Suluk.id, Jombang — Ratusan jamaah memadati Masjid Babussalam Desa Pundong Kecamatan Diwek, Minggu (21/9) malam. Mereka mengikuti kegiatan rutin Lailatul Ijtima’ yang digelar Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Diwek.
Acara tersebut dihadiri jajaran pengurus MWCNU Diwek, Pengurus Ranting NU se-Kecamatan Diwek, lembaga serta badan otonom (banom). Tampak hadir Wakil Ketua PCNU Jombang, KH Nurul Fuad, serta pengasuh Pesantren Al-Masruriyah Tebuireng, H. Varis Muhammad Mirza (Gus Mirza).
Hadir pula Rais Syuriah Ranting NU Pundong KH Iftahurrohman, Abdul Ghofur selaku Ketua Tanfidziyah Ranting NU beserta jajarannya. Tampak pula Kepala Desa Pundong Dea Asri Handayani dan perangkat desa setempat.
Rangkaian kegiatan dimulai setelah jamaah shalat Isya dengan shalat-shalat sunnah berjamaah. Lalu dilanjutkan dengan istighotsah yang dipimpin KH Nurul Fuad. Sesi embacaan shalawat dipandu oleh tim dari IPNU-IPPNU Pundong.
Selaku Ketua MWCNU Diwek, KH Hamdi Sholeh mengingatkan jamaah agar terus menjaga amaliyah para muassis NU.
“Jangan hanya mau gandoli sarungnya Mbah Hasyim Asy’ari saja. Selama raga masih kuat, sebisa mungkin tetap melakukan amaliyah-amaliyah para muassis,” pesannya.
Lailatul ijtima, lanjutnya, adalah tradisi lelakon dari para pendiri NU. “Jadi sudah sangat pas kalau kita meneruskan amaliyah-amaliyah para muasis NU lewat lailatu ijtima’ ini,” imbuhnya.
Sementara itu, dalam mauidhoh hasanahnya, Gus Mirza menyampaikan analogi menarik tentang kedekatan seorang muslim dengan Nabi Muhammad.
“Hubungan dengan Nabi Muhammad itu ibarat WhatsApp. Setiap kita membaca satu shalawat, Nabi akan mendapatkan notifikasi,” ujarnya disambut senyum jamaah.
Cicit Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari ini juga meneladankan kisah sahabat Rasulullah, Abu Bakar Ash-Shiddiq, yang rela menginfakkan seluruh hartanya demi perjuangan Islam. “Ketika ditanya Rasul perihal alasannya, Abu Bakar menjawab, ‘Cukuplah Allah dan Rasulullah yang membekali kami’,” tuturnya.
Pengasuh Pesantren Al-Masruriyah Tebuireng ini mengajak jamaah untuk terus cinta kepada Nabi. “Membaca shalawat menjadikan kita layak nanti memperoleh syafaatnya di hari kiamat,” pesannya.
“Capaian tertinggi seorang makhluk adalah husnul khatimah,” pungkas Gus Mirza. Maka dirinya berpesan kepada jamaah agar terus berusaha mewujudkannya.
Acara ditutup dengan doa oleh KH Munawwir. Selama acara berlangsung, para jama’ah tampak khusyu’.
Ditemui di lokasi acara, Ketua Tanfidziyah Ranting NU Pundong Abdul Ghofur merasa senang rantingnya dijadikan lokasi lailatul ijtima. “Terlebih masih masuk bulan maulid,” ujarnya.
Jajaran Ranting NU Pundong, imbuhnya, berharap keberkahan doa para kiai NU. “Terima kasih atas dukungan semua jamaah NU Desa Pundong sehingga acara ini bisa lancar dan semoga memberikan barokah bagi semua,” pungkasnya. (har)
kontributor: Hari Prasetya, pengurus LTN MWCNU Diwek.
Pengurus LTN MWCNU Diwek Jombang