TUBAN – Sebagai organisasi Pengurus Cabang Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama’ (ISNU) Cabang Tuban memiliki cara tersendiri untuk mengembangkan diri.
Sabtu (18/5) para pengurus mulai menampakkan eksistensinya di Bumi Wali. Berawal dari Konfercab, dan Musyawarah Pra Pelantikan, kumpulan para sarjana ini kembali berkumpul dalam momen Ramadhan yang penuh berkah.
PC ISNU Tuban, yang diketuai oleh Warih Satria Setiawan, ini kembali melakukan forum yang kesekian kalinya.
Kali ini dalam balutan acara buka bersama dan konsolidasi Pengurus Cabang ISNU Tuban. Bertempat di kediaman ketua umum, di Kelurahan Latsari Gang Raden Patah Kecamatan Tuban.
Acara tersebut dihadiri jajaran pengurus harian, ketua bidang dan anggota bidang. Turut hadir pula pembina PC ISNU yang juga Wakil Rais Syuriah PCNU Tuban, Kiai Syariful Wafa. Acara dimulai pukul 16.00 sampai dengan pukul 19.00 WIB.
Dalam sambutannya, Kiai Wafa yang akrab disapa dengan Gus Wafa menyampaikan pentingnya posisi NU dan terlebih lagi ISNU dalam mengawal politik tanah air. Politik yang dimaksud di sini bukan semata mata politik praktis, akan tetapi potitik kebangsaan dan terjaminnya stabilitas keamanan dan keharmonisan sesama anak bangsa dalam bingkai NKRI.
Gus Wafa menegaskan, Indonesia ini adalah negara yang besar. Berdirinya NKRI berawal dari kegigihan para pahlawan yang telah berkorban harta dan nyawa demi lepas dari kungkungan penjajah, mulai Portugis, Belanda, hingga Jepang. Sampai akhirnya Indonesia bisa memproklamirkan kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945, dengan Soekarno-Hatta sebagai pemimpinnya.
Gus Wafa juga menambahkan, bahwa semua pemimpin negeri ini adalah pemimpin kaliber dunia, bukan sekedar pemimpin lokal saja. Akan tetapi, karena stabilitas politik negeri yang masih muda ini belum mapan dan kondusif, banyak dari para pemimpin negeri ini mulai dari Soekarno, Soeharto, Habibie, dan Gus Dur, lengser dari jabatannya karena gesekan politik.
Jikalau terjadi kerusuhan dan keributan akibat suksesi kepemimpinan, tidaklah berdampak terlalu parah sampai pada perpecahan. Dari orde lama, orde baru hingga reformasi, stabilitas politik negeri ini cenderung membaik.
Hanya saja, pasca pilpres 2019 ini riak-riak panas suhu politik negeri ini kembali mencuat ke permukaan. Mulai dari ketidakpercayaan terhadap kinerja KPU, sampai rencana people power. Adanya dua capres saja inilah, yang menyebabkan polarisasi politik terjadi di negeri ini.
Nah, eksistensi NU dan ISNU dinegeri ini harus dapat menjadi jangkar penjaga kesatuan dan persatuan NKRI. Jadi, politik warga NU adalah politik kebangsaan, mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi. Termasuk di dalamnya adalah menjaga stabilitas politik di dalam negeri. Disamping melakukan peran-peran sosial yang dapat dirasakan langsung oleh masyarakat di berbagai bidang.
Acara dilanjutkan dengan santap buka bersama dan shalat Maghrib berjamaah. Setelah itu, sebelum acara selesai, Ketum ISNU memimpin rapat konsolidasi kepengurusan PC ISNU. Pembicaraan berkisar seputar rencana halal-bihalal, pelantikan dan rencana musyawarah kerja cabang (muskercab).
Ketum menambahkan, kinerja ISNU secara organisasi haruslah berdasar pada PDPRT (Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga) dan Program Kerja masing-masing bidang. Paparan Ketum disambung dengan dialog konstruktif antar pengurus yang hadir.
Geliat semangat memancar dari masing-masing pengurus PC ISNU Tuban yang hadir. Konsolidasi ini diharapkan dapat merekatkan ikatan emosional dan kekeluargaan serta soliditas kinerja semua pengurus.
Kegiatanpun ditutup dengan doa dan bacaan Fatihah untuk keberhasilan segala agenda ISNU ke depan. Dengan mengacu visi PC ISNU “ISNU Kuat, NU Bermartabat, Tuban Sejahtera”.
Kamu yang sudah sarjana bersatulah. Termasuk bersatu dalam tubuh para sarjana NU. Mereka adalah cendekiawan muda yang progresif pemikirannya. (*)
Dosen, Peneliti, ISNU