelang hari raya, uang ini dibagikan ke tetangga, para fakir miskin, pengurus NU level ranting, marbot masjid, imam langgar dan sebagainya.

Meski demikian, Kiai Masduqi tidak pernah melarang anak dan para santrinya menjadi PNS. Ketika Gus Achmad Shampton diterima sebagai PNS di Kementerian Agama (bahkan beberapa kali menjadi Kepala KUA), Kiai Masduqi hanya berpesan:

“Pertama. Jadilah PNS yang baik, diniati merawat negara ini, sebab NKRI juga didirikan oleh para ulama. Masalah rezeki itu dijamin Allah. Kedua, jangan berbangga diri dan berlebih-lebihan. Ketiga, jangan lupa memperbanyak bacaan selawat.”

Wallahu A’lam Bisshawab

Didampingi Gus Shampton Masduqi, saya bersama Mas Abdulloh Hamid, Ustadz Halimi Zuhdy, Ustadz Isa Laa Tansaa, dan Mas Ahmad Islahul Umam dan para sahabat lain berziarah ke makam KH. Masduqi Mahfudz, 23 Oktober 2018 silam.

Pernah dimuat pada situs alif.id
https://alif.id/read/rijal-mumazziq-z/hari-santri-mengenang-kiai-masduqi-mahfudz-dan-niat-menjadi-pns-b212510p/

Rizal Mumazziq

Dosen

Tags: Kiai Masduqi Mergosono
Previous Post

Aidil Adha atau Idul Adha

Next Post

Soal Politik NU, Kenapa Harus Kembali Minta Diingatkan

Related Posts

Sampai Pada Do’a Paling Tulus   Dipanjatkan

Sampai Pada Do’a Paling Tulus Dipanjatkan

by Muchamad Rudi C
September 28, 2025
0

Menghadapi hiruk pikuk dunia ternyata sangat melelahkan. Mungkin tidak bagi sebagian orang. Akan tetapi setiap orang punya waktunya masing-masing menghadapi...

Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

Bukan Sekedar Perasaan, Tapi Juga Menjaga Kewarasan

by Annisa Nayla Ichyaiddina
September 10, 2025
0

Tidak melulu hati. Kadang orang kalau sudah suka, sampai menutup semua fakta. Meskipun banyak yang mendefinisikan itulah cinta. Tapi menurut...

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

Lebih Dulu Menikah atau ke Mekah? 

by Muchamad Rudi C
October 7, 2025
0

Ada-ada saja memang pertanyaannya. Memang terlihat sepele, tapi menjadi bahan diskusi menarik bahkan sampai serius. Pertanyaan itu muncul ketika saya...

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

Mengawal Informasi Demonstrasi di Platform

by Muchamad Rudi C
September 3, 2025
0

Kepedulian masyarakat kepada negara hingga sampai golongan akar rumput. Terbukti dengan salah satunya obrolan tentang wacana demonstrasi bulan Agustus 2025...

Next Post
Soal Politik NU, Kenapa Harus Kembali Minta Diingatkan

Soal Politik NU, Kenapa Harus Kembali Minta Diingatkan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Sosial Media

Terkait

Pengajian Rutinan Selasa Wage: Jamaah Diingatkan Bahaya Su’ul Khotimah dan Pentingnya Menjaga Shalat

Pengajian Rutinan Selasa Wage: Jamaah Diingatkan Bahaya Su’ul Khotimah dan Pentingnya Menjaga Shalat

October 14, 2025
Bupati Nganjuk Hadiri Lomba Baca Puisi SD: “Semangat Tak Bisa Dibeli!”

Bupati Nganjuk Hadiri Lomba Baca Puisi SD: “Semangat Tak Bisa Dibeli!”

October 12, 2025
Gelar Workshop Santri Melek Digital, Cetak Konten Kreator

Gelar Workshop Santri Melek Digital, Cetak Konten Kreator

October 11, 2025
Suluk.id - Merawat Islam yang Ramah

Suluk.id termasuk media alternatif untuk kepentingan dakwah. Dengan slogan Merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan.

Suluk.ID © 2025

  • Redaksi
  • Tentang
  • Disclaimer
  • Kerjasama
  • Kirim Tulisan
No Result
View All Result
  • Home
  • Ngilmu
  • Pitutur
  • Kekabar
  • Panutan
  • Pepanggen
  • Kirim Tulisan

Suluk.ID © 2025