Oleh: Prof. Dr. Abd. Aziz, M.Pd.I
(Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung)
Pelaksanaan ibadah haji tahun 2024 berjalan dengan sukses dan lancar, menunjukkan peningkatan yang signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tidak ada lagi jamaah asal Indonesia yang terlantar, tidak mendapat konsumsi ataupun tersesat.
Tentulah kita harus memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya pada kementerian agama dan para petugas haji atas kerja kerasnya dalam memperbaiki pelayanan ibadah haji di tahun 2024 ini.
Sebagai negara dengan mayoritas Muslim terbesar di dunia, masyarakat Indonesia memiliki animo yang sangat besar pada ibadah haji. Tidaklah heran, jika jamaah haji asal Indonesia menjadi salah satu yang terbanyak, termasuk di tahun 2024 ini.
Bukanlah perkara mudah mengelola penyelenggaraan ibadah haji, apalagi pada tahun 2024 ini jumlahnya mencapai 241.000 jamaah. Akan tetapi, kementerian agama, telah berhasil mengawal penyelenggaraan ibadah haji tahun ini dengan dengan sangat baik.
Kementerian agama terus melakukan perbaikan. Pada tahun 2024 ini saja, setidaknya ada lima aspek perbaikan yang dilakukan oleh kementerian agama. Perbaikan-perbaikan tersebut, sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Agama, tetap memperhatikan ketentuan syariah yang berlaku.
Perbaikan pada aspek layanan haji tahun 2024 adalah pada percepatan keimigrasian. Setidaknya ada tiga embarkasi besar yang mendapatkan percepatan keimigrasian. Hal ini akan berdampak signifikan pada antrian di bandara Saudi Arabia, sehingga antrian tidak terlalu lama.
Kedua, manasik haji. Kementerian Agama melakukan manasik haji dengan lebih intensif dan variatif. Manasik haji sangat penting bagi calon haji Indonesia karena mempersiapkan mereka secara spiritual, mental, dan praktikal untuk menjalani ibadah haji dengan baik. Manasik juga membantu calon haji memahami tata cara yang benar dalam menjalankan ibadah.
Ketiga, makanan khas Indonesia selama ibadah haji. Ini bukan semata tentang rasa, tapi berdampak juga pada ekonomi Indonesia. Diharapkan dengan masakan atau katering khas Indonesia akan berdampak positif pada peningkatan ekspor Indonesia.
Keempat, perubahan batik jamaah haji. Bagi jamaah haji asal Indonesia, batik juga bermakna identitas. Saat jutaan jamaah haji berkumpul, maka akan mudah bagi jamaah haji asal Indonesia untuk mengenali satu sama lain.
Kelima, layanan khusus lansia dan disabilitas. Banyak diantara jamaah haji asal Indonesia yang sudah lanjut usia. Mereka akan mendapatkan prioritas dan pelayanan khusus dari petugas haji.
Kebijakan haji ramah lansia yang digagas kementerian agama menjadi kebijakan yang harus diapresiasi. Pada tahun 2024 ini terdapat sekitar 45.000 jamaah haji lansia asal Indonesia.
Selama pelaksanaan ibadah Haji, Kemenag juga mengambil kebijakan Murur, sebuah pendekatan baru dalam pelaksanaan mabit di Muzdalifah. Ini merupakan ijtihad dan keputusan bersama Majelis Ulama Indonesia.
Skema ini memungkinkan jamaah untuk tidak bermalam di Muzdalifah, tetapi langsung menuju Mina setelah mengumpulkan batu kerikil. Langkah ini diambil untuk mengurangi kepadatan dan potensi risiko di Muzdalifah, sehingga jamaah bisa lebih cepat sampai di Mina dan fokus menjalankan ritual haji.
Apresiasi luar biasa kami sampaikan pada Kementerian Agama atas kerja kerasnya dalam mengawal suksenya penyelenggaraan ibadah haji tahun 2024 ini.
Suluk.id merawat Islam Ramah serta mengajak beragama yang menggembirakan