Saya harus berkirim surah Alfatihah terlebih dahulu ke Syeh Maulana Makdum Ibrahim atau Sunan Bonang. Semoga kita semua mendapat barokah dan manfaat atas apa yang telah dilakukan Sunan Bonang di bumi ini.
Jujur, saya masih gemetar untuk menuliskan tentang gerak juang Sunan Bonang. Apalagi lebih khusus menuliskan tentang status Kanjeng Sunan yang dikabarkan tidak menikah hingga akhir hayatnya.
Membaca kisah Sunan Bonang secara detail saat berada di kampus. Saya mendapat tugas untuk membuat makalah berbasis penelitian. Karena saya dari Tuban, dengan sigap yang mengangkat tema tentang keterkaitan tiga makam wali di Tuban. Yakni, Syeh Asmorokondi, Sunan Bonang, dan Sunan Bejagung.
Dari hasil penelurusan pustaka dan wawancara lapangan, tiga tokoh ini saling berkait. Syeh Asmorokondi ayah Sunan Ampel. Jadi, hubungan dengan Sunan Bonang adalah Kakek. Sedangkan Sunan Bejagung itu masih saudara dengan Syeh Asmorokondi. Jadi, juga kakek Sunan Bonang.
Usai tulisan itu rampung. Dalam sebuah literatur disebutkan jika Sunan Bonang meninggal dengan status belum menikah. Saya pendam tak pernah saya pikir kembali.
Sabtu, 25 Agustus 2019, seorang sejarawan dari Lesbumi NU KH Agus Sunyoto hadir dalam Sarasehan Budaya untuk memperingati Haul Sunan Bonang. Pertanyaan yang sudah saya pendam lama akhirnya saya curahkan di forum itu.
Saya memberanikan diri untuk menanyakan ulang tentang kebenaran Sunan Bonang tidak menikah. Meski, pada penjelasan awal Kiai Agus sudah menyinggung tentang status Kanjeng Sunan Bonang.
“Menurut beberapa literatur, beliau memang tidak menikah,” kata Kiai Agus.
Saat saya tanya tentang apa penyebabnya, jawabannya tidak terlalu fokus. Banyak hal yang menjadi penyebab mengapa Sunan Bonang tidak menikah. Meski, semua ahli sejarah tidak akan tahu apa alasan pastinya. Namun, Kiai Agus mencoba mengkaitkan dengan sebuah peristiwa peperangan yang pernah dijalani oleh Sunan Bonang.
Selain itu, tentang bagaimana kesaktian Sunan Bonang. Bisa jadi, itu menjadi salah satu faktor. Sekali lagi, saya masih belum menemukan alasan yang jelas mengapa beliau tidak sampai menikah hingga wafatnya.
Saya pun membaca buku Atlas Walisongo karya Kiai Agus. Literaturnya sangat kuat. Termasuk dalam menuliskan sosok Sunan Bonang. Dengan perlahan riwayat dan silsilah Sunan Bonang dipaparkan. Hingga, di penghujung tulisan tentang Sunan Bonang itu Kiai Agus menuliskan Sunan Bonang tidak menikah. Untuk itu, ada yang menyebut dengan istilah Wali Wadat.
Ada tulisan yang mencatut nama Seno Gumira Ajidarma yang ditulis di facebook dengan mencantumkan sumber dari majalah intisari 2006 di tulisan itupun dijuduli Sunan Bonang Wali yang membujang.
Nah, justru sebuah situs website romadecade.org dengan gamblang menyebut Sunan Bonang telah menikah. Di situs itu dituliskan Sunan Bonang menikah dengan Dewi Hirah putri dari Raden Jakandar. Dari pernikahan itu dikaruniai tiga anak. Yakni, Dewi Ruhil, Jayeng Katon dan Jayeng Rono.
Saya berusaha menelusuri website itu. Di tulisan itu tidak ada siapa dan di mana data diri penulis. Serta, alamat kantor situs tersebut juga tidak tercantum.
Sampai di sini saya belum bisa memberikan kesimpulan. Jika berbekal dari data Kiai Agus, Sunan Bonang memang waliyullah yang tidak menikah.
Apapun itu, yang terpenting kisah dan perjuangan Sunan Bonang telah banyak memberikan manfaat masyarakat nusantara. Tentang Islam serta karya sastranya.
Mari kita belajar dari kesendirian Sunan Bonang, yang hidupnya selalu untuk umat. Menjalani dakwah dengan seni. Dan, selalu berkarya.
Kamu. Iya, kamu yang sedang baca tulisan ini. Tak perlu risau dengan kejombloanmu. Sebab, Sunan Bonang telah banyak memberikan pelajaran hidup yang sangat berharga.
Redaktur suluk.id